Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Felicia Stefanie
"Skripsi ini membahas mengenai pemaknaan mahasiswi di Jakarta terhadap premarital sexual intercourse di dalam film porno Indonesia. Latar belakang dari penelitian ini yaitu peredaran film porno Indonesia di Jakarta ternyata juga dikonsumsi oleh mahasiswi di Jakarta. Mereka memberikan pemaknaan yang berbeda-beda terhadap aktivitas premarital sexual intercourse di dalam film porno Indonesia dan pemaknaan tersebut ternyata juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan metode penelitian konstruktivis.
Hasil penelitian ini melihat bahwa film porno Indonesia dimaknai secara berbeda-beda dimana sebagian besar informan mahasiswiwi menganggap hal tersebut tidak sesuai dengan realita dalam masyarakat. Selain itu, faktor seperti agama, orang tua, budaya, lingkungan, kelompok pertemanan, serta pengalaman pribadi khalayak memberikan pengaruh terhadap pemaknaan yang diberikan. Penelitian ini menyatakan bahwa mahasiswi di Jakarta memaknai bahwa apa yang ada di dalam film porno Indonesia tidak sesuai dengan realita dan tidak pantas untuk dilakukan.

Focus of this thesis is reception analysis of female college students in Jakarta againts premarital sexual intercourse in Indonesian porn film. Background of this research is that Indonesian porn actually consumed by female college students. They gave different reception to premarital sexual intercourse in Indonesian porn and those reception affected by many factors. This is a qualitative research with constructivist research method.
Result of this research is that Indonesian porn got mixed reception with majority of female college students said that it doesn?t fit reality in society. Besides, factors like religion, parents, culture, nurture, peer, and individual experience affect the reception they gave. This research pointed that reception analysis of female college students in Jakarta to Indonesian porn film is that it doesn't fit reality and inappropriate to do."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Stanley Widianto
"ABSTRAK
Makalah ini membahas soal prevalensi berita palsu dan berbagai upaya yang telah dilakukan pelbagai kantor media - dalam hal ini: majalah Tempo dan situs berita Tirto ID - untuk memeranginya. Melalui sub-bagian pengecekan data maupun penyuluhan, kedua berita ini merupakan contoh dari penjunjungan elemen terpenting dari jurnalisme, yaitu verifikasi berita. Menggunakan teori kekosongan informasi untuk menjelaskan kebutuhan konsumen media atas informasi, makalah ini juga membahas psikologi masyarakat-bagaimana ada kerentanan masyarakat dalam mengonsumsi berita palsu, sebuah fenomena dalam jurnalisme Indonesia maupun dunia.

ABSTRACT
This paper discusses the prevalence of fake news and the many ways Indonesian media organizations -Tempo magazine and the news site Tirto ID - overcome the challenges fake news presents. Through data verification or consultations, these examples are representative of the upholding of one of journalism s most imperative elements: verification. Using the information gap theory to explain the need for media consumers to obtain information, the paper also discusses the psychology behind fake news-how there's a susceptibility in the consumption of fake news, an Indonesian and global phenomenon"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhifa Safira Rares
"ABSTRAK
Musik adalah suatu hal yang sangat dicari oleh orang-orang. Banyak musisi yang mencari penghasilan melalui karyanya dalam membuat sebuah lagu. Di jaman yang canggih ini, musik tertutama Pop adalah aliran musik yang paling laris dikalangan para remaja jaman sekarang. Dengan adanya globalisasi, musik dari negara mana saja bisa didengarkan dengan mudah. Korean Pop adalah salah satunya aliran musik pop yang sedang popular dikalangan anak jaman sekarang. Banyak sekali perusahaan yang berkerja sama dengan artis artis pop di Korea untuk meningkatkan daya beli produk mereka. Artis K-pop termasuk kalangan artis yang dipercaya mempunyai banyak penggemar. Dengan adanya banyak peluang yang bisa diambil terkait dengan maraknya K-pop jaman sekarang, banyak perusahaan iklan di Indonesia yang menggunakan artis K-pop sebagai Brand Ambassador untuk menaikkan daya jual produk mereka. Penelitian ini akan menulusuri tentang dampak atau efek Korean Pop terhadap Periklanan di Indonesia. Dalam hal cara perusahaan menjual barang atau jasanya dengan cara menggunakan artis K-pop sebagai Key Opinion Leader.

ABSTRACT
Music is something that is an essential for people. Many musicians are looking for income through his/her work in making a song. In this sophisticated era, Pop music is the most popular music genre among young adults. With globalization, music can be heard or known all around the world. Korean Pop is one of the pop music genre that is popular. Lots of companies are working with pop artists in Korea to increase the selling point of their products. K-pop artists are the artists who are believed to have a lot of fans, especially in Indonesia. With the opportunities given by the fans, advertisers tend to hire a K-pop artist as their Key Opinion Leaders. Advertising is one of the strategy for companies to sell their product and make profits. This research will explore the impact or effect of Korean Pop on Advertising in Indonesia. In terms of how companies sell goods or services by using K-pop artists as KOL."
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Gyanindra Ali Akbar Mangitung
"ABSTRAK
Pesatnya perkembangan teknologi seperti internet telah mengubah alur komunikasi di berbagai bidang, seperti dalam bidang pemasaran. Media sosial, khususnya, dengan karakteristiknya yang memperkenankan pengguna untuk memberi umpan balik, telah mengubah cara bisnis atau organisasi mempromosikan produknya. Tak terkecuali penulis yang juga mempergunakan media sosial untuk mempromosikan bukunya. Contohnya adalah Marchella FP, penulis Indonesia terlaris, yang secara kumulatif memiliki 3 juta pengikut dalam akun-akun Instagramnya. Akademisi Mangold dan Faulds berargumen bahwa karena media sosial, cara baru untuk mempromosikan sebuah produk adalah dengan membentuk diskusi yang menguntungkan sebuah bisnis. Mangold dan Faulds juga berargumen bahwa terdapat sembilan hal yang bisa dilakukan sebuah bisnis untuk membentuk diskusi. Makalah ini bertujuan untuk menganalisa bagaimana penggunaan Instagram membantu Marchella dalam mempromosikan bukunya. Dengan penelitian sekunder dan analisis konten, ditemukan bahwa Marchella FP telah melakukan sembilan hal tersebut dalam penggunaan Instagramnya dan hal tersebut membantu membentuk diskusi dan mempromosikan bukunya.

ABSTRACT
The rapid development of technology such as the internet has reshaped the communications flow in various fields, including marketing. Social media, in particular, with its traits that allows users to give feedbacks, has reshaped the way a business or an organization promote its products. Writers are not the exception as they too rely on social media to promote their books. An example is the Indonesian best-selling author, Marchella FP, who cumulatively has over 3 million followers on her Instagram accounts. Scholars Mangold and Faulds argue that due to social media, the new way to promote a product is to shape the discussions to be favorable towards the business. Mangold and Faulds further argue that there are nine things that a business is able to do to shape discussions. This research paper aims to analyze how the utilization of Instagram helps Marchella to promote her books. Through secondary research and content analysis, it is found that Marchella FP does all of the nine things in her utilization of Instagram and it helps Marchella to shape the discussions and promote her books."
2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Widuri Adi Rukmini
"Penelitian kualitatif ini berusaha mengetahui persepsi anak mengenai acara anak yang ada di televisi, khususnya anak yang termasuk dalam middle childhood. Faktor-faktor apa saja yang mendukung persepsi tersebut dan pengaruhnya terhadap pemilihan acara anak yang akan mereka saksikan di televisi. Secara lebih khusus, penelitian ini ingin melihat persepsi anak terhadap acara hiburan yang mengandung unsur pendidikan, yaitu Tralala trilili dan Towet towet. Apakah benar acara yang dipersepsikan sebagai acara hiburan dapat memberikan pengetahuan yang lebih dibandingkan acara yang mereka persepsikan sebagai acara pendidikan. Untuk mengumpulkan data, digunakan Focus Group Discussion, suatu cara pengumpulan data dengan menggunakan diskusi kelompok. Diskusi ini dilakukan di SD Rimba Putra dan SD Regina Pacis Bogor, dengan total sampel 48 orang yang dibagi dalam 8 sesi yang dipandu oleh seorang moderator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata walaupun acara yang dipersepsikan sebagai acara hiburan, yang mengandung pendidikan, memang disukai anak, namun pengetahuan yang terdapat dalam acara tersebut kurang dapat diserap oleh anak. Anak lebih dapat menyerap dan mengingat pengetahuan yang ada pada acara yang mereka persepsikan sebagai acara pendidikan, seperti kuis. Penelitian menunjukkan perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan. Anak perempuan ternyata lebih memiliki minat pada pengetahuan, sehingga mereka lebih banyak mengingat pengetahuan yang ada dalam acara tertentu dibanding anak laki-laki."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
S4219
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvi Sofia
"Jika membicarakan seks dan hal yang berkaitan dengannya, maka tak dapat disangkal hal tersebut selalu menarik dan tak akan habis dibahas orang. Di zaman yang telah berubah dan berkembang pesat lni, pembicaraan mengenai seks terjadi dimana-mana, dengan teman, saudara, orang tua, dan di media massa. Orang terbiasa dengan masalah seks dan telah terjadi pembiaran terhadap masalah seks. Daya tarik seks yang merupakan salah satu komponen iklan yang memberikan efek khusus yang dapat meningkatkan kesadaran, sekarang ini banyak digunakan dalam dunia periklanan. Misalnya pada iklan jeans, pakaian dalam, bodyspray, parfum, jamu, obat-obatan, dan lainnya. Tujuannya menarik perhatian dan mempersuasi khalayak. Remaja sebagai salah satu pasar sasaran yang potensial juga tak lepas dari terpaan iklan semacam itu. Berbagai informasi yang menerpa remaja balk dari lingkungan terdekat seperti orang tua dan teman bermain ataupun media massa akan membentuk nilai dan norma yang akan dikeluarkan melalui pendapat. Lingkungan keluarga dianggap dapai memberikan pengaruh bagi pembentukan pendapat remaja. Hal ini diukur dari pola komunikasi keluarganya, yang terbagi dalam tiga kategori yaitu pola komunikasi keluarga tertutup, pola komunikasi keluarga setengah terbuka, dan polo komunikasi keluarga terbuka. Sehubungan dengan itu, peneliti ingin menggambarkan bagaimana pendapat remaja terhadap iklan yang menggunakan daya tarik seks, bagaimana hubungan polo komunikasi keluarga dengan pendapat remaja terhadap iklan yang menggunakan daya tarik seks, dan apakah ada pengaruh dari variabel lain seperti hubungan teman bermain, konsumsi media bermuatan seks dan jenis kelamin terhadap hubungan pola komunikasi keluarga dengan pendapat remaja tersebut. Melalui metode survei yang dilakukan pada murid SMUN 8 Jakarta, diambil 100 sampel dengan teknik penarikan sampel random stratifikasl, Penggunaan pedoman wawancara berstruktur menggunakan Skala Liked, Hipotesa yang diajukan diuji menggunakan Kai Kuadrat untuk melihat apakah ada hubungan antara polo komunikasi keluarga dengan pendapat remaja terhadap iklan yang menggunakan daya tarik seks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pola komunikasi keluarga dengan pendapat remaja terhadap iklan yang menggunakan daya tarik seks. Keseluruhan variabel kontrol yang terdiri dan hubungan Leman bermain, konsumsi media bermuatan seks, dan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap hubungan pola komunikasi keluarga dengan pendapat remaja terhadap iklan yang menggunakan daya tarik seks. Yang menarik, variabel kontrol tersebut justru mempengaruhi atau ada hubungan dengan pendapat remaja terhadap iklan yang menggunakan daya tarik seks."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
S4229
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erica Apriana
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4408
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luki Surya Sumirat
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S4373
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktamadjaya Wiguna
"Semenjak kemunculannya pertama kali di tahun 1970, koran populer di Indonesia tents mendulang, kesuksesan. Pos Kota sebagai "raja koran populer" mencatat angka tiras dan audience share yang tinggi. Memasuki era reformasi, jumlah koran populer bertambah, dimana koran-koran barn tersebut lebih sadis, vulgar, mengerikan, dan tidak senonoh dibanding Pos Kota — padahal Pos Kota sendiri sudah dikecam karena gaya pemberitaannya yang memakai format yellow paper dengan gaya nemberitaan yang vulgar dan sadis. Salah satu koran populer barn tersebut adalah harian Lampu Merah. Harian ini memiliki format yang paling sukses dibanding koran populer barn yang lain. Lampu Merah yang menyebut dirinya "koran kriminal" ini dipenuhi dengan artikel-artikel bemuansa kriminal dan seksual yang dikemas dalam bahasa yang lugas dan informal. Dari sekian banyak topik berita yang ditawarkan, salah satu yang cukup sering diangkat adalah kejahatan kekerasan seksual terhadap anak-anak. Mengingat sebelumnya telah banyak penelitian yang menunjukkan pemberitaan media massa tentang kasus kekerasan seksual cenderung merugikan korban, maka ada kekhawatiran hal yang sama terjadi pemberitav, kekerasan seksual terhadap anak-anak. Hal ini menjadi sebuah permasalahan serius karena yang dirugikan Bari berita tersebut adalah anak-anak yang belum bisa melindungi diri sendiri karena belum matang secara jasmani dan rohani. Sedangkan menurut Konvensi Hak Anak Internasional, semua pihak termasuk oleh media massa, hams melindungi hak anak. Penelitian yang menggunakan paradigma konstruktivis dan pendekatan kualitatif untuk menjelaskan gaya pemberitaan Lampu Merah tentang kekerasan seksual terhadap anak-anak serta akibat dari gaya pemberitaan tersebut. Metode yang digunakan menganalisis berita adalah analisis framing dengan model Robert M. Entman, dan analisis naraFi dengan model Tzvetan Todorov, serta dibantu analisis isi Penelitian ini juga menganalisis berbagai faktor yang ada di sekeliling Lampu Merah untuk mengatahui apa yang melatarbelakangi gaya pemberitaannya. Analisis didasarkan pada konsep pengaruh terhadap isi media secara hirarkhis yang dikemukan oleh Shoemaker dan Reese, yang melihat pengaruh dari level individu hingga level ideologi pada tingkat masyarakat. Hasil analisis terhadap teks berita menunjukkan peristiwa kekerasan seksual terhadap anak-anak dibingkai Lampu Merah sebagai masalah penyimpangan seksual individu yang disebabkan oleh materi pornografi yang dikonsumsi pelaku dan istri pelaku yang tidak bisa memenuhi kebutuhan dan fantasi seksual pelaku. Dua penyebab ini didelegitimasi oleh Lampu Merah,s sedangkan pelaku justru mendapat legitimasi / pembelaan dan dinilai hanya korban yang khilaf akibat adanya dua penyebab tadi. Rekomendasi penyelesaian masalah yang ditawarkan oleh Lampu Merah juga hanya dalam lingkup individu, yakni menghentikan pelaku dengan menyerahkan pelaku ke polisi tanpa mengusulkan sebuah gerakan atau kewaspadaan sosial Berita kekerasan seksual terhadap anak di Lampu Merah juga temyata tidak memberdayakan masyarakat dan mengurangi sensitivitas masyarakat atas masalah ini karena lebih menekankan aspek dan sisi seksualitas dan proses terjadinya kekerasan seksual. Gaya pemberitaan Lampu Merah juga cenderung merugikan anak, karena tidak disusun dengan dari perspektif anak dan tidak menggunakan prinsip "yang terbaik bagi anak". Hasil analisis juga menunjukkan penyebab gaya pemberitaan tersebut adalah kepentingan ekonomi dan mencari keuntungan lebih diutamakan dalam proses kerja redaksi melalui kebijakan efisiensi kerja. Penyebab lainnya adalah pengaruh budaya permarjinalan anak yang menganggap urusan anak adalah urusan orang dewasa sehingga perspektif anak dinilai tidak penting. Semua ini tidak terlepas dari apa yang ada di masyarakat saat ini. Institusi pers yang telah dikomodifikasi. Artinya institusi pers tidak lagi mengutamakan fungsi-fungsinya untuk mengabdi masyarakat, tapi mengutamakn fungsi ekonominya sebagai institusi yang mamapu mendatangkan keuntungan secara finasial. Dengan dasar tersebut berita kekerasan seksual terhadap anak akan lebih dipandang sebagai komoditi berita yang menarik bagi khalayak tanpa melihat efek dan dampak berita tersebut apakah menguntungkan atau justru merugikan anakanak dan khalayak secara umum. Selain masalah di institusi pers, masyarakat juga menganut budaya pemarjinalan anak yang memposisikan anak lebih inferior dan merupakan bagian dari keluarga sehingga tidak memiliki hak sendiri. Budaya ini juga tertanam dalam semua mekanisme peraairan dan penegakan hukum soal anak. Budaya inilah yang ikut menyebabkan berbagai komponen di Indonesia, termasuk media massa, masih belum menangani masalah anak secara serius dan baik.

Since its establishment in 1970, Pos Kota daily continues to gain success as a leading popular newspaper in Indonesia. The daily gain high audience share. But despite the success, Pos Kota received many critics for its lack of public responsibility for the public. In the Reformation Era, emerge three new popular newspapers which news is more sadistic, vulgar, horrible, and obscene. One of these new newspapers is Lampu Merah daily which called its self the crime-paper. Its news article if filled with crime and sexual material, packed with informal language. Child sexual abuse is one of the most frequent news topics that we can find in Lampu Merah. The mass media experts and the media watch had always criticizes mass media when they run a story about sexual abuse. Media tend to exploit the victim for the sake of interesting news. And now they are more worried since the disadvantage in child sexual abuse are children who can not defend them self. This research uses constructivist paradigm and qualitative approach to explain Lampu Merah's news-making on the child sexual abuse story and also the effects of it to the news text. To study the news text, this research uses Robert M. Entman framing analysis model, Tzvetan Todorov's narrative analysis model, and content analysis.. All the Lampu Merah's] surrounding factors also studied to gain knowledge of all the hierarchical influences on Lampu Merah's news content. The analysis is based on the concept developed by Shoemaker and Reese. The study shows Lampu Merah framed child sexual abuse story as a sexual deviation problems which caused by pornography and the inability of the suspect's wife to fulfill his sexual need. These causes are blamed but the suspects receive justification. He is judged as a victim of those causes. Therefore the recommendation given by the daily is limited in individual scope, to stop the suspect's deviant behavior by turning him into the custody of the police without any attempt to develop social awareness of the problems. The child sexual abuse story in Lampu Merah did not empower the society to stand up against this criminal behavior. It also creates a desensitization effect to the public as they grow careless about child sexual abuse. Lampu Merah's newsmaking tends to endangered child as a victim and exposed them as potential victims in the future as they did not practice the "for the best interest of the child" principle. The study also shows that The main factor behind this news-making is the economic consideration that resulted .in profit oriented journalism which drives efficiency to every stages of production without considering the effects for the public. Other factor is the child marginality culture. A Child problem is considered as adult affairs so the child does not have its own right to defend or to make moral evaluation. These factors are also the impact of the commodification of the news institute. News institute ignored the public responsibility of mass media and seek only financial profits. Indonesia handled child problems poorly and this play a significant role to the lack of concerned of the media towards child problems.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4346
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Nugroho Yulianto
2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>