Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yantie Sugiarnie Y. Tingan
"Lampu digunakan sebagai alat penerang dalam kehidupan manusia, tetapi lampu juga dapat dimaknai lebih dari sekedar penerang biasa, antara lain sebagai simbol kehidupan dan pengetahuan. Keragaman bentuk dan ornamen yang dimiliki lampu juga dimaknai lebih dari sekedar penerang biasa karena ada maksud tertentu dibalik penggunaan bentuk dan ornamen tersebut.
Kajian ini membahas tentang lampu-lampu perunggu Jawa Kuna koleksi Museum Nasional Jakarta yang berasal dari periode Klasik Tua dan Klasik Muda. Selain berbentuk gantung dan duduk, lampu-lampu perunggu koleksi Museum Nasional Jakarta memiliki ornamen yang bervariasi, tetapi terdapat juga lampu-lampu perunggu gantung atau duduk yang tidak memiliki ornamen. Ornamen-ornamen yang digunakan untuk melengkapi lampu-lampu perunggu mengandung makna tertentu karena adanya beberapa ornamen yang memuat unsur kedewasaan, mitos, dan susastera."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumardjo
"Penelitian ini membahas tentang aktivitas keagamaan dan latar belakang keagamaan berdasarkan data arkeologi yang terdapat pada kepurbakalaan lereng utara pegunungan kapur Tulungagung Selatan pada abad ke XI-XV M, tersebar dibeberapa wilayah kecamatan seperti Kecamatan Boyolangu, Kecamatan Campurdarat, Kecamatan Sumbergempol, Kecamatan Kalidawir, Kecamatan Ngunut. Secara umum penelitian ini akan berusaha melihat gambaran tentang Aktivitas keagamaan dan latar belakang dan secara khusus penelitian ini akan melakukan pembahasan pada setiap kepurbakalaan yang berkaitan dengan data arkeologi, seperti Relief cerita, Gua pertapaan, Patirthan, Arca dewa, Batu teras dan Monolith.
Kajian ini akan menggunakan teori dan konsep yang lajim dilakukan, adalah peralatan ritus dan upacara sebagai sarana dan peralatan menjalankan aktivitas keagamaan yang berwujud merupakan tempat - tempat pemujaan, arca-arca, peralatan bunyi-bunyian dan pakaian yang bersifat suci ini merupakan data yang dapat dikaitkan dengan data arkeologi yang terdapat di kepurbakalaan lereng utara pegunungan kapur Tulungagung Selatan. Selanjutnya data arkeologi yang berada di sekitar penelitian akan menjadi pembanding dalam rangka mengungkapkan masalah-masalah yang berkaitan dengan penelitian keagamaan.
Hasil yang diperoleh dari penelitian, adalah analisis mengenai keagamaan di kepurbakalaan lereng utara pegunungan kapur Tulungagung Selatan, penelitian ini memiliki beberapa perbedaan dan persamaan, dalam prosesi upacara keagamaan dan latar belakang keagamaan oleh pelaku upacara keagamaan sedangkan tokoh dewa yang terdapat pada tempat pemujaan akan memberikan gambaran tentang latar belakang keagamaan, pada setiap kepurbakalaan, berdasarkan data arkeologi yang terdapat di kepurbakalaan lereng utara pegunungan kapur Tulungagung Selatan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11813
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa
"Skripsi ini membahas tentang relief - relief lepas yang berasal dari situs Candi Menakjingga dan yang sekarang disimpan di Pusat Informasi Majapahit untuk dapat diketahui latar belakang keagamaan bangunan Candi Menakjingga berdasarkan tema cerita dan penggambaran relief, serta untuk mengetahui perkiraan bentuk Candi Menakjingga dan perkiraan letak panil relief pada bangunan candi. Penelitian ini menggunakan kajian analogi dengan mempersamakan ciri atribut pada relief dan struktur bangunan yang ada di Candi Menakjingga dengan relief dan bentuk bangunan candi lain yang mempunyai ciri yang sama.
Hasil penelitian membuktikan bahwa Candi Menakjingga berlatar belakang agama Hindu dengan perkiraan bentuk denah candi adalah segi empat berukuran 24 x 24 m, menghadap ke arah barat, memiliki satu pagar keliling dan dua teras yang pada dindingnya dipahatkan relief yang mungkin dibaca secara pradaksina. Teras pertama dipahati relief cerita Tantri Kamandaka dan relief hewan ornamental, sedangkan teras kedua dipahati relief cerita Panji.

The focus of this study is the relief from Menakjingga Temple and Majapahit Information Centre. It is to show the background of religion base on tales and relief, also to show form of Menakjingga Temple, place of relief, and building structure. This research use analogical approach that identical the attributes of relief of Menakjingga Temple with relief and form of building from other Temples that shown the same characteristic.
The result proved that the temple has background of Hindu, rectangular sketch with measurement 24 x 24 m, has one hedge and two terraces with relief read as pradaksina. First terrace has relief from sequences of Tantri Kamandaka and decorative relief. Second terrace decorate with the scene of Panji stories."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11416
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sita Danyarati
"Skripsi ini membahas mengenai upaya pengidentifikasian relief-relief tokoh yang dipahatkan dalam ruang bilik Candi Induk Plaosan Lor. Relief-Relief tokoh berjumlah keseluruhan 12 panil relief, dengan pembagian 4 panil relief pada bilik Candi Induk Utara dan 8 panil relief dalam bilik Candi Induk Selatan. Identifikasi akan ditelusuri melalui beberapa tahapan, yakni deskripsi detail ciri ikonografis relief, selanjutnya analisa yang diacu dengan analisis morfologis dan kontekstual. Selain itu dipergunakan pula interpretasi analogi dengan temuan Prasasti Prenâgarî yang berada dalam gugusan candi bersangkutan.
Hasil penelitian memperlihatkan adanya hubungan penggambaran yang konkret atas isi prasasti yang dituangkan dalam panil-panil relief tokoh bilik candi tersebut. Selain itu, ditemukan pula kesejajaran antara keduabelas panil yang terpisah dalam dua Candi Induk Plaosan Lor. Interpretasi penelitian dalam penelitian terpadu adalah identifikasi tokoh-tokoh tersebut sebagai tokoh-tokoh kenegaraan yang direpresentasi dalam suatu Gugusan Candi Buddhis Plaosan Lor yang merupakan kuil pemujaan dan simbolisme religius, namun juga sarat dengan interpretasi aspek kenegaraan.

The Focus consist about identification of the figure reliefs which carved inside the chamber of Candi Induk Plaosan Lor. These figure reliefs numbered of 12 panels, divide into 2 temples; 4 panels located in the North Plaosan Lor, while the other 8 panels in the Southern Plaosan Lor. The process of identification will be divided into several steps, first will be started by detailed description of iconographical element. Subsequent to are morphological and contextual analysis, which will be made by the additional analogy with the Prenâgarî Inscription within the Candi Plaosan Lor Complex.
The research's result shown about some concrete association between the portrayal figures from the haut-reliefs with the descriptive image told by the inscription. Furthermore, research? study conclude a comparability relation within those twelve panels. The highest conclusion made is the fact that those figure reliefs represent the nation-kingdom members whom recorded inside The Plaosan Lor Buddhist Temple Complex which symbolize a religious concept, yet enclosed with major political-nation aspects."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11986
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmulia Rekso Purnomo
"Skripsi ini membahas bangunan yang tersisa dari Candi Bangkal, yang bertujuan untuk merekonstruksi bentuk utuh candi, latar belakang kegamaan dan melakukan tinjauan kronologi terhadap Candi Bangkal. Metode yang digunakan adalah perbandingan, yaitu dengan cara membanzingkan Candi Bangkal secara arsitektural dengan candi lain yang dianggap sepadan untuk dibandingkan.
Hasil akhir penelitian ini menunjukan bahwa bentuk utuh Candi Bangkal tidak terlalu berbeda dengan pada umumnya candi Hindu yang berasal dari masa Hayam Wuruk, masa keemasan Majapahit.

The Study is Focuses in the remain of the Bangkal Temple (Candi Bangkal), to reconstruct the shape of the tample, recover it's religious back ground and do the chronology outlook. The Methode that being used at this study is analogy, wich is done by compering the temple with another temple that has the same background.
The result of this research indicate that the former shape of Bangkal Temple is not different from the most temple wich is built from the golden ages of Majpahit, when it?s ruled by Hayam Wuruk."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11961
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widanti Destriani
"Skripsi ini membahas mengenai relief tokoh yang dipahatkan pada dinding Kolam Taman Suci Pura Tirtha Empul, Bali. Kajian ini menggunakan metode perbandingan terhadap boneka Wayang Bali dan beberapa patirthān yang terdapat di Jawa. Metode tersebut digunakan untuk dapat mengetahui siapa saja tokoh yang dipahatkan dan latar belakang dipahatkannya tokoh tersebut, serta untuk dapat mengetahui hubungan fungsi relief dengan fungsi bangunan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tokoh yang digambarkan adalah tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita Ramayana, Mahabharata, Calon Arang, dan atau Sudamala. Penataan letak cerita sesuai dengan konsep Caturyuga dan Tathagata Buddha. Adanya pengaruh agama Buddha dikarenakan Bali pernah ditaklukkan oleh Majapahit, sehingga konsep keagamaan yang berkembang di Majapahit juga berkembang di Bali.

This final assigment tells about human relief which been crafted to the wall of Kolam Taman Suci Pura Tirtha Empul, Bali. This final assigment using the comparison method between Wayang Bali dolls and some of patirthān which spread around Java. That method was used to get to know each person who have been crafted in relief and their background, and also to get to know the correlation between the function of the relief and the function of the building itself.
Based on the research, it has revelaed that person who have been crafted were person who take place in the story of Ramayana, Mahabharata, Calon Arang, and Sudamala. The story has been placed according to the concept of Caturyuga and Tathagata Buddha."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S12064
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yulie Pusvitasary
"Skripsi ini membahas mengenai upaya pengidentifikasian tempat duduk yang dipahatkan di relief Lalitavistara Candi Borobudur. Relief Lalitavistara memiliki jumlah keseluruhan 120 panil, dengan pembagian 4 sektor yang didasarkan atas tahapan kehidupan Sidharta Gautama. Identifikasi akan ditelusuri melalui beberapa tahapan, yakni deskripsi dan penomoran tempat duduk, selanjutnya analisa yang diacu dengan analisis bentuk dan kontekstual. Selain itu dipergunakan pula interpretasi analogi dengan penggunaan naskah Kuna.
Hasil penelitian memperlihatkan pembagian bentuk tempat duduk menjadi 8 tipe dengan variasi bentuk yang bermacam-macam Selain itu, ditemukan pula adanya hubungan penggambaran relief yang ada di Candi Borobudur umumnya, relief Lalitavistara khususnya dengan penggambaran di Stupa Sanci dalam hal pembagian sektor yang didasarkan atas tahap-tahap kehidupan Siddharta Gautama.

Writing focus consists on the identification of seats that carved in bas-reliefs, concern part on Lalitavistara scenes at Borobudur Temple. These Lalitavistara reliefs? scenes were having its total of 120 panels, which divided in 4 sectors based on the phase of Siddharta Gautama?s life. Identification process was determined in several steps: identification and numbering of seats, and continued by analysis in two constraints, form and contextual analysis. Further it would have an additional analogy with the used of ancient manuscript.
The research produced types of 8 seats form by variety. Moreover, it would also conclude that there was some interconnection link between reliefs at Borobudur Temple, particularly on Lalitavistara bas-relief, with the carvings on Sanci Stupa at India, in the context of sector distribution based on the phase of Siddharta Gautama's life."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11926
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
R. Hendhycas Bambang P.
"Bangunan-Bangunan Punden Berundak Di Situs Gunung Arjuno dan Gunung Ringgit Abad 15-6 Masehi: Tinjauan Arsitektur. 368 halaman, 35 gambar, 13 tabel, 8 peta, 4 sketsa, 54 foto, 70 acuan (1845 - 1993). Beberapa laporan penelitian dari tahun 1845 - 1993 menjelaskan tentang penemuan beberapa kepurbakalaan di situs Gunung Arjuno dan Gunung Ringgit maupun daerah di sekitarnya. Sebagian besar kepurbakalaan tersebut adalah berupa bangunan punden berundak, yang lazimnya dijumpai di banyak situs gunung di Jawa Timur. Laporan-laporan tersebut merupakan dasar utama di dalam melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan di lapangan. Salah satu tujuan utama penelitian ini adalah mengungkapkan pola bangunan punden berundak di situs Gunung Arjuno dan Gunung Ringgit dalam tinjauan arsitektur.
Di dalam analisa pembahasan arsitektur bangunan punden berundak ini selain melakukan komparasi terhadap situs sejenis, terutama situs Gunung Penanggungan, juga berdasarkan atas pengamatan lingkungan secara geografis, geomorfologis maupun geologisnya. Untuk itu tidak terlepas akan peranan beberapa peta yang berhubungan, baik peta topografi maupun peta geologi situs Gunung Arjuno dan Gunung Ringgit.
Dari inskripsi yang dijumpai, diperkirakan situs ini berasal dari abad ke-15--6 Masehi. Atas perbandingan dengan data serupa dan masa yang sama di situs Gunung Penanggungan, maka pola arsitektur yang tampak pada sebagian besar bangunan punden berundak di situs Gunung Arjuna dan Gunung Ringgit terdiri atas pola halaman, bangunan induk serta altar. Pola arsitektur tersebut terungkap selain atas jenis bahan batuan yang digunakan pada sebagian besar konstruksi bangunan punden berundak maupun pada sebagian besar area adalah berupa jenis pirokiastika, .iuga atas' dasar asumsi perhitungan Hukum mekanika yang diterapkan.
Berdasarkan atas analisa pets geologi, ternyata jenis batuan piroklastika banyak dijumpai di situs Gunung Arjuno dibandingkan di Gunung Ringgit. Namun meskipun demikian masih dijumpai sebuah bangunan punden berundak di situs Gunung Ringgit yang diperkirakan menggunakan jenis batuan pirokiastika pada konstruksi bangunan induknya. Berdasarkan atas pengamatan peta topografi, terutama atas kemiringan lereng gunungnya dan beberapa penelitian geomorfologi atas perkirakan persebaran daerah permukiman, maka sebagian besar kepurbakalaan di situs Gunung Arjuno dan Gunung Ringgit tersebar di lereng sebelah timur.
Berdasarkan atas data di lapangan, terdapat dua jenis bangunan induk, yaitu berdasarkan atas kemiringan lereng dan bangunan induk yang menyerupai bangunan piramid terpenggal di bagian puncaknya. Namun dari kedua jenis bangunan induk tersebut hal yang tetap dipertahankan adalah bentuk teras undakan. Beberapa peneliti sebelumnya mengungkapkan bahwa teras undakan pada bangunan berundak merupakan bagian dari prosesi keagamaan yang pernah dilakukan. Namun dalam penelit.ian ini belum mengungkapkan keagamaan yang berkembang terut.ama yang berhubungan dengan kehadiran bangunan-bangunan punden berundak di situs Gunung Arjuno dan Gunung Ringgit pada abaci 15-6 Masehi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11739
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syinthia Dwi Friani
"Masa klasik muda yang berlangsung di Indonesia dari abad 11-15 M meninggalkan bangunan-bangunan suci yang tidak semegah peninggalan masa klasik tua, namun mempunyai bentuk yang lebih unik. Hal-hal itulah yang melatari penelitian tentang Candi Kesiman Tengah. Candi yang terletak di Mojokerto, Jawa Timur ini mcmpunyai bentuk yang unik dan belum banyak peneliti yang menulis tentang candi itu.
Penelitian berkisar masalah deskripsi, perbandingan bentuk, upaya rekonstruksi bentuk utuh Candi Kesiman Tengah dalam gambar, penetapan kronologi relatif, dan latar belakang keagamaan Candi Kesiman Tengah. Untuk mengetahui perkiraan bentuk utuh Candi Kesiman Tengah dilakukan metode analogi atau metode perbandingan dengan Candi-candi lain yang diperkirakan setipe dan berasal dari masa yang tidak terlalu jauh dari Candi Kesiman Tengah. Candi-candi itu adalah Candi Jago, Candi Induk Panataran, Candi Surawana, dan Candi Tegawangi. Latar belakang keagamaan diperkirakan dengan cara mengamati relief yang ada di Candi Kesiman Tengah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk utuh Candi Kesiman Tengah dengan tubuh berdinding tertutup tanpa anak tangga yang menuju ke bilik utama, dan atap candi berbentuk tumpang yang terbuat dari bahan yang mudah rusak. Berdasarkan bentuk arsitektumya Candi Kesiman Tengah diperkirakan berasal dari abad 14 M, dengan latar belakang agama Hindu Waisnawa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11993
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Haryanto
"Relief gana mulai muncul pada candi-candi masa klasik tua di Jawa Tengah, seperti Dieng dan Gedong Songo. Pada candi candi tertua di Jawa Tengah ini, gana hanya muncul sangat sedikit. Penggambaran relief gana mulai berkembang pesat pada candi_-candi di Jawa Tengah selatan sekitar abad ke-8-10 M. Ketika pusat kerajaan berpindah ke Jawa Timur, tradisi penggambaran gana dalam bentuk relief masih juga muncul meski dengan frekuensi yang tidak terlalu banyak. Gana, tidak hanya digambarkan dalam bentuk relief di candi-candi melainkan dipahatkan pula pada yoni, dengan posisi menyangga carat Yoni. Berdasarkan bahan dasar pembuatannya, relief gana ada yang dibuat dari batu dan ada pula dari tanah liat. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi analisis. Relief gana ditelaah dari segi variasi bentuk hingga makna penggambarannya. Penyelusuran relief gana di Jawa Timur meliputi l3 candi di Jawa Timur, relief gana yang ada di Museum serta relief gana pada yoni yang masih in sitar, di Jebuk, Kediri, Sementara sebagai data banding, sekitar 15 candi di yogyakarta dan Magelang juga dikunjungi. Penelusuran makna penggambaran gana meliputi literatur tentang candi-candi di India, naskah Jawa kuna, prasasti dan literatur sejarah eni dan kebudayaan Jawa.
Hasil analisis menunjukkan bahwa relief gana pada masa klasik tua di Jawa Tengah, umumnya digambarkan dengan sikap khas, yakni posisi tangan menyangga, naturalis, ekspresi biasa atau tersenyum, alat kelamin tidak diperlihatkan. Pada masa kemudian, yakni klasik muda di Jawa Timur. Frekuensi penggambaran gana pada candi tidak sebanyak di Jawa Tengah. Relief gana juga digambarkan berbeda dengan masa Jawa Tengah, yakni dengan ciri khas, penggambaran relief secara kaku dan pipih dengan sudut pandang meyamping, ekspresi menyeramkan dan alas kelamin yang selalu diperlihatkan. Bentuk relief gana yang pipih dan kaku di Jawa Timur merupakan pengaruh dari seni wayang kulit yang tengah berkembang pesat. Agaknya pengaruh seni Indonesia lama sangat kuat mempengaruhi tradisi penggambaran relief. Pada relief gana, selain digambarkan kaku dan pipih, juga digambarkan ekspresi wajah yang menyeramkan. Tradisi penggambaran wajah gana yang menyeramkan dan alat kelamin yang diperlihatkan, tidak popular di India maupun di Jawa Tengah. Ekspresi wajah yang scram dan penggambaran alat kelamin, mengingatkan pada tradisi prasejarah yang menganggap bahwa wajah seram dan alat kelamin merupakan simbol penolak bala yang utama, terutama mengusir roh-roh jahat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11506
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>