Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Panjaitan, Priestly Magdalena Syeba
"Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia yang mempengaruhi penampilan seseorang. Penggunaan skincare secara rutin dan tepat merupakan salah satu cara untuk menjaga kesehatan kulit. Sekarang ini, produk kecantikan berbahan alami mulai diminati konsumen karena aman digunakan. Salah satu bahan alami yang berpotensi adalah jamur pangan (edible mushroom). Telah banyak penelitian yang menunjukkan kemampuan antimikroba terhadap bakteri pemicu jerawat, Cutibacterium acnes, dan antioksidan dalam mengatasi radikal bebas penyebab penuaan dini. Aktivitas antimikroba jamur pangan terhadap C. acnes diuji menggunakan metode disc diffusion dan broth macrodilution. Selain itu, jamur pangan dilakukan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (1,1-diphenyl2picrylhydrazil). Sebanyak 4 dari 23 jamur yang diuji pada penelitian ini menunjukkan kemampuan menghambat pertumbuhan C, acnes. Jamur Hypsizygus marmoreus (kode: Buna - KS) menunjukkan aktivitas antimikroba terbaik terhadap C. acnes dengan LC50 sebesar 292,5 mg/mL. Jamur pangan pada penelitian ini seluruhnya menunjukkan aktivitas antioksidan yang beragam dimana 11 dari 23 jamur pangan (200 mg/mL) memberikan inhibisi sebesar > 50%. Dengan metode DPPH untuk uji aktivitas antioksidan, nilai IC50 terbaik dihasilkan oleh jamur Calocybe indica (kode: JS(KJ) - KS) sebesar 1,6 × 103 ppm. Selanjutnya, analisis metabolomik dengan metode GC-MS (Gas Chromatography – Mass Spectrophotometry) dilakukan untuk jamur tertentu dengan aktivitas antimikroba terhadap C. acnes dan aktivitas antioksidan terbaik. Senyawa asam tartarat dan asam laktat ditemukan dari hasil analisis GC-MS. Kedua senyawa kelompok asam organik tersebut diketahui mempengaruhi kemampuan antimikroba jamur terhadap C. acnes. Senyawa metabolit silanol dan asam butirat yang diketahui mempengaruhi aktivitas antioksidan agen biologis tertentu juga ditemukan dari esktrak jamur tertentu yang dianalisis. Oleh karena itu, senyawa metabolit potensial tertentu berhubungan dengan kemampuan jamur sebagai agen antimikroba terhadap C. acnes dan agen antioksidan.
Skin is the outermost part of human body that affects a person’s look. Regular and proper use of skincare is an among way to maintain skin’s health. Nowadays, natural-based material skincare began to interest the society due to its safety. An among potensial natural material for skincare is edible mushroom. There had been numerous research prove edible mushroom’s antimicrobial ability against acne-causing bacteria, Cutibacterium acnes, and antioxidant ability in overcoming free radicals that cause premature aging. Antimicrobial against C. acnes activity was tested using the disc diffusion and the broth macrodilution method. Moreover, edible mushrooms were tested for antioxidant activity by the DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil) method. There were 4 of 23 edible mushrooms terted in this study showed growth inhibition of C. acnes. Hypsizygus marmoreus (code: Buna - KS) gave the best antimicrobial activity against C. acnes with LC50 was 292,5 mg/mL. All of edible mushroomns used in this study showed various antioxidant activity that 11 of 23 mushrooms (200 mg/mL) gave more than 50% inhibition. Using DPPH method for antioxidant activity test, the best IC50 was given by Calocybe indica (kode: JS(KJ)-KS) reached 1,6 × 103 ppm. Moreover, metabolomic analysis using GC-MS (Gas Chromatography - Mass Spectrophotometry) method was tested to certain mushrooms with great antimicrobial and antioxidant activites. Tartaric acid and lactic acid were identified from the results of GC-MS analysis. These organic acid compounds have been reported to affect the mushroom’s antimicrobial ability against C. acnes. Metabolite compounds of silanol and butyric acid that are known to affect the antioxidant activity of certain biological agents was also found from the extracts of certain mushroom analyzed. Therefore, certain potential metabolite compounds related to the ability of mushroom as antimicrobial agent against C. acnes and antioxidant agent."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Zakiyah Azzahra
"Jerawat (acne vulgaris) adalah penyakit pada kulit yang dapat disebabkan oleh bakteri patogen Cutibacterium acnes. Asam glikolat diketahui memiliki aktivitas antibakteri terhadap C. acnes. Untuk meningkatkan efektivitasnya, asam glikolat dapat dienkapsulasi oleh niosom dengan menggunakan surfaktan Span® 60 dan tokoferol asetat. Membran bilayer yang mengandung tokoferol asetat diketahui dapat digunakan untuk aplikasi penyembuhan luka. Pada penelitian ini, niosom dibuat dengan metode hidrasi lapis tipis dengan berbagai variasi formula. Efisiensi enkapsulasi untuk niosom asam glikolat tanpa tokoferol asetat sebesar 66,41%, niosom dengan 5%mmol tokoferol asetat sebesar 44,13%, dan niosom dengan 10%mmol tokoferol asetat sebesar 43,86%. Hasil karakterisasi dengan particle size analyzer (PSA) menunjukkan bahwa niosom pada penelitian ini memiliki ukuran ³ 1000 nm dengan nilai potensial zeta pada kisaran -3 mV hingga -0,8 mV. Uji aktivitas antimikroba niosom terhadap C. acnes dilakukan dengan menggunakan metode broth dilution. Niosom yang memiliki aktivitas antimikroba terbaik adalah niosom tanpa tokoferol asetat dengan nilai %inhibisi 96,3%.
Acne vulgaris or simply acne is a skin disease that can be caused by pathogenic bacteria, Cutibacterium acnes. Glycolic acid is known to have antibacterial activity against C. acnes. To enhance its activity, glycolic acid can be encapsulated by niosome using surfactant Span® 60 and tocopherol acetate. It is known that bilayer membrane containing tocopherol acetate can be used for wound healing application. In this research, niosomes were prepared using the thin-film hydration method with several variations of the formula. Results of the encapsulation efficiency of glycolic acid niosome without tocopherol acetate is 66,41%, niosome with 5%mmol tocopherol acetate is 44,13%, and niosome with 10%mmol tocopherol acetate is 43,86%. Results of the characterization using particle size analyzer (PSA) in this research shows that the particle size of the niosome is ³ 1000 nm with the zeta potential value range from -3 mV to -0,8 mV. The antimicrobial activity of niosomes against C. acnes was tested using the broth dilution method. Niosome with the best antimicrobial activity is glycolic acid niosome without tocopherol acetate with 96,3% %inhibition value."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Bunga Salsabila Fairuz
"Karotenoid adalah pigmen alami tidak larut air yang terkenal karena bersifat antioksidan dan merupakan prekursor vitamin A. Beta-karotena merupakan provitamin A terbaik yang umum digunakan dalam industri sebagai pigmen oranye-merah untuk membuat berbagai produk makanan. Pada penelitian ini beta-karotena diekstraksi dari mikroalga dengan jenis spirulina yang ditumbuhkan pada media zarrouk dengan penambahan limbah sawit dalam berbagai persentase. Kandungan karotenoid dalam mikroalga diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol, metanol, heksana, dan diklorometana. Berdasarkan hasil FESEM, terdapat perubahan ukuran granula pada mikroalga yang ditumbuhkan dalam variasi persentase limbah sawit (POME) sebagai media. Diklorometana merupakan pelarut ekstraksi terbaik berdasarkan hasil penentuan kadar beta-karotena dengan spektrofotometer Vis. Persentase limbah sawit dalam media berbanding terbalik dengan kadar beta-karoten dalam mikroalga. Limbah sawit pada media mikroalga menghambat pembentukan pigmen dan menurunkan aktivitas antioksidan ekstrak, berdasarkan metode DPPH.
Carotenoids are natural, insoluble pigments that are famous for their antioxidant properties and are precursors of vitamin A. Beta-carotene is the best pro-vitamin A which is commonly used in industry as an orange-red pigment to make various food products. In this study, beta-carotene was extracted from microalgae, spirulina, grown in zarrouk media with the addition of palm oil waste in various percentages. Carotenoid content in microalgae was extracted using the maceration method with ethanol, methanol, hexane and dichloromethane solvents. Based on FESEM results, there were changes in microalgae granule size that grown in variety percentages of palm oil waste (POME) as medium. Dichloromethane was the best extraction solvent based on the results of determining beta- carotene content using a Vis spectrophotometer. The percentage of palm waste in the media was inversely proportional to the beta-carotene content in microalgae. Palm waste in microalgae medium inhibits pigment formation and reduces antioxidant activity, based on the DPPH method."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rosita Nur Hasanah
"Kulit yang sehat dan bersih dapat dirawat dengan menggunakan produk perawatan kulit (skincare). Salah satu kandungan pada produk perawatan kulit yang banyak digunakan ialah niasinamida. Niasinamida dapat lebih efektif ketika dienkapsulasi oleh niosom yang mengandung vitamin E (tokoferol asetat). Tujuan dari penelitian ini adalah membuat niasinamida terenkapsulasi niosom yang mengandung vitamin E untuk uji antimikroba terhadap bakteri Cutibacterium acnes. Niosom dibuat menggunakan Span® 60 dan tokoferol asetat dengan metode thin film hydration. Niosom yang dibuat di penelitian ini menggunakan tiga variasi konsentrasi tokoferol asetat, yaitu 0, 5, dan 10%. Niosom ditentukan efisiensi enkapsulasi, potensial zeta, dan ukuran partikelnya. Aktivitas antimikroba niosom terhadap bakteri C. acnes dilakukan dengan menggunakan metode broth dilution. Efisiensi enkapsulasi niosom niasinamida tanpa tokoferol asetat (72%) lebih rendah dibandingkan niosom niasinamida yang mengandung tokoferol asetat (99%). Niosom yang diperoleh memiliki ukuran partikel ≥ 1000 nm dan potensial zeta -3 sampai -0,8. Niosom niasinamida yang mengandung tokoferol asetat 10% memiliki aktivitas antimikroba terhadap C. Acnes dengan nilai OD600 sebesar 1,598.
Healthy and clean skin can be maintained using skin care products. One of the ingredients in skin care products that is widely used is niacinamide. Niacinamide can be more effective when encapsulated by niosomes containing vitamin E (tocopherol acetate). In this research, antimicrobial activity of Niosome-encapsulated niacinamide was determined against Cutibacterium acnes. Niosomes were prepared using Span® 60 and tocopherol acetate by thin film hydration method. The different concentration of tocopherol acetat were used in this research, i.e. 0, 5, and 10%. Niosomes were determined for their encapsulation efficiency, zeta potential, and particle size. The antimicrobial activity of niosomes against C. acnes bacteria was carried out using broth dilution method. The encapsulation efficiency of noisome-encapsulated niacinammide without tocopherol acetate (72%) was lower than that of niacinamide niosomes containing tocopherol acetate (99%). Niosomes obtained had a particle size of ≥1000 nm and a zeta potential of -3 until -0,8. Niosome-encapsulated niacinamide containing 10% tocopherol acetate had antimicrobial activity against C. acnes with a OD600 value of 1,598."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library