Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hadda Almalita Rahmadianty
"Pada tahun 2015, Met Gala, penggalangan dana yang digelar oleh Institut Kostum Museum Seni Metropolitan, kembali digelar dengan mengusung tema China Through a Looking Glass. Pemilihan tema ini dilatarbelakangi dari dampak estetika dan budaya Cina terhadap inspirasi mode Barat. Atas tema tersebut, maka para tamu undangan yang hadir serta desainer diimbau untuk mengenakan atau membuat busana yang mengandung unsur budaya Cina. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan bagaimana budaya Cina direpresentasikan dalam gaun-gaun yang dikenakan oleh para tamu undangan di ajang Met Gala 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif melalui studi pustaka dengan pendekatan ilmu budaya sebagai sumber primer, dan sumber lainnya sebagai sumber sekunder. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa beberapa gaun yang didesain oleh desainer Barat tidak sesuai dalam merepresentasikan budaya Cina ke dalam gaun buatannya sedangkan gaun karya desainer Cina lebih sesuai dalam merepresentasikan budaya Cina ke dalam gaun buatannya.

In 2015, the Met Gala, a fundraiser organized by the Costume Institute of the Metropolitan Museum of Art, was held again with the theme China Through a Looking Glass. The choice of this theme was motivated by the impact of Chinese aesthetics and culture on Western fashion inspiration. Based on this theme, invited guests and designers are encouraged to wear or make clothes that contain elements of Chinese culture. This study aims to describe how Chinese culture is represented in the dresses worn by invited guests at the 2015 Met Gala. The research method used is a qualitative method through literature study with a cultural science approach as a primary source, and other sources as secondary sources. The results of this study found that some dresses designed by Western designers were not suitable for representing Chinese culture in their dresses, while dresses made by Chinese designers were more suitable for representing Chinese culture in their dresses."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rohana Latifa Ismail
"Film sebagai sarana hiburan juga berfungsi sebagai sarana edukasi. Fungsi film yang satu ini bisa dilihat dalam film Cek Toko Sebelah karya Ernest Prakasa. Film ini mengangkat realitas masyarakat etnis Tionghoa yang umumnya memiliki bisnis keluarga dan mau menurunkan bisnis tersebut kepada anak keturunannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kecocokan adegan-adegan di dalam film Cek Toko Sebelah dengan realitas tradisi pewarisan bisnis keluarga Tionghoa di Indonesia pada zaman sekarang. Teori yang digunakan adalah analisis film dan koherensi budaya dengan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui pengamatan scene dan dialog dalam film Cek Toko Sebelah dan penyebaran kuesioner secara online. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa adegan-adegan pewarisan bisnis dalam film Cek Toko Sebelah cocok dengan tradisi pewarisan bisnis keluarga etnis Tionghoa di Indonesia
.Film as a means of entertainment also has function as a means of education. This function can be seen in the film Cek Toko Sebelah by Ernest Prakasa. This film raises the reality of the Chinese ethnic community, the majority of whom own a family business and want to pass this business on to their descendants. This research was conducted to find out how the scenes in the film Cek Toko Sebelah match the reality of the Chinese family business inheritance tradition in Indonesia today. The theory used is film analysis and cultural coherence with qualitative research methods with data collection techniques through observing scenes and dialogue in the film Cek Toko Sebelah and distributing questionnaires online. The results of this study found that the business inheritance scenes in the film Cek Toko Sebelah match the business inheritance tradition of Chinese ethnic families in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Zaki Rizqi Arraniri
"Semenjak abad pencerahan dimulai, Bangsa Barat yang mulai mengedepankan akal dan menjadikan eksplorasi dunia sebagai fokus mereka. Tiongkok yang kala itu berada di bawah pemerintahan Dinasti Qing dan memegang teguh konsep zhongguo, dihadapkan dengan kehadiran Bangsa Barat yang telah menganut nilai-nilai sosial hasil dari abad pencerahan. Intensi untuk berniaga dengan Tiongkok direspon dengan pemberlakuan sistem cohong, yang membatasi ruang gerak Bangsa Barat. Banyak upaya dilakukan untuk membatasi, namun justru berdampak negatif bagi Tiongkok. Mengakibatkan pecahnya Perang Candu I dan mengancam kedaulatan Tiongkok. Penelitian ini meneliti sejauh mana penerapan konsep zhongguo pada sistem cohong dalam perekonomian Dinasti Qing (1757-1842), dan akan membahas mengenai konsep zhongguo dan perannya dalam pemerintahan kekaisaran Tiongkok, sistem cohong dan bagaimana pelaksanaannya, situasi dan kondisi Tiongkok sebelum dan saat masuknya Bangsa Barat, dan menganalisis mengapa Tiongkok menerapkan sistem cohong dan sejauh mana sistem cohong menjadi wujud nyata dari penerapan konsep zhongguo.

Since the era of enlightenment began, Western nations who began to prioritize ratio made world exploration as their focus. China, which at that time was under the reign of the Qing Dynasty and adhered to the concept of zhongguo, was faced with the presence of Western nations who had embraced social values ​​as a result of the Enlightenment. The intention to trade with China was responded by the implementation of cohong system, which limited the space for Western nations to move. Many attempts were made to limit it, but it had a negative impact on China. Resulted in the outbreak of the Opium War I and threatened China's sovereignty. This study examines the extent of the application of the zhongguo concept to the cohong system in the economy of the Qing Dynasty (1757-1842), and will discuss the zhongguo concept and its role in the Chinese imperial government, the cohong system and how it was implemented, the situation and condition of China before and during the entry of the West, and analyze why China implements the cohong system and the extent to which the cohong system becomes a concrete manifestation of the application of the zhongguo concept.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library