Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yohanes Paulus Krisna
"Latar Belakang: Gigi tiruan cekat (GTC) dapat menyebabkan keausan pada gigi antagonis dengan nilai keausan yang berbeda-beda, tergantung dengan sifat karakteristik material bahan tersebut. Zirkonia merupakan bahan restorasi GTC yang memiliki tingkat kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan restorasi GTC lainnya yang sering digunakan seperti feldspatik porselen pada vinir porselen dari PFM/PFZ, litium disilikat, dan porselen hibrida. Namun berdasarkan beberapa literatur, zirkonia tidak menghasilkan keausan gigi antagonis yang signifikan jika dibandingan dengan bahan lain. Saat ini sudah terdapat beberapa artikel penelitian mengenai keausan gigi antagonis yang disebabkan oleh GTC zirkonia dan perbandingannya dengan vinir porselen pada PFM termasuk dengan kajian sistematiknya, baik secara in-vitro ataupun in-vivo. Namun, belum terdapat suatu kajian sistematik yang secara khusus membandingkan keausan gigi antagonis yang disebabkan oleh GTC dengan bahan zirkonia dan non-zirkonia secara klinis dimana tidak hanya vinir porselen pada PFM/PFZ, tetapi juga bahan lain seperti litium disilikat, porselen hibrida.
Tujuan: Mengevaluasi keausan gigi antagonis pada gigi dengan restorasi GTC dengan bahan zirkonia dan non-zirkonia secara klinis.
Metode: Kajian sistematik ini telah didaftarkan pada National Institute for Health Research PROSPERO, International Prospective Register of Systematic Reviews dengan nomor kode CRD42022365844. Penyusunan kajian sistematik ini berdasarkan panduan dari alur kerja Preferred Reporting Items for Systematic reviews and Meta-Analyses (PRISMA) 2020. Penelusuran data secara elektronik pada tanggal 5 November 2022 melalui 5 basis data dari PubMed, EBSCO, SCOPUS, Wiley Online Library, dan Proquest. Kriteria inklusi adalah artikel pada periode 10 tahun terakhir, berbahasa inggris, desain penelitian eksperimental klinis, subjek pada keausan gigi antagonis restorasi GTC yang terbuat dengan bahan zirkonia monolitik, litium disilikat, vinir porselen (PFM/PFZ), porselen hibrida. Penelitian berupa eksperimental laboratori, laporan kasus, kajian, restorasi dengan dukungan implan dan pasien yang memiliki kebiasaaan buruk bruxism dieksklusi. Pemeriksaan bias menggunakan piranti lunak Cochrane risk of bias tool (RoB2) dan heterogenitas diperiksa menggunakan piranti lunak Review Manager.
Hasil: Berdasarkan hasil penelusuran ditemukan 909 artikel yang kemudian diseleksi menjadi 8 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi. Tujuh diantaranya merupakan uji acak terkendali dan satu merupakan eksperimental klinis. Tiga artikel membandingan keausan gigi antagonis yang disebabkan antara restorasi GTC zirkonia dan litium disilikat, lima artikel membandingkan antara restorasi GTC PFM dengan zirkonia, dan hanya satu artikel membandingkan restorasi GTC zirkonia dengan litium disilikat dan porselen hibrida. Pemeriksaan bias ditemukan 7 artikel memiliki bias terkategori sedang dan 1 artikel bias terkategori rendah.
Kesimpulan: Gigi yang direstorasi dengan bahan zirkonia tidak menghasilkan keausan antagonis yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan restorasi non-zirkonia, seperti litium disilikat, vinir porselen pada PFM ataupun porselen hibrida dalam rata-rata durasi penelitian selama 12 bulan.

Background: Fixed dental prosthesis can cause wear on antagonist teeth with varying amount, depend on the material characteristics. Zirconia as a crown is one of the most frequently used material that has higher hardness compared to other materials such as feldspathic porcelain and lithium disilicate. However based on several literatures, zirconia does not generate significant tooth wear when compared to other materials. Currently there are several research articles regarding the comparison of antagonistic tooth wear caused by zirconia crown alone or zirconia compared with metal porcelain including its systematic reviews. However, there has not been a systematic review that clinically compared the antagonist tooth wear caused by zirconia and non-zirconia not only metal porcelain, but also lithium disilicate and hybrid porcelain.
Objective: Clinically evaluate the wear of antagonist teeth against zirconia and non-zirconia crown.
Methods: This systematic review has been registered at the National Institute for Health Research (PROSPERO), International Prospective Register of Systematic Review with code number CRD42022365844. Preparation of this systematic review is based on the guidelines of the Preferred Reporting Items for Systematic review and Meta-Analyses (PRISMA) 2020 workflow. Electronic data search on November 5, 2022 through 5 databases from PubMed, EBSCO, SCOPUS, Wiley Online Library, and Proquest. Inclusion criteria were articles in the last 10 years, in English, clinical experimental research design, wear on antagonist teeth against monolithic zirconia, lithium disilicate, porcelain veneer (PFM/PFZ), hybrid porcelain crown. Article in the form of experimental laboratories, case reports, review, implant supported restoration, and bad habits such as bruxism are excluded. Bias examination using the Cochrane risk of bias tool (RoB2) and heterogeneity examined using the Review Manager.
Results: Based on the search results, 909 articles were found which were then selected into 8 articles that met the inclusion criteria. Seven of these were RCTs and one was a clinical experiment. Data from each article is recorded on a worksheet based on predetermined conditions. Three articles compared antagonist tooth wear caused between zirconia and lithium disilicate crown, five articles compared between zirconia with metal porcelain crown, and only one article compared zirconia, lithium disilicate and porcelain hybrid crown. Bias examination found 7 articles have moderate bias and 1 article has low bias.
Conclusion: Teeth restored with zirconia crown does not caused higher antagonist wear than non-zirconia crown, such as lithium disilicate, porcelain veneers on PFM/PFZ or porcelain hybrids in average studies duration of 12 months.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Univeritas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Antono
"Insulasi panas merupakan material yang penting dalam industri untuk menunjang efisiensi suatu proses sistem. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan komposit dengan menggunakan epoksi Interzinc®52 sebagai matriks dan material zirkonia sebagai penguat. Proses pembuatan komposit dengan menggunakan metode pengaduk mekanis dengan kondisi waktu pengadukan 5 menit dan 15 menit. Material substrat yang digunakan adalah baja karbon ASTM A36 dengan ukuran 50 mm x 50 mm x 5 mm. Persen berat (wt%) untuk material zirkonia digunakan dengan Persen 5% (wt%), 10% (wt%) dan 15% (wt%) pada 50 ml epoksi, ketebalan lapisan insulasi 1 mm, 3 mm dan 5 mm. Pengujian dilakukan untuk mengetahui sifat termal dan sifat mekanis dari komposit yang terbentuk terdiri dari X-ray diffraction analysis, scanning electron microscopy, heat loss, thermogravimetric analysis, hardness shore D. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penambahan kadar ZrO2 ke dalam epoksi dan kenaikan ketebalan lapisan dapat menghasilkan lapisan insulasi panas dengan stabilitas termal yang lebih baik dan menurunkan PRH (percentage of residual heat). Selain itu nilai kekerasan permukaan naik seiring bertambahnya ZrO2 di dalam epoksi, hal ini disebabkan adanya kenaikan kerapatan dalam struktur mikro. Sementara itu, semakin lama waktu pengadukan meningkatkan nilai kekerasan dan kemampuan lapisan komposit dalam menahan panas yang hilang ke permukaan. Dari penelitian ini di peroleh PRH terendah 64% dan nilai kekerasan tertinggi 36 HD pada sampel epoksi dengan campuran 15% ZrO2 pada ketebalan 5 mm setelah pengadukan selama 15 menit.

Nowadays, Heat insulation is an important material in industry to support the efficiency of a system process. In this study, composites were made using epoxy Interzinc®52 as matrix and zirkonia material as reinforcement. The process of making composites using the mechanical stirring method with a stirring time of 5 minutes and 15 minutes. The substrate material used is ASTM A36 carbon steel with a size of 50 mm x 50 mm x 5 mm. Weight percentage (wt%) for zirkonia material used with percentages of 5% (wt%), 10% (wt%) and 15% (wt%) in 50 ml Epoxy, insulation layer thickness 1 mm, 3 mm and 5 mm. Tests were carried out to determine the thermal and mechanical properties of the composites, consisting of X-ray diffraction analysis, scanning electron microscopy, heat loss, thermogravimetric analysis, hardness shore D. The test results show that the addition of ZrO2 content into the epoxy and the increase in layer thickness can produce a heat insulation layer with better thermal stability and reduce PRH (percentage of residual heat). In addition, the surface hardness value increases with the addition of ZrO2 in the Epoxy, this is due to an increase in density in the microstructure. Meanwhile, the longer stirring time increases the hardness value and the ability of the composite layer to withstand heat loss to the surface. From this study, the lowest PRH value was 64% and the highest hardness value was 36 HD on the Epoxy sample with a mixture of 15% ZrO2 at a thickness of 5 mm after stirring for 15 minutes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Wijaya
"Pelapisan zirkonia film pada bahan dasar aluminium alloy dibuat dengan menggunakan metoda sol-gel yang telah dimodifikasi dan teknik spinning coating. Asam asetat digunakan sebagai stabiliser pada pembuatan sal dan asam nitrat digunakan sebagai agen peptitiser dengan perbandingan terhadap alkoxide 2 dan 0,032. Penambahan yttria dilakukan dengan perbandingan berat oksidanya terhadap oksida total dalam sol sebesar 2,5; 5; dan 10%. Kristalisasi mulai terbentuk pada suhu sekitar 420°C dalam bentuk kubik atau tetragonal dan tidak mengalami perubahan phase hingga pembakaran suhu 600 C maupun akibat penambahan yttria dalam sol. Penambahan yttria tidak mempengaruhi suhu terbentuknya kristal (kristalisasi). Karakterisasi mekanis hasil dilakukan dengan uji menggunakan UMIS 2000 Ultramicrohardness Indentation System, kekerasan film tidak digunakan sebagai kekerasan baku sifat bahan karena dijumpai permasalahan pada alat UMIS (kekerasan film maksimum 1,59 GPa, jauh dari data referensi). Dari hasil analisis dengan SEM, diduga deformasi yang terjadi mengikuti proses konservasi volume. Penambahan yttria pada sal tidak memberi perubahan yang cukup berarti pada sifat kekerasan film hasil.

Zirkonia thin film coatings on aluminium alloy substrats have been made by modified sol-gel method and spin coating technique. Acetic acid is used as a stabilizer sols (as modifier) and nitric acid as peptitizer in the ratio toalkoxide of 2 and 0.032 respectively. The addition of yttria is in the ratio 2.5, 5 and 10 % weight to total oxide in sols. Crystallization of the fifms began at about 420 C in cubic or tetragonal form and had no changes after firing up to 600°C and addition of yttria in sols. The addition of yttria caused no changes in crystallization temperature. Ultramicro indentation tests were carried out using UMIS 2000 Ultramicrohardness Indentation System. The hardness analysis results can not be used as the properties of film because there was a problem with the UMIS. From SEM images, it is predicled that the stable deformation suggested a volume conserving process. The addition of yttria to sols does not change much on the hardness properties of resulting thin film."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library