Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Retno Yuli Hastuti
"Bencana erupsi gunung berapi di Indonesia akhir-akhir ini mengalami peningkatan, gunung Merapi yang sampai saat ini masih pada siaga level 3 selalu dalam pemantauan dikarenakan secara tiba-tiba dapat mengalami erupsi dengan arah yang tidak bisa dipastikan sehingga diharapkan masyarakat sekitarnya untuk selalu waspada dan mengikuti informasi yang diberikan, hal ini memerlukan adanya kemampuan koping yang baik agar dapat membuat keputusan yang tepat pada saat adanya bencana sesuai dengan nilai-nilai budaya sehingga tetap mampu menjaga kesehatan mentalnya. Tujuan penelitian menganalisa pengaruh model KOBERDAYA terhadap peningkatan kemampuan resiliensi keluarga di daerah rawan bencana gunung Merapi. Metode penelitiannya exploratory sequential mixed methods dalam 2 tahapan. Tahap 1 penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi, Tahap 2 penelitian kuantitatif dengan desain kuasi eksperimen pre and post test control group design dengan purposive sampling. Pengambilan data menggunakan instrument FRAS untuk mengukur resiliensi keluarga, instrument RSES untuk mengukur self esteem dan instrument GSES untuk mengukur self efficacy. Hasil penelitian tahap 1 didapatkan 7 tema sebagai bahan pengembangan model KOBERDAYA dengan perangkatnya adalah buku modul, buku kerja dan buku evaluasi dan hasil tahap 2 terdapat perubahan kemampuan resiliensi keluarga menjadi meningkat pada kelompok intervensi dan mengalami penurunan pada kelompok kontrol, juga dapat meningkatkan self esteem dan self efficacy keluarga. Model KOBERDAYA sebagai latihan dan pembudayaan perilaku koping di keluarga juga dapat menjadi referensi untuk penyempurnaan modul KATANA dari BNPB, menjadi bahan edukasi dan pelatihan kepada masyarakat oleh Dinas Kesehatan dan BPBD. Penelitian lanjutan dapat meneliti model penanganan bencana dengan pendekatan budaya setempat.

Volcanic eruption disasters in Indonesia have recently increased, Mount Merapi, which is currently still at alert level 3, is always under monitoring because it can suddenly erupt in an uncertain direction so it is hoped that the surrounding community will always be alert and follow it. information provided, this requires good coping skills in order to be able to make the right decisions during a disaster in accordance with cultural values ​​so that they are still able to maintain their mental health. The aim of the research is to analyze the influence of the KOBERDAYA model on increasing family resilience capabilities in disaster-prone areas of Mount Merapi. The research method is exploratory sequential mixed methods in 2 stages. Stage 1 is qualitative research with a phenomenological design, Stage 2 is quantitative research with a quasi-experimental design, pre and post test control group design with purposive sampling. Data collection used the FRAS instrument to measure family resilience, the RSES instrument to measure self-esteem and the GSES instrument to measure self-efficacy. The results of stage 1 research showed that there were 7 themes as material for developing the KOBERDAYA model with the tools being module books, workbooks and evaluation books and the results of stage 2 showed changes in family resilience abilities, increasing in the intervention group and decreasing in the control group, also increasing self-esteem and family self-efficacy. The KOBERDAYA model as training and cultivating coping behavior in the family can also be a reference for improving the KATANA module from BNPB, as educational and training material for the community by the Health Service and BPBD. Further research can examine disaster management models with a local cultural approach.."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evin Novianti
"Latar belakang: Tingginya kasus COVID-19 di dunia mengakibatkan 13,3-16,6 juta kematian di kawasan Asia Tenggara, Eropa, dan Amerika. Di Indonesia lonjakan kematian mencapai 158.429, terbayak usia dewasa. Dampak kematian orang tua menimbulkan stress, cemas berisiko pada masalah kesehatan jiwa remaja yang lebih berat. Tujuan: menganalisis model mekanisme koping remaja yang menghadapi kehilangan orang tuaakibat COVID-19 terhadap tanda gejala stress, cemas. Metode: Penelitian tahap 1 survei pada 516 sample remaja di DKI Jakarta, dianalisa dengan SEM-PLS. Penelitian tahap 2, desain quasy eksperiment with control group menguji keefektifan model dengan sample kelompok intervensi, kontrol masing-masing 52. KuisionerZung Self Rating Anxiety Scale (SAS), Perceived Stress Scale (PSS). Analisa data mancova repeated. Hasil:Koefisien determinasi kuat (R2>0,67), stimulus fokal, stimulus kontekstual, penilaian stressor, sumber koping membentuk mekanisme koping (p-value<0,05). Terdapat perubahan tanda gejala stress, cemas pada remaja sebelum dan sesudah diterapkan model mekanisme koping pada kelompok intervensi. Simpulan: Model mekanisme koping remaja yang mengalami kehilangan orang tua efektif menurunkan tanda gejala stress, cemas. Saran: Model mekanisme koping remaja yang mengalami kehilangan orang tua dapat diimplementasikan kepada remaja dalam upaya pencegahan masalah psikososial yang lebih berat lagi, dan dapat diimplementasikan oleh guru dan perawat setingkat ahli Madya.

Background: The high number of COVID-19 cases worldwide has resulted in 13.3-16.6 million deaths across Southeast Asia, Europe, and the Americas. In Indonesia, the death toll surged to 158,429, with the majority being adults. The loss of parents has led to stress and anxiety, increasing the risk of more severe mental health issues among adolescents. Objective: To analyze the coping mechanism model for adolescents dealing with the loss of parents due to COVID-19 in relation to symptoms of stress and anxiety. Methods: The study consisted of two phases. Phase 1 was a survey involving 516 adolescent samples in Jakarta, analyzed using SEM-PLS. Phase 2 used a quasi-experimental design with a control group to test the effectiveness of the model, involving intervention and control groups of 52 participants each. The Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS) and Perceived Stress Scale (PSS) were used. Data were analyzed using repeated measures MANOVA. Results: The model showed a strong coefficient of determination (R² > 0.67). Focal stimuli, contextual stimuli, stressor appraisal, and coping resources significantly shaped the coping mechanism (p-value < 0.05). Changes in stress and anxiety symptoms were observed in adolescents before and after applying the coping mechanism model in the intervention group. Conclusion: The coping mechanism model for adolescents experiencing parental loss effectively reduced stress and anxiety symptoms. Recommendations: The coping mechanism model for adolescents dealing with parental loss can be implemented to prevent more severe psychosocial issues and can be applied by teachers and nurses at the associate expert level."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library