Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heri Fathurahman
"Improving creative economy is very important for a nation. Bandung City for example, has increased creative industry to construct competitive business climate (Pangestu, 2012). Developing telematics creative industry at Cimahi City done to enhance region competitiveness and society welfare through community of practice is called Cimahi Creative Association (CCA) (Nugroho, 2011). This research use framework: the relational economy from Bathelt & Glűckler (2011). The novelty of this research is used the relational economy theory to explain development of telematics creative industry.
In order to develop competitiveness for Cimahi telematics creative industry use intellectual instrument that is human activity systems in the form of root definition and then create conceptual models for research interest with eight dimension of relational economy that are: organization, evolution, innovation, interaction, knowledge, geographic market, cluster, and institution. These eight dimensions of relational economy are improvement from four dimensions of relational economy from Bathelt & Glűckler (2011). There are three conceptual models of problem solving interest: Cimahi telematics creative industry, developing relational economy: Cimahi creative industries, Cimahi Creative Associations as hybrid organization. Intellectual instrument such as conceptual models used for comparison stage and formulate recommendation for research result that is at the five and six stage in using soft systems methodology. Refer to norms of soft systems methodology; comparison and debating process to research interest involve soft systems methodology practitioner, academic advisor and academic reviewers. While for problem solving interest involve stakeholders at three level institutions of Cimahi telematics creative industry and soft systems methodology practitioner.
Economic processes as "relational" because economic action is social action. Individual preferences, norms, values, ethics, tastes, styles, needs, and objectives emerge from and are co-constituted through the social embedding of economic action and interaction. Implication relational economy framework contains contextuality, path dependency and contingency. Dimensions of relational economy such as organization, evolution, innovation, interaction, knowledge, geographic market, cluster, institution look into economy action embedded at social relation structure and alignment with institutional structure and relevant social reality. Using relational framework is suitable and relevant with developing competitiveness for Cimahi telematics creative industry.

Pengembangan ekonomi kreatif sangatlah penting dimana ekonomi kreatif mempunyai pengaruh pada suatu negara. Kota Bandung dapat dijadikan contoh di mana pertumbuhan industri kreatif mengarahkan pada pembentukan iklim bisnis yang kompetitif. (Pangestu, 2012). Pengembangan industri telematika di kota Cimahi dilakukan untuk meningkatkan daya saing daerah dan kesejahteraan masyarakatnya yang berkumpul dalam satu wadah komunitas yang diberi nama Cimahi Creative Association (CCA) (Nugroho, 2011). Penelitian ini menggunakan kerangka teori (F) the Relational Economy dari Bathelt & Glűckler (2011). Kebaharuan dalam penelitian ini adalah digunakannya teori the Relational Economy dari Bathelt & Glűckler (2011) untuk menjelaskan pembangunan daya saing industri kreatif telematika di mana penggunaan teori tersebut dalam bidang Ilmu Administrasi dapat dikatakan relatif masih sedikit.
Dalam upaya membangun daya saing Industri Kreatif Telematika Kota Cimahi, digunakan alat bantu intelektual berupa human activity systems dalam bentuk root definition, yang kemudian dibuat model konseptualnya untuk research interest yang terdiri dari delapan dimensi relational economy yaitu dimensi organisasi, evolusi, inovasi, interaksi, pengetahuan, pasar geografis, klaster, institusi dari ekonomi relasional dan klaster industri kreatif telematika Kota Cimahi. Hal ini merupakan pengayaan dimensi relational economy dari empat dimensi seperti yang diperkenalkan oleh Bathelt & Glückler (2011). Terdapat tiga model konseptual untuk problem solving interest terkait dengan industri kreatif telematika Kota Cimahi yaitu membangun ekonomi relasional industri kreatif Kota Cimahi, klaster industri kreatif Kota Cimahi dan hybrid organization - Cimahi Creative Associations. Alat intelektual berupa model konseptual tersebut digunakan pada tahap perbandingan dan perumusan rekomendasi hasil riset, yaitu pada tahap lima dan tahap enam dalam prosedur Soft Systems Methodology. Sesuai dengan kaidah dalam Soft Systems Methodology, proses pembandingan dan debating ini untuk tujuan penelitian teoretik yang melibatkan peneliti, promotor dan ko promotor serta para penguji lainnya sebagai academic reviewers. Sedangkan untuk problem solving interest melibatkan para pemangku kepentingan di tiga tataran kelembagaan industri kreatif Kota Cimahi dan praktisioner SSM.
Proses ekonomi merupakan relasional karena tindakan ekonomi merupakan tindakan sosial. Implikasi pemahaman relasional dari tindakan ekonomi melahirkan kontektualitas (contextuality), jalur ketergantungan (path-dependency) dan kontingensi (contingency). Dimensi organisasi, evolusi, inovasi, interaksi, pengetahuan, pasar geografis, klaster, institusi dari ekonomi relasional memandang tindakan ekonomi melekat dalam struktur hubungan sosial dan juga berhubungan dengan struktur institusi dan realitas material yang relevan. Penggunaan kerangka berfikir relational economy dalam membangun daya saing Industri Telematika terlihat dalam sistem yaitu klaster industri kreatif telematika Kota Cimahi, membangun ekonomi relasional industri kreatif Kota Cimahi dan hybrid organization ? Cimahi Creative Association."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
D1411
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlatifah
"Pada tahun 2015, pemerintah Indonesia meluncurkan program Dana Desa dan memberikan skema ‘1-Desa-1-Miliar’ untuk setiap desa di Indonesia. Sebagai salah satu transfer antar pemerintah terbesar di dunia, Dana Desa bertujuan untuk mempercepat pembangunan pedesaan, mengurangi kemiskinan, dan mengatasi ketimpangan regional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dampak Dana Desa terhadap kesejahteraan pedesaan dan ketimpangan wilayah di Indonesia. Studi ini menggunakan data cahaya malam sebagai proksi kesejahteraan pedesaan dan selanjutnya digunakan untuk mengukur ketimpangan regional. Dengan menggunakan Difference in Difference (DiD) kami menemukan dampak positif dana desa terhadap pertumbuhan ekonomi di desa dalam jangka pendek. Dengan menggunakan Regression Discontinuity Design in Time (RDiT), kami menemukan dampak positif transfer Dana Desa terhadap pertumbuhan ekonomi di  desa dalam jangka menengah. Pengaruh dana desa yang paling besar terungkap di desa tertinggal, di mana desa tertinggal tumbuh lebih cepat daripada desa maju. Hal ini menunjukkan indikasi awal konvergensi di level desa yang memerlukan penelitian lebih lanjut.

In 2015, the government of Indonesia launched the Village Fund (VF) program and provided the ‘1-Village-1-Billion’ scheme for each village in Indonesia. As one of the largest intergovernmental transfers in the world, the VF aims to accelerate rural development, reduce poverty, and overcome regional inequality. This study aims to identify the impact of the VF on rural welfare in Indonesia. Due to the lack of rural welfare data, we use the monthly night-time light dataset as a proxy for rural welfare in around 75.000 villages from 2014 to 2019. By using Difference in Difference (DiD), we found the short-run positive impact of village funds on rural economic growth. Using Regression Discontinuity Design in Time (RDiT), we found a positive impact of village fund transfer on rural economic growth in the medium run. The most considerable influence of village funds reveals in underdeveloped villages,  where poor villages grow faster than developed villages. This unexpected finding could be an initial convergence at the village level that requires further investigation."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Etti Diana
"Penelitian ini bertujuan menguraikan aspek struktural, kultural dan prosesual dalam implementasi kebijakan Kawasan Perkotaan Baru dengan skema Kota Terpadu Mandiri. Mengambil lokasi penelitian di wilayah transmigrasi di Kecamatan Silaut, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini mengkesplanasi hubungan aspek struktural dalam pembangunan fisik dan pembangunan sosial. Penelitian ini kualitatif, dengan hasilnya agen dan struktur pemerintahan formal pusat dan Kabupaten lebih mendominasi tanpa melibatkan agen pada lembaga adat yang diakui dan dihormati oleh anggota masyarakat, sebagai kewenangan lokal dan hak asal usul. Perkembangan terbaru studi ini adanya pembangunan sosial hubungan struktur yang lebih mendominasi dari kekuatan kultural. Akibatnya pembangunan kawasan perkotaan baru terhambat.

This study describes structural, cultural, and processual aspects of policy implementation on New City in Rural Area using Economically Integrated, Selfreliant City scheme, located at transmigration area in Silaut District, West Sumatera Province. The study explains relations between structural aspects in physical and social development. This qualitative study shows that agent and Central and Regency formal government structures are more dominant, no involvement of recognized, respected cultural institution agent as local authority and rights origin. The study depicts the latest situation of social development, i.e. structural relation is more dominant than cultural power, impeding development of the new city in rural area."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library