Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gilang Buditama
"Pembangunan kota dapat menyebabkan pemanasan suhu kota, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan termal, bahkan berpotensi terjadinya Urban Heat Island (UHI). Masalah dalam penelitian ini diawali dari sudah banyaknya metode pengukuran tingkat kenyamanan termal dan UHI sebelumnya, namun belum cukup berpengaruh terhadap perencanaan tata ruang. Tujuan penelitian adalah untuk menghasilkan model kenyamanan termal yang mengelaborasikan metode pengukuran kenyamanan termal eksisting dengan konsep UHI. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan dan metode kuantitatif. Lokasi penelitian dilakukan di Kota Tangerang Selatan dengan periode waktu pengamatan selama 2004-2020. Hasil penelitian atau model ini menunjukkan Kota Tangerang Selatan tahun 2004-2020 terindikasi kenyamanan termal yang rendah mencakup 62% luas kota, walaupun masih ditemukan kenyamanan sangat tinggi mencakup 15% luas kota. Kesimpulan penelitian ini bahwa kenyamanan termal berbasis UHI merupakan model yang merepresentasikan sensasi panas atau dingin yang dirasakan manusia terhadap suhu lingkungannya dengan mempertimbangkan kondisi fisik (suhu permukaan daratan), persepsi, dan kondisi perkotaan (lahan terbangun dan vegetasi) dalam rentang waktu tertentu.

Urban development can cause city temperature increase, so it causing thermal discomfort, and even has the potential to occur Urban Heat Island (UHI). Problem begins with much research has been done on methods for measuring thermal comfort and UHI intensity, but they have not had much effect on spatial planning. Objective of this study is to produce a thermal comfort model that elaborates existing thermal comfort measurement methods with the UHI concept. Methods of the study is using quantitative approach and method. The research location was conducted in Tangerang Selatan City with an observation period of 2004-2020. Results of this model show that the Tangerang Selatan City in 2004-2020 has indications of low thermal comfort covering 62% of the city area, although very high comfort is still found covering 15% of the city area. Conclusion of this study that UHI-based thermal comfort is a model that represents the sensation of hot or cold that humans feel about their environmental temperature by considering physical conditions (land surface temperature), perception, and urban conditions (built-up land and vegetation) within a certain time span."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Lestari
"Aerosol sangat penting untuk dikaji karena aerosol merupakan komponen penting dan mempunyai peranan dalam mempengaruhi perubahan iklim. Aerosol menyebabkan pendinginan secara global karena keberadaan aerosol di atmosfer dapat menutupi sinar matahari yang masuk ke dalam permukaan bumi. Sumber aerosol berasal dari penggunaan tanah, dan dipengaruhi oleh kondisi klimatologis berupa curah hujan, serta angin sehingga dapat diketahui pola hubungan dari ketiganya. Penelitian ini mengkaji pola distribusi aerosol di Jawa Bagian Barat menggunakan citra satelit MODIS. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode klasifikasi AOD kemudian sumber aerosol dioverlaykan dengan variabel curah hujan, angin, dan penggunaan tanah untuk melihat hubungan antara pola distribusi aerosol dengan ketiga variabel tersebut. Hasil penelitian ini nilai rata-rata AOD (Aerosol Optical Depth) tertinggi terjadi pada Oktober 2007 dengan nilai AOD 0,481 dan Agustus 2008 dengan nilai AOD 0,408. Pola distribusi aerosol menunjukkan nilai AOD tinggi terdapat di bagian barat dan utara Jawa bagian barat, penggunaan tanah berupa lahan terbangun, dan terjadi pada musim kemarau.

Aerosols become a important study recently because it could influence the climate. Aerosols could impact global dimming, because the presence of aerosols in the atmosphere could block when the sunshine entering the Earth's surface. Source of aerosols induced from the land use, and climatic conditions in the form of rainfall, and wind so that can be known the relationship pattern among them. This study examined aerosol distribution patterns in Western Java region using MODIS satellite imagery. The method used in this study using the grid method on three variables, and analyze the relationship among them. The result of this study shows the highest average of AOD (Aerosol Optical Depth) in October 2007 with a value of 0,481, and in August 2008 with a value of 0,408. Distribution of aerosols pattern has a value of AOD high in the west, and north of West Java, land use of building area, and occurred in dry season. "
Universitas Indonesia, 2011
S632
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Amelia
"Udara menjadi hal yang utama bagi manusia, sehingga pencemaran udara adalah salah satu masalah di DKI Jakarta. Sumber pencemar udara di DKI Jakarta adalah akibat dari kegiatan industri dan jumlah kendaraan bermotor yang berarti mempengaruhi udara di DKI Jakarta, dengan kandungan SO₂ dan NO₂ semakin meningkat. Zat pencemar udara SO₂ dan NO₂ diantaranya merupakan penyebab terjadinya hujan asam di DKI Jakarta. Penelitian ini mengkaji mengenai pola spasial tingkat keasaman air hujan di DKI Jakarta dan hubungannya dengan zat pencemar udara yaitu SO₂ dan NO₂ serta wilayah sumber pencemar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pola spasial tingkat keasaman air hujan di DKI Jakarta, dari barat menuju timur laut, pH air hujan akan semakin rendah."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34173
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Putra Permadi
"Kali Cipinang merupakan salah satu kali paling rawan banjir di Jakarta Timur. Setelah pembangunan Banjir Kanal Timur selesai di tahun 2009 Kali cipinang mengalami perubahan luas genangan banjir. Sebelum pembangunan Banjir Kanal Timur luas genangan Kali Cipinang mencapai 121,12 hektar di tahun 1996, 527,56 hektar di tahun 2002, dan 693,69 hektar di tahun 2007, Sedangkan setelah pembangunan Banjir Kanal Timur luas genangan banjir di Kali Cipinang sebesar 66,94 hektar di tahun 2010. Sebelum pembangunan Banjir Kanal Timur wilayah genangan banjir berada di wilayah ketinggian dengan kisaran 0-70 mdpl sedangkan setelah pemabangunan Banjir Kanal Timur genangan banjir terdapat pada wilayah ketinggian 0-40 mdpl. Pengurangan banjir yang terjadi sebelum dan sesudah pembangunan Banjir Kanal Timur disebabkan lebih karena faktor curah hujan harian yang tinggi di tahun 2002 dan 2007 sebelum pembangunan Banjir Kanal Timur.

Cipinang River is one of most risk river from flood in East Jakarta. After Flood East Canal was Estabilish in 2009, Cipinang River have move their flood condition. Before East Canal Flood Was build, Cipinang river has Flood capacious 121,12 hectar in 1996, 527,56 hectar in 2002, and 693,69 hectar in 2010, and after Flood east Canal Build Cipinang River has decrase flood capacious at least 66,94 hectar. Before Flood East Canal build, the spread of flood was in 0-70 Meter up the sea surface. After Flood East Canal build the spread of flood is in 0-40 meter up than sea surface. The decrease of flood in Cipinang river before and after Flood East Canal build is caused from daily rain fall in 2002 and 2007. In 2002 and 2007 have more than 100 mm daily rainfall in several day in both of years."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S45147
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathiyya Ulfa
"Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki riwayat kejadian longsor tertinggi di Indonesia. Salah satu wilayah di Provinsi Jawa Barat yang sering terjadi longsor adalah Desa Cibanteng, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur. Pada dua tahun terakhir telah terjadi dua kali pergerakan tanah di daerah yang berbeda di Desa Cibanteng.
Penelitian ini bertujuan memprediksi besar risiko kerugian bencana longsor pada masa akan datang sehingga bantuan saat terjadi longsor dapat dioptimalkan. Untuk memprediksi besar risiko kerugian digunakan variabel bahaya, kerentanan dan kapasitas kebencanaan longsor. Masing-masing variabel memiliki beberapa indikator tertentu yakni penggunaan tanah, lereng, dan kepadatan penduduk. Penghitungan risiko kerugian dilakukan menggunakan metode overlay masing-masing variabel.
Hasil penelitian adalah berupa prediksi risiko kerugian sebesar Rp. 10,1 milyar. Besar risiko kerugian tersebut didapat dari nilai bangunan, jaringan jalan, jaringan listrik dan produktivitas pertanian. Penelitian ini menunjukkan bahwa wilayah risiko bencana longsor mendominasi dibagian selatan Desa Cibanteng.

West Java is a province with highest landslide history in Indonesia. One of the area that landslide frequently occurred is Cibanteng Village, Sukaresmi Subdistrict, Cianjur District. In last two years, slow earthflow or as known as creep occurred in difference area of Cibanteng Village.
The aim of this research is to know how much the detriment risk affected by landslide in the future, so that the help when landslide occurred can be optimalized. This research use some variables such as hazard, vulnerability and capacity variables to determine the detriment risk. All variables also have the certain indicator such as landuse, slope, and population density.
By the research, the accumulation of detriment risk is about IDR 10,1 billion. This detriment is gained from building value, road value, electricity and agriculture productivity in IDR. By the result of research, it is known that landslide risk areas are dominated in south of Cibanteng Village.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S58021
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdullah Alatas
"Pembangunan banyak terjadi di kota besar di Indonesia, salah satunya terjadi di Kota Tangerang Selatan. Pembangunan ini mengakibatkan peningkatan suhu di wilayah Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial suhu permukaan daratan dan kaitannya dengan kerapatan vegetasi dan kerapatan bangunan di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2005, 2010 dan 2014. Data suhu diperoleh dengan menggunakan metode menghitung nilai radiansi dari pengolahan citra Landsat TM dan Landsat 8 sedangkan data kerapatan vegetasi dan kerapatan bangunan diperoleh dengan menghitung indeks NDVI dan NDBI. Berdasarkan hasil analisis spasial dan penghitungan statistik menggunakan analisis regresi linier berganda didapatkan pola suhu menyebar dengan pusat di timur Kota Tangerang Selatan. Perubahan suhu tertinggi bergeser dari di timur kota mengarah ke pusat kota.

Development occurs in many big cities in Indonesia, one of which occurred in South Tangerang City. This development resulted in an increase in temperature in the region of South Tangerang City. This study aims to determine the spatial patterns of land surface temperature and its relation to vegetation density and building density in South Tangerang City in 2005, 2010 and 2014. The temperature data obtained using the method of calculating the value of radiance from the processing of Landsat TM and Landsat 8 while the data vegetation density and building density is obtained by calculating the index NDVI and NDBI. Based on the analysis of spatial and statistical calculation using multiple linear regression analysis obtained temperature patterns spread to the center in the eastern city of South Tangerang. The highest temperature change shifted from east of the city leading to the center city."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S62416
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agrido William
"ABSTRAK
Kebutuhan akan transportasi massal atau publik sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan untuk mengurangi kemacetan, waktu dan uang, namun hal tersebut masih susah untuk terwujud bila sistem transportasi dan kawasan tempat transportasi itu terletak, tidak berjalan secara baik dan terintegritas, terlebih bila hal tersebut berada di Kota Metropolitan Jakarta serta daerah sekitarnya dan daerah daerah satelitnya seperti Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi untuk penelitian ini. Keberadaan Commuter Line perlu dianggap sebagai salah satu upaya dalam mewujudkan hal tersebut, melalui konsep pembangunan yang berorientasi transit (TOD). Kondisi ini kemudian menjadi pertanyaan penelitian yaitu Bagaimana karakteristik wilayah di setiap stasiun Manggarai sampai dengan Cikarang dengan konsep TOD. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui karakteristik wilayah sekitar di setiap stasiun Manggarai sampai dengan Cikarang dengan konsep TOD. Metode yang digunakan yaitu skoring, pembobotan serta analisis spasial yang dinilai berdasarkan pada prinsip TOD: diversity & destination, density, distance & design, dan demand management yang terbagi atas 10 sub-variabel penilaian. Hasil penelitian yang diharapkan adalah 3 tipologi TOD. Lalu, hasil dari 6 wilayah transit yang dinilai yaitu terdapat 3 wilayah transit sebagai TOD Kota, 2 wilayah transit sebagai TOD Sub Kota, dan 1 wilayah transit sebagai TOD Lingkungan.

ABSTRACT
The need for mass or public transportation is needed by people living in urban areas to reduce congestion, time and money, but this is still difficult to realize if the transportation system and the area where transportation is located, does not work well and has integrity, especially if it is it is located in the Metropolitan City of Jakarta and the surrounding area and its satellite areas such as Bekasi City and Bekasi Regency for this research. The existence of a Commuter Line needs to be considered as one of the efforts to realize this, through the concept of transit oriented development (TOD). This condition later becomes a research question, What are the characteristics of the surrounding region at each Manggarai until Cikarang station with TOD concept?". The aim of the study is to understand the characteristics of the surrounding region at each station from Manggarai to Cikarang with TOD concept. The methods used are scoring, weighting and spatial analysis which are assessed based on the TOD principle: diversity & destination, density, distance & design, and demand management which are divided into 10 sub variables of assessment. The expected research results are 3 typologies of TOD. Then, the results of 6 transit areas are assessed, namely there are 3 transit area as City TOD, 2 transit areas as Sub-City TOD, and 1 transit areas as Environmental TOD."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nafiriair Yufan Madakarah
"ABSTRAK
Universitas saat ini bisa disebut sebagai small cities mengacu kepada ukuran luasan, populasi dan berbagai macam aktifitas yang berada di dalam kampus. Institut Pertanian Bogor adalah sebuah kampus yang dapat mewakili sebuah kota dalam lingkup yang lebih kecil. Institut Pertanian Bogor berupaya mewujudkan cita-cita menjadi kampus hijau yang ramah lingkungan dengan membuat program IPB Menuju Green Campus 2020. Untuk mewujudkan dirinya sebagai Green Campus, Ruang Terbuka Hijau (RTH) terus menjadi perhatian IPB sebagai salah satu variasi tutupan lahan. Variasi tutupan lahan mempengaruhi adanya variasi suhu permukaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial variasi suhu permukaan daratan di area kampus IPB dramaga Bogor. Penelitian ini menggunakan analisis spasial untuk menganalisis variasi suhu permukaan daratan dengan tutupan lahan dan analisis statistik untuk menganalisis keterkaitan antara suhu permukaan daratan dengan kerapatan vegetasi (NDVI) dan kerapatan bangunan (NDBI). Data dihasilkan dari pengolahan citra penginderaan jauh dengan menggunakan citra Landsat 8 disertai dengan survey lapangan untuk proses validasi. Hasilnya menunjukkan suhu minimum dan maksimum sebesar 23,9 ºC dan 29,1 ºC pada tahun 2013 dan mengalami peningkatan menjadi 27,8 ºC dan 34,8 ºC pada tahun 2018. Variasi suhu permukaan sejalan dengan jenis tutupan lahannya. Variasi suhu membentuk pola spatial dimana suhu tertinggi cenderung terletak pada wilayah tengah kampus berupa lahan terbangun dan suhu terendah cenderung terletak pada wilayah utara berupa hutan kampus. Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada wilayah yang mengalami perubahan tutupan lahan dari lahan vegetasi menjadi lahan terbangun sebesar 7 ºC lebih besar dari peningkatan suhu pada tutupan lahan yang sejenis sebesar 4,7 ºC. Semakin tinggi kerapatan vegetasi maka semakin rendah suhu permukaan daratan, begitu sebaliknya semakin tinggi kerapatan bangunan maka semakin tinggi pula suhu permukaan daratannya.

ABSTRACT
At present time university can be called as small cities due to their size of the area, population and various kinds of activities. Bogor Agricultural University is a campus that can represent a city in a smaller scope with a high variety of land cover. Bogor Agricultural University seeks to realize the ideals of being a green campus that is eco-friendly by making program IPB toward Green Campus in 2020. To realize itself as a Green Campus, Green Open Space to be the focus of IPB as one of the variations in land cover. Further, the variation of a land cover will affects the surface temperature variation. This study aims to determine the spatial pattern of land surface temperature variation and the relationship with land cover and changes, vegetation density (NDVI) and building density (NDBI). The data use in this study generated from Landsat 8 imagery and field surveys, then analize using the spatial and statistic analysis tools. The results show the minimum and maximum temperatures are 23.9 ºC and 29.1 ºC in 2013 and increased to 27.8 ºC and 34.8 ºC in 2018. The temperature have a spatial pattern associated with the land cover. Where the highest temperature tends to be located in the central region in the form of built-up area and the lowest temperature tends to be located in the northern region in the form of forest area. The highest increase in temperature tends to appeared in the area that show a changes from vegetation to built-up area. More over this study also found that this phenomena only appear with temperature value were 7ºC greater than the increase in temperature on a similar land cover with value 4.7 ºC. Finally, this study prove that the higher vegetation density will create a lower the temperature of the land surface, while the higher the building density create a higher land surface temperature.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Bunai
"Suhu permukaan daratan merupakan parameter penting dalam proses fisik dan interaksi antara permukaan bumi dengan atmosfer. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola sebaran suhu permukaan daratan menggunakan dua metode yaitu mono window algoritma dan split window algoritma dengan Landsat 8 terhadap variasi penutup lahan, serta mengetahui metode mana yang lebih akurat dengan menghitung root mean square error RMSE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola sebaran suhu permukaan dengan kedua metode terhadap variasi penutup lahan memiliki beberapa persamaan dan perbedaan yaitu, penutup lahan badan air terdistribusi pada suhu yang rendah untuk mono window algoritma dan sangat rendah untuk split window algoritma, deareh bukan pertanian terdistribusi pada suhu sedang untuk kedua metode, daerah pertanian tersebar pada suhu sedang untuk mono window algoritma dan rendah untuk split window algoritma, kemudian lahan terbangun tersebar pada suhu tinggi untuk kedua metode, terakhir lahan terbuka tersebar pada suhu sedang untuk mono window algoritma dan split window algoritma. Hasil perhitungan RMSE menunjukan bahwa untuk split window algoritma memiliki nilai RMSE lebih kecil dibandingkan dengan mono window algoritma yaitu 7,69°C, yang artinya metode split window lebih akurat.

The land surface temperature is an important parameter in the physical process and the interaction between the land and the atmosphere. The purpose of this study is to perform the spatial distribution of land surface tempertaure using two algorithms related to the variation of land cover, as well as to determine more accurate algorithm for retrieving land surface temperature value by calculating root mean square error RMSE. The results showed both of the land surface temperatures distribution had several similarities and differences. For instance, water body distributed at low temperatures for mono window algorithm and very low temperature for split window algorithm, non agricultural area distributed at medium temperature for both methods, the agricultural area is spread over medium temperatures for mono window algorithm and low temperature for split window algorithm, impervious distributed at high temperatures for both methods, and open land is spread at medium temperature for mono window and split window algorithm. Then the RMSE calculation results show that for split window algorithm has smaller RMSE value compared to mono window algorithm that is 7.69°C, which means Split window method is more accurate."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67261
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifah Pitriya
"ABSTRACT
Estimasi biomassa penting dalam memahami peran vegetasi di kawasan perkotaan. Sejak memisahkan diri dari administrasi Kabupaten Tangerang di tahun 2008, populasi penduduk di Kota Tangerang Selatan terus meningkat dengan laju pertumbuhan mencapai 3,64 . Urbanisasi yang begitu tinggi menyebabkan pengurangan jumlah tutupan lahan vegetasi yang penting dalam mengurangi emisi karbon. Penelitian ini menggabungkan metode pengukuran lapangan dengan pengolahan citra menggunakan indeks vegetasi, yaitu NDVI, SAVI dan ARVI. Analisis yang dilakukan meliputi sebaran spasial biomassa dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tangerang Selatan. NDVI dinyatakan sebagai variabel prediktor terbaik 59,5 untuk mengestimasi biomassa di Kota Tangerang Selatan dengan jumlah total biomassa mencapai 243,85 juta kg. Biomassa yang lebih tinggi terlihat mendominasi bagian barat dan semakin berkurang ke bagian timur. Nilai ini juga menggambarkan sebaran karbondioksida yang memiliki nilai minimum sebesar 60,61 kg/grid dan maksimal sebesar 12.822 kg/grid.

ABSTRACT
Biomass estimation is important to understand the benefits of vegetation in urban area. Since administratively separated from Tangerang Regency in 2008, the population of South Tangerang City increased substantially for approximately 3.64 . The high urbanization rates led to reduction of vegetation cover which is important in reducing carbon emission. This study combined field sampling measurement data and image processing data from vegetation indices, such as, NDVI, SAVI and ARVI. In this study, spatial distribution of biomass with Regional Spatial Plan is being analyzed. NDVI is found to be the best predictor to estimate total biomass in South Tangerang City 59.5 with the total amount of biomass approximately 243.85 million kg. Higher biomass value located in western part and reduced steadily into eastern part of South Tangerang City. This also indicated the carbon dioxide stored in vegetation with minimum and maximum values are 60.61 kg grid and 12,822 kg grid, respectively.
"
2017
S67248
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>