Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raden Kusumadewi
"Latar Belakang: Prolaps organ panggul (POP) pada wanita menimbulkan morbiditas. Untuk mengurangi angka re-operasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien dibutuhkan peningatan kualitas pelayanan secara terus menerus. Guideline yang saat ini secara luas dipakai dalam penatalaksanaan POP di Indonesia adalah Panduan Penatalaksanaan POP PB HUGI-POGI pada tahun 2013. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui insidensi POP dan melakukan audit kesesuaian pada penatalaksanaan kasus POP di RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2016-2018.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain penelitian cross-sectional menggunakan data sekunder. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien POP yang didiagnosis dan mendapat tatalaksana di Polikinik Uroginekologi RSUPN Cipto Mangunkusumo pada bulan Januari 2016 sampai dengan Desember 2018, diikuti oleh wawancara pasien yang dipilih secara acak tentang follow up pasca operasi.
Hasil: Terdapat 252 kasus prolaps organ pelvis di tahun 2016-2018 dengan prevalensi 15,96%. Proporsi kesesuaian anamnesis tatalaskana POP konservatif dan operatif adalah 88,1% dan 82,8%, pemeriksaan fisik 93,1% dan 97,3%, 100% pada informasi pemilihan tatakasana dan informed consent. Kepatuhan follow up 6 bulan dan 12 pasca operasi adalah masing-masing 40,4% dan 26,5%. Ketidakcocokan dalam anamnesis dan pemeriksaan fisik disebabkan oleh beberapa formulir penilaian yang harus diisi serta formulir penilaian uroginekologi yang tidak terlampir dengan catatan medis pasien.
Kesimpulan: Panduan usulan pelayanan asesmen pasien POP dengan penulisan pada formulir asesmen uroginekologi yang telah diperbaharui dan mengintegrasikan ke dalam rekam medik menjadi usulan berdasarkan hasil audit.

Background: Pelvic organ prolapse (POP) in women causes significant morbidity. In order to reduce the number of re-operations and improve the quality of life of patients, consistent quality of patient care is required. The Executive Board of the Urogynecology Association of the Indonesian Obstetrics & Gynecology Associations 2013 POP guideline is widely used in Indonesia, but compliance to the guidelines needed to be evaluated. This study aimed to investigate the incidence of POP and to audit POP management in Cipto Mangunkusumo General Hospital, Indonesia, in 2016-2018.
Method: This was a cross-sectional study on the medical records of POP patients who were diagnosed and treated at the Urogynecology Outpatient Clinic, Cipto Mangunkusumo General Hospital in January 2016 to December 2018, followed by randomly selected patient interview about follow-up discrepancy.
Results: There were 252 cases of POP in 2016-2018, with a prevalence of 15.96%. Proportion of conformities in POP management with conservative and operative management was 88.1% and 82.8% in history taking, 93.1% and 97.3% in physical examination, both 100% in examinations and informed consent. Compliance of 6 months and 12 months follow up in operative management was 40.4% and 26.5%, respectively. Mismatches in history taking and physical examination were due to multiple assessment forms that have to be completed as well as unintegrated urogynecology assessment form with patients medical record.
Conclusion: Our audit suggests that urogynecology assessment form should be integrated into patients medical records is needed to improve patient care. A patient book should be provided to improve follow-up rates.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Ruryatesa
"Latar Belakang: Preeklampsia - eklampsia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi di dunia khususnya negara-negara sedang berkembang dengan insidensi
di Indonesia berkisar 8,6%. Pemberian aspirin diharap dapat menjadi solusi pencegahan preeklampsia bagi ibu hamil dengan risiko tinggi untuk menurunkan terjadi persalinan prematur, berat badan bayi yang rendah, serta turut meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas perinatal. Tujuan: Mengetahui keluaran penggunaan aspirin dosis rendah pada ibu hamil dengan risiko tinggi preeklampsia. Metode: Studi ini merupakan kohort retrospektif. Melibatkan 695 subjek ibu hamil dengan risiko tinggi preeklampsia yang dibagi menjadi dua kelompok dengan terapi aspirin dosis rendah dan tanpa terapi. Hasil: Angka kejadian preeklampsia pada kelompok aspirin lebih rendah (8.9%) secara bermakna (odds ratio 0.37; 95% confidence interval, 0.26 hingga 0.54; P = <0.001) dibandingkan kelompok kontrol (14.8%). Pada kelompok aspirin penurunan angka kejadian preeklampsia lebih rendah secara bermakna pada pasien luaran kehamilan kurang dari 34 minggu dibanding luaran kehamilan > 34 minggu (odds ratio 0.117; 95% confidence interval, 0.048 hingga 0.282; P = <0.001). Kesimpulan: Pada studi ini, pemberian aspirin dosis rendah pada ibu dengan risiko tinggi preeklampsia terjadi penurunan insiden preeklampsia secara bermakna dan penurunan luaran kehamilan kurang dari 34 minggu

Background: Preeclampsia - eclampsia is the main cause of maternal and infant morbidity and mortality in the world, especially developing countries such as Indonesia with incident about 8.6%. We hoped that aspirin can be a solution to prevent preeclampsia for pregnant women with a high risk of preeclampsia to reducing preterm labor, low birth weight, and also increasing perinatal mortality and morbidity. Objective: To determine the output of using low-dose aspirin in pregnant women with a high risk of preeclampsia. Method: This study was a retrospective cohort. Involves 695 pregnant women with a high risk of preeclampsia and divided into two groups with low-dose aspirin therapy and without therapy. Results: The incidence of preeclampsia in the aspirin group was significantly lower (8.9%) (odds ratio 0.37; 95% confidence interval, 0.26 to 0.54; P = <0.001) compared to the control group (14.8%). In the aspirin group the decrease in the incidence of preeclampsia was significantly lower in patients with pregnancy outcomes less than 34 weeks compared with pregnancy outcomes more than 34 weeks (odds ratio 0.117; 95% confidence interval, 0.048 to 0.282; P = <0.001). Conclusion: In this study, administration of low-dose aspirin to women with a high risk of preeclampsia resulted in a significant decrease in the incidence of preeclampsia and a reduction in pregnancy outcomes of less than 34 weeks."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lucy lisa
"ABSTRAK Latar Belakang: Gangguan kognitif merupakan salah satu masalah pada aging population berkaitan dengan perubahan neuroendokrin pascamenopause. Gangguan kognitif minimal (minimal cognitive impairment/MCI) merupakan kondisi peralihan fungsi kognitif antara penuaan normal dan demensia.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan kadar kisspeptin dan kadar hCG hipofisis dengan gangguan kognitif minimal pada perempuan pascamenopause.
Metodologi: MCI ditentukan dengan sistem skoring yang terdiri dari status diabetes melitus, toleransi glukosa terganggu, dislipidemia, Geriatric Depression Scale (GDS), uji Rey Osterrieth Complexion Figure (ROCF), uji digit span backward dan uji Trail Making Test B. Studi potong lintang terhadap 181 perempuan pascamenopause usia £ 65 tahun, terbagi 2 kelompok yaitu dengan MCI 90 orang dan tanpa MCI 91 orang.
Hasil: Analisis terhadap usia, lama menopause, indeks massa tubuh, lama pendidikan, kadar kisspeptin dan kadar hCG hipofisis. Kadar kisspeptin menunjukkan perbedaan bermakna anatar kedua kelompok (p<0,001). Kadar kisspeptin dan lama menopause berkorelasi positif dengan skor MCI (r=0,607 dan r=0,542; berurutan). Namun, tidak ada perbedaan kadar hCG hipofisis antara kedua kelompok (p=0,664), dan skor MCI tidak berkorelasi dengan kadar hCG hipofisis (p=0,398; r=0,06).
Kesimpulan: Kadar kisspeptin signifikan lebih tinggi pada perempuan pascamenopause dengan MCI, dan menunjukkan korelasi positif. Sementara kadar hCG hipofisis tidak berbeda di antara kedua kelompok dan tidak menunjukkan korelasi.

ABSTRACT
Backgroud: Cognitive impairment is one of problems among elderly women due to neuroendocrine alteration after menopause. Minimal cognitive impairment (MCI) is a transition state of cognitive function between normal aging and dementia.
Aims: To investigate relationship between kisspeptin and pituitary hCG with MCI in postmenopausal women.
Methods: MCI was determined by scoring; with diabetic status, glucose intolerant, dyslipidemia, Geriatric Depression Scale (GDS), Rey Osterrieth Complexion Figure (ROCF), digit span backward, and Trail Making Test (TMT) B. Using cross-sectional study, 181 postmenopausal women £ 65 years old, were grouped into with and without MCI; 90 and 91 women, respectively.
Results: Data was analysed to their ages, span of menopause, body mass index (BMI), education grade, kisspeptin and hCG level. Kisspeptin level had significantly different among the groups (p<0.001). There was a positive relationship between kisspeptin level and span of menopause to MCI score (R=0.607 and R= 0.542, respectively). Pituitary hCG level, however, showed no difference among the groups. Moreover, MCI score showed no relationship to hCG level (p=0.398; R=0.063).
Conclusions: Kisspeptin level was significantly higher among postmenopausal women with MCI, and showed a positive relationship. While pituitary hCG had no difference among the groups, and showed no relationship.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Mustika Sari
"Latar Belakang: BPJS Kesehatan merupakan badan hukum yang diciptakan guna melaksanakan program jaminan kesehatan. Metode pembayarannya adalah Kapitasi untuk fasilitas kesehatan primer dan INA-CBGs untuk pelayanan  tingkat lanjut. Pelaksanaan BPJS Kesehatan dimulai tanggal 1 Januari 2014. Kepuasan pasien diartikan sebagai bentuk perasaan atau evaluasi subjektif terhadap kesesuaian antara harapan dan kenyataan. Tolak ukur yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan layanan fasilitas kesehatan adalah mengukur tingkat kepuasan pasien. Salah satu cara pengukuran adalah dengan metode Servqual, yang menilai perbandingan dua faktor utama, yaitu persepsi pelanggan atas layanan yang mereka terima (perceived service) dengan layanan yang diharapkan (expected service). Upaya pemenuhan kepuasan harus menyeluruh untuk semua pasien, BPJS maupun non BPJS. Di unit layanan Obstetri dan Ginekologi tindakan terbanyak adalah pembedahan, seksio sesarea. Tujuan Penelitian: Untuk menilai pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien seksio sesarea pada unit layanan Obstatri dan Ginekologi FKUI/RSCM pada periode diberlakukannya INA-CBGs. Menganalisis dimensi kualitas pelayanan dengan metode Servqual terhadap kepuasan pasien seksio sesarea. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang (cross sectional), dengan desain studi analitik dengan pendekatan kuantitatif, menggunakan kuisioner yang disebar kepada 130 sampel (pasien BPJS dan non BPJS) dengan kasus seksio sesarea di RSCM antara bulan Januari 2017 hingga Desember 2017. Hasil: Hasil perhitungan nilai gap/kesenjangan pada seluruh dimensi pelayanan, pada kedua kelompok pasien BPJS dan non BPJS didapatkan nilai negatif, artinya skor harapan lebih besar dari skor persepsi/kenyataan. Artinya pasien belum merasa puas pada seluruh dimensi kualitas pelayanan. Gap/kesenjangan terbesar di pasien BPJS dan non BPJS berada pada dimensi Assurance (Jaminan) yaitu 1.72 untuk pasien BPJS dan -1.71 untuk pasien non BPJS, dan dimensi Empathy (Empati) dengan angka -1.80 untuk pasien BPJS dan -1.64 untuk pasien non BPJS. Berdasarkan analisa menggunakan diagram kartesius, Dimensi Assurance (Jaminan) dan Empathy (Empati) berada di kuadran A, sementara Tangible (Bukti langsung), Reliability (Keandalan), Responsiveness (Daya tanggap), di kuadran B.  Berdasarkan hasil analisa uji Mann-Whitney, didapatkan p<0.005 pada dimensi Tangible (Bukti langsung), Empathy (Empati). Sementara dari dimensi Reliability (Keandalan), Assurance (Jaminan), Responsiveness (Daya tanggap), didapatkan p>0.005. Dari hal ini disimpulkan bahwa pada sampel penelitian ini, metode Servqual yang menggambarkan kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan, terutama dalam dimensi Tangible (Bukti langsung), dan Empathy (Empati). Berdasarkan  penilaian uji korelasi Spearman, dari penilaian antara dimensi Tangible dan kepuasan pasien, didapatkan nilai koefisien korelasi -0.09, artinya korelasi tidak searah, dengan nilai p=0.307 (p>0.05). Sementara penilaian antara dimensi Empathy dan kepuasan pasien, didapatkan nilai koefisien korelasi 0.212, korelasi searah namun sangat lemah, dengan nilai p=0.015 (p<0.05). Kesimpulan: Didapatkan tingkat kepuasan pasien pada kedua kelompok, pasien BPJS dan non BPJS mesing-masing sebesar 69%. Dari hasil pengujian menggunakan metode Servqual dan diagram kartesius, kedua kelompok pasien, BPJS dan non BPJS masih belum merasa puas pada seluruh dimensi kualitas pelayanan terutama dimensi Assurance (Jaminan) dan Empathy(Empati).

Background: BPJS Kesehatan is a legal entity created to implement a health insurance program. The payment method is Capitation for primary health facilities and INA-CBGs for advanced services. The implementation of BPJS Kesehatan began on January 1, 2014. Patient satisfaction was interpreted as a form of feeling or subjective evaluation of conformity between expectations and reality. The benchmark set to measure the success of health facility services is measuring the level of patient satisfaction. One method of measurement is the Servqual method, which assesses the comparison of two main factors, namely customer perceptions of perceived service with the expected service. Efforts to fulfill satisfaction must be comprehensive for all patients, BPJS and non BPJS. In the Obstetrics and Gynecology service unit the most actions are surgery, cesarean section. Objective: To assess the effect of quality of service on the satisfaction of sectio caesarean patients in the Obstetrics and Gynecology service unit FKUI/RSCM in the period of enactment of INA-CBGs. Analyze the dimensions of service quality with the Servqual method on the satisfaction of seksio sesarea patients and find out the sociodemographic factors of patients with seksio sesarea at RSCM. Method: This study is a cross-sectional study, with analytic study design with a quantitative approach, using questionnaires distributed to 130 samples (BPJS and non BPJS patients) with cesarean section cases at the RSCM between January 2017 and December 2017. Result: The results of the calculation of the gap/gap in all dimensions of service, in both groups of BPJS and non BPJS patients obtained a negative value, meaning that the expectation score is greater than the perception/reality score. This means that patients are not satisfied with all dimensions of service quality. The biggest gap/gap in BPJS and non BPJS patients is in the dimension of Assurance (-1.72) for BPJS patients and -1.71 for non BPJS patients, and Empathy dimensions (Empathy) with -1.80 for BPJS patients and -1.64 for non patients BPJS. Based on the analysis using the Cartesian diagram, the Dimensions of Assurance (Employment) and Empathy (Empathy) are in quadrant A, while Tangible (direct evidence), Reliability (Reliability), Responsiveness (responsiveness), in quadrant B. Based on the results of the Mann-Whitney test, obtained p <0.005 on the dimensions of Tangible (direct evidence), Empathy (Empathy). While from the Reliability, Assurance, and Responsiveness dimensions, p> 0.005. From this it can be concluded that in the sample of this study, the Servqual method that describes service quality has an effect on customer satisfaction, especially in the dimensions of Tangible (direct evidence), and Empathy (Empathy). Based on the assessment of the Spearman correlation test, from the assessment between the dimensions of Tangible and patient satisfaction, the correlation coefficient value of -0.09 was obtained, meaning that the correlation was not in the same direction, with a value of p = 0.307 (p> 0.05). While the assessment between the Empathy dimension and patient satisfaction, the correlation coefficient value of 0.212 was obtained, the correlation was in the same direction but very weak, with a value of p = 0.015 (p <0.05). Conclusions: The level of satisfaction of patients in both groups was obtained, BPJS and non BPJS patients were 69% respectively. From the test results using the Servqual method and Cartesian diagram, the two groups of patients, BPJS and non BPJS are still not satisfied on all dimensions of service quality, especially the dimensions of Assurance and Empathy."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Caroline Gladys Puspita
"ABSTRAK
Kejadian inkontinensia alvi pasca salin di Asia lebih rendah dibandingkan di Afrika
maupun Eropa. Primipara diketahui lebih sulit menghadapi gangguan ini sehingga
ikatan Ibu dengan bayi berkurang, kesejahteraan bayi baru lahir menurun hingga terjadi
pembatasan interaksi sosial dan depresi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
inkontinensia alvi pasca salin multifaktorial dan bersifat kontroversial, antara lain;
indeks massa tubuh, cara persalinan, durasi kala dua, berat lahir bayi, episiotomi, dan
cedera sfingter ani. Akan tetapi, data maupun faktor-faktor yang mempengaruhi
inkontinensia alvi pasca salin belum terekam dengan baik di Indonesia. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui insidens inkontinensia alvi pada primipara dan
faktor-faktor yang mempengaruhi saat persalinan serta menentukan kemungkinan
terjadinya inkontinensia alvi pasca salin. Penelitian kohort prospektif ini dilakukan di
rumah sakit dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta pada primipara yang bersalin sejak
Januari hingga Desember 2017. Sebanyak 279 perempuan dengan kehamilan tunggal
dan cukup bulan diikuti dan dinilai kejadian inkontinensia alvi menggunakan kuesioner
Wexner pada enam minggu dan tiga bulan pasca salin. Insidens inkontinensia alvi
sebesar 4.3 persen pada enam minggu dan menurun menjadi 2.5 persen pada tiga bulan pasca
salin. Berat lahir ≥ 3.097,5 gram (p=0,033; RR=6,5, IK95 persen 1,19-19,76), persalinan
dengan alat (p= 0,01; RR=6,5; IK95 persen 1,96-24,99), dan cedera sfingter ani (p kurang dari 0,001;
RR=58,50; IK95 persen 10,6-322,48) memiliki peran terhadap inkontinensia alvi pasca salin.
Sebaliknya, indeks massa tubuh, episiotomi dandurasi kala dua tidak mempengaruhi.
Kemungkinan terjadinya inkotinensia alvi pasca salin dibagi menjadi rendah (0,67 persen-4,44 persen), sedang (20,15 persen-26,12 persen) dan tinggi (65,77 persen-92,97 persen) bergantung dari tiga
variabel yang berperan tersebut. Inkontinensia alvi pasca salin pada primipara sebesar
4.3 persen akan menurun pada tiga bulan pasca salin. Cedera sfingter ani, persalinan
pervagina, dengan alat dan berat lahir lebih dari 3097,5 gram merupakan faktor yang
dapat digunakan untuk menentukan kemungkinan terjadinya inkontinensia alvi."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S70368
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarrah Stiafani Afientari
"Tujuan: Mengetahui bahwa indeks morfometrik USG merupakan metode yang baik dalam mendiagnosis keganasan ovarium tipe epitelial.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian uji diagnostik yang dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dengan mengambil data retrospektif dari Januari 2016 hingga Desember 2017. Pasien poliklinik rawat jalan ginekologi dengan kecurigaan memiliki neoplasma ovarium kistik direkrut. Standar baku emas adalah temuan histologi dari massa adneksa yang dioperasi. Karakteristik gambaran pola morfometrik ultrasonografi meliputi bilateralitas, jumlah lokus, regularitas dinding dalam (inner wall), tonjolan papiler (papillary projection), bagian padat (solid part), asites, dan doppler blood flow.  Analisis ROC dilakukan untuk menentukan seberapa baik model ini digunakan sebagai metode diagnostik keganasan ovarium tipe epitelial. Analisis statistik dihitung, untuk mendapatkan nilai akurasi, sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif dan nilai prediksi negatif.
Hasil: Penelitian ini melibatkan 178 pasien, sebanyak 101 kasus (56.74%) adalah k asusjinak dan 77 kasus (43.25%) adalah kasus ganas. Pola karakteristik USG, papillary projection (p-value = 0.000), solid part (p-value = 0.000), inner wall (p-value = 0.000), asites (p-value = 0.000) dan Doppler blood flow (p-value = 0.000) subjek penelitian memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian keganasan ovarium. Pola morfologi papillary projection memiliki nilai sensitifitas yang paling tinggi (83%), kemudian adanya asites (82%), dan iregularitas dinding (81%). Untuk kategori spesifisitas, didapatkan adanya bagian padat (solid part) memiliki nilai spesifisitas yang paling tinggi (93%).Analisis regresi multinomial digunakan untuk menilai gabungan pola karateristik yang bermakna untuk diagnostik keganasan ovarium tipe epitelial dengan AUC 89.40% (95%CI 84.70%-94.00%), Model ini akurat  secara statistik (p <0,05).
Kesimpulan: Indeks morfometrik USG merupakan salah satu metode yang baik dalam memprediksi keganasan ovarium.

Objective: To know whether the ultrasound morphometric index is a good method to diagnose epithelial ovarian malignancy.
Materials and methods: This study is a diagnostic test conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, Indonesia. All data were taken retrospectively from January 2016 to December 2017. Gynecological outpatient polyclinic patients with suspicion of having cystic ovarian neoplasms were recruited. Characteristics of ultrasound morphometric patterns include bilaterality, number of loci, inner wall regularity, papillary projection, solid part, ascites, and doppler blood flow.
Results: The study involved 178 patients, 101 cases (56.74%) were malignant and 77 cases (43.25%) were malignant cases. The characteristics of ultrasound, papillary projection, solid part, inner wall, ascites and Doppler blood flow patterns of the study subjects had a significant relationship with the incidence of ovarian malignancy. Multinomial regression analysis was used to assess the combined characteristic patterns for the diagnostic epithelial type ovarian malignancy with AUC 89.40% (95% CI 84.70% -94.00%), this model was statistically accurate (p <0.05).
Conclusion: Morphometric index of ultrasound is a good methods in predicting epithelial ovarian malignancy 
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arresta Vitasatria Suastika
"ABSTRAK
Latar Belakang : Sejak dimulai penyelenggaraan sistem Jaminan Kesehatan Nasional, pemerintah menerapkan sistem rujukan berjenjang. Namun, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo sebagai fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan mengalami peningkatan jumlah pasien, khususnya di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi. Peneliti ingin mengetahui perbandingan pola kasus rujukan sebelum dan setelah era JKN di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Metode : Penelitian ini adalah observasional potong lintang dengan menggunakan data rekam medis pasien yang dirujuk ke Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo selama tahun 2013 dan 2014. Analisis dilakukan dengan analisis bivariat dengan chi square untuk membedakan ketepatan diagnosis rujukan, ketepatan asal fasyankes perujuk, dan kesesuaian diagnosis rujukan sebelum dan setelah pelaksanaan JKN.
Hasil : Terdapat peningkatan jumlah kunjungan Poliklinik Obstetri dan Ginekologi sejak dilaksanakannya program JKN pada tahun 2014, yaitu sebanyak 4.311 pasien. Jumlah subjek adalah sebanyak 222 subjek, terdiri dari 104 subjek pada tahun 2013 dan 118 subjek pada tahun 2014. Dari analisis data, didapatkan tingkat ketepatan diagnosis sebelum JKN adalah 81,7% dan setelah JKN 72,9% (p=0,118), tingkat ketepatan fasyankes perujuk sebelum JKN adalah 63,5% dan setelah JKN 71,2% (p=0,220), serta tingkat kesesuaian diagnosis sebelum JKN adalah 89,4% dan setelah JKN 84,7% (p=0,302).
Kesimpulan : Tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik antara ketepatan diagnosis rujukan, ketepatan fasyankes perujuk, dan kesesuaian diagnosis fasyankes rujukan sebelum dan sesudah pelaksanaan JKN.

ABSTRACT
Background : Since the start of National Health Coverage Program or in Indonesian Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), the government has implemented vertical referral system. Even though Dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital is the highest referral health facility, there is a growing number of patients, specifically in obstetric and gynacology outpatient clinic.
Objective : To understand the pattern of referral cases (accuracy of referral diagnosis, accuracy of referral health facility and consistency of referral diagnosis) in obstetrics and gynecology outpatient clinic before and after the implementation of JKN.
Methods : This is an observational cross sectional study using medical records of patients who were referred to obstetrics and gynecology outpatient clinic in Dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital in 2013 and 2014. Data was analyzed with bivariate analysis with chi square, consisting the accuracy of referral cases, accuracy of referral health facility, and consistency of referral cases before and after implementation of JKN.
Results: There is a growing number of patients in obstetrics and gynecology outpatient clinic after the implementation of JKN in 2014, which is 4.311 patients. Subjects were 222 cases, 104 cases from 2013 and 118 cases from 2014. From the analyzed data, the accuracy of referral diagnosis before JKN is 81,7% and after JKN 72,9%. (p=0,118), the accuracy of referral health facility before JKN is 63,7% and after JKN 72,9% (p=0,220), and the consistency of referral diagnosis before JKN is 89,4% and after JKN 84,7% (p=0,302).
Conclusion : There is no statistically significant difference between the accuracy of referral diagnosis, accuracy of referral health facility, and consistency of referral diagnosis before and after the implementation of JKN."
2019
T55574
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Caroline
"Latar belakang: Hipertensi pada kehamilan merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal. Ketersedian sarana yang terbatas pada pelayanan kesehatan mengharuskan diketahuinya faktor prediktor luaran maternal dan perinatal kasus hipertensi pada kehamilan.
Tujuan: Mengetahui faktor prediktor luaran buruk maternal dan perinatal pada kehamilan dengan hipertensi.
Metode: Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan desain potong lintang pada ibu hamil dengan hipertensi yang melahirkan di RSUP Persahabatan periode Januari 2014 hingga Desember 2018. Pengambilan sampel secara total sampling. Usia ibu, usia hamil, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, kadar asam urat, kadar platelet, kadar SGOT, kadar SGPT, kadar ureum, kadar kreatinin, kadar LDH, dan kadar albumin merupakan variabel bebas berskala kategorik yang diperoleh dari rekam medik. Variabel terikat adalah luaran buruk maternal yaitu eklamsia, sindrom HELLP dan edema pulmonal. Sedangkan luaran buruk perinatal yaitu kelahiran preterm, skor APGAR <7, dan kecil masa kehamilan. Pasien dengan perubahan pada variabel independen akibat kondisi lainnya dieksklusi dari penelitian.
Hasil: Didapatkan sebanyak 631 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Faktor prediktor luaran buruk secara umum adalah kadar albumin < 3,2 g/dL (p = 0,038 OR = 1,43 IK95% 1,02 – 2,01), faktor prediktor luaran buruk perinatal adalah kadar albumin < 3,2 g/dL (p = 0,025 OR 1,48 IK95% 1,05 – 2,07) dan kadar ureum > 11 mg/dL (p = 0,041 OR 1,45 IK95% 1,01 – 2,0), dan faktor prediktor luaran buruk maternal adalah kadar albumin < 3,2 g/dL (p = 0,046 OR 2,26 IK95% 1,02 – 5,06).
Simpulan: Albumin merupakan faktor prediktor independen terjadinya luaran buruk maternal dan/atau perinatal pada kasus hipertensi pada kehamilan.

Background: Hypertension in pregnancy is one of the main causes of morbidity and mortality in pregnancy and childbirth. Limited resources in health centers make it necessary to know the most important predictors of maternal and/or perinatal outcomes in pregnancy with hypertension.
Aim: This study aims to determine the predictors for adverse maternal and/or perinatal outcomes in pregnancy with hypertension.
Method: This is a cross-sectional observational-analytic study whose subjects are pregnant women who gave birth at Persahabatan General Hospital in January 2014 until December 2018. Data of maternal age, pregnant age, systolic and diastolic blood pressure, uric acid, platelet, SGOT, SGPT, ureum, creatinine, LDH, and albumin levels are independent variables retrieved by medical records. Maternal adverse outcomes in this study were eclampsia, HELLP syndrome, and pulmonary edema, while perinatal adverse outcomes were preterm birth, APGAR score <7, and small-for-gestasional-age infant. Patients with documented changes in the independent variables because of other problems were excluded from the study.
Result: Data collected were categorized and analyzed using bivariate and multivariate analysis. There were 631 subjects met the subject criteria. Predictor(s) for general adverse outcomes is albumin levels <3.2 g/dL (p=0.038 OR=1.43 IK95% 1.02 – 2.01), for perinatal outcomes are albumin levels <3.2 g/dL (p=0.025 OR=1.48 IK95% 1.05 – 2.07) and ureum levels > 11 mg/dL (p = 0.041 OR=1.45 IK95% 1.01 – 2.0), and for maternal outcomes is albumin level <3.2 g / dL (p = 0.046 OR=2.26 IK95% 1.02 – 5.06).
Conclusion: Albumin is an independent predictive factor for adverse maternal and/or perinatal outcome in pregnancy complicated by hypertension.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sulaeman Andrianto Susilo
"Latar Belakang: Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Metode kontrasepsi jangka Pajang (MKJP) menjadi salah satu pilihan kontrasepsi yang efektif untuk menurunkan AKI. Kontrasepsi implan merupakan salah satu MKJP yang rendah penggunaannya dikarenakan kurangnya edukasi mengenai efek samping yang akan ditimbulkan.
Tujuan: Mengetahui perbedaan karakteristik pola perdarahan penggunaan implan levonorgestrel satu batang dan dua batang.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif pada pasien di RSCM Kintani yang pada bulan Maret 2016 hingga bulan Mei 2018. Sampel penelitian
diambil dengan metode consecutive sampling. Analisis menggunakan uji chisquare untuk mengetahui hubungan antara karakteristik pola perdarahan antara pengguna implan levonorgestrel satu batang dan dua batang.
Hasil: Terdapat 140 subjek penelitian dimana 70 subjek (50%) pengguna implan levonorsgestrel satu batang dan 70 subjek (50%) pengguna implan levonorgestrel dua batang. Pada bulan pertama pengguna implan LNG satu batang didapatkan amenore (32.9%), memendek (22.9%), normal (30%), memanjang 14.2%), sedangkan pada pengguna implan LNG dua batang didapatkan amenore (41.4%), memendek (15.7%), normal (32.9%), memanjang (10%). Tidak didapatkan hubungan kemaknaan antarkedua implan.
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan kemaknaan anatara karakteristik pola perdarahan pengguna implan levonorgestrel satu batang dan dua batang

Backgrouds: The maternal mortality rate (MMR) in Indonesia reaches 359 per 100,000 live births. The long-term contraceptive method (MKJP) is an effective contraceptive choice for reducing MMR. Implanted contraception is one of the MKJPs whose use is low due to lack of education about the side effects that will be caused.
Aim: Knowing the different characteristics of bleeding patterns using
levonorgestrel implants one rod and two rods.
Method: This study is a prospective cohort study in patients at RSCM Kintani from March 2016 to May 2018. The research sample was taken by consecutive sampling method. Analysis using the chi-square test to determine the relationship between the characteristics of bleeding patterns between users of implants levonorgestrel one rod and two rods.
Result: There were 140 research subjects in which 70 subjects (50%) used singlebar levonorsgestrel implants and 70 subjects (50%) used two-bars levonorgestrel implants. In the first month, users of one rod LNG implants obtained amenorrhea (32.9%), shortened (22.9%), normal (30%), lengthened 14.2%), whereas in two rods LNG implant users obtained amenorrhea (41.4%), shortened (15.7%) ), normal (32.9%), elongated (10%). There was no relationship of significance between the two implants.
Conculsion: There was no difference in significance between the characteristics of the bleeding patterns of levonorgestrel implant users one rod and two rods.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Tahfizul Ramadhani
"ABSTRAK
Tujuan: Untuk mengetahui distribusi hasil uji DNA HPV pada populasi serviks normal dengan hasil IVA negativ di Jakarta. Metode: Studi deskriptif, retrospektif, consecutive sampling. Data penelitian diambil dari rekam medis pasien di Poliklinik Ginekologi, Kolposkopi, dan Onkologi Ginekologi Departemen Obstetri dan Ginekologi RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, Puskesmas, dan fasilitas kesehatan lain yang ditunjuk pada See and Treat Female Cancer Program (FCP) di Jakarta, dan di Poliklinik Women s Health Center (WHC) Kencana RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Hasil: 1210 subjek, prevalensi infeksi HPV pada IVA negatif sebesar 4,4. Prevalensi HPV positif dihubungkan dengan jumlah pernikahan (satu kali vs lebih dari satu kali) 94,3% vs 5,7%; awitan berhubungan seksual dini (<20 tahun vs ≥20 tahun) 20,8% vs 79,2%; kebiasaan merokok (ya vs tidak) 5,7% vs 94,3%. Kesimpulan: IVA merupakan metode yang memiliki akurasi yang baik, sehingga hasil penelitian ini memperkuat rekomendasi bahwa IVA dapat dijadikan metode skrining di Indonesia. Perlu diberikan perhatian khusus agar metode ini dapat dijadikan metode skrining pada praktik klinik sehari-hari, dalam bentuk penggiatan pelatihan secara periodik dan pengayaan praktik.

ABSTRACT
Objective: To investigate the distribution of HPV DNA result in normal cervical population with negative VIA result in Jakarta. Methods: Descriptive study, retrospective, consecutive sampling. Study data was taken from patient s medical record in gynecology, colposcopy, and gynecology oncology polyclinic of obstetrics and gynecology department Cipto Mangunkusumo Hospital in Jakarta, public health center, and other health facilities which were appointed at See and Treat Female Cancer Program (FCP) in Jakarta, and Women s Health Center (WHC) Kencana Polyclinic in Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. Results: 1210 subjects, 4,4% HPV infection prevalence on negative VIA. Positive HPV prevalence associated with number of marriage (once vs more than once) was 94,3% vs 5,7%; onset of sexual intercourse (< 20-year-old vs ≥ 20-year-old) was 20,8% vs 79,2%; smoking habits (yes vs no) was 5,7% vs 94,3%. Conclusion: VIA is one of the methods with good accuracy, therefore this study result reinforces the recommendation that VIA can be used as a screening method in Indonesia. A special attention is needed in order for this method to become screening method on daily practice, in the form of periodic training activities and enrichment practices."
2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>