Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Fadilla Sandy S.
"Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang masyarakatnya memiliki angka penggunaan internet paling tinggi dan cenderung mengalami peningkatan setiap tahun nya. Berkembang pesatnya fenomena YouTuber  di Indonesia ini membuat profesi ini banyak diminati oleh kalangan pada era digitalisasi saat ini. Demikian dikatakan karena, penghasilan dari Youtuber yang didapat dari Youtube ini dikategorikan kedalam objek pajak penghasilan. Skripsi ini membahas dua  pokok permasalahan. Pertama mengenai Bagaimana pola kegiatan pengiklanan yang dilakukan oleh Google Adsense terhadap konten yang dimiliki oleh Youtuber? Dan kedua, Bagaimana skema pemungutan dan pemotongan pajak dari pendapatan dari hasil pengiklanan yang dilakukan oleh Google Adsense pada konten yang dimiliki oleh Youtuber?. Penelitian ini diakukan dengan menggunakan metode yuridis normatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola kegiatan pengiklanan yang dilakukan Google Adsense terhadap konten yang dimiliki oleh Youtuber. Serta untuk mengetahui skema pemungutan dan pemotongan pajak dari pendapatan hasil pengiklanan yang dilakukan oleh Google Adsense pada konten yang dimiliki Youtuber. Pada hasil dari penelitian ini akan menunjukkan bahwa pengaturan pajak mengenai kegiatan pengiklanan yang dilakukan oleh Google Adsense pada akun Youtuber ini disamakan dengan pengiklanan yang dillakukan pada umumnya.

Indonesia is one of the countries with the highest internet usage rates and tends to increase every year. The rapid development of  the Youtuber phenomenon in Indonesia has made this proffesion in great demand by the people in the current digitalization era. As stated because, the income from Youtuber obtained from Youtube is categorized into the object of income tax. This thesis discusses two main issues. First abaout the pattern of advertising activities carried out by Google Adsense on the content owned by Youtuber? And second, how is the colletion scheme and tax deduction from revenue from the advertising done by Google Adsense on the content that owned by Youtuber. This research was carried out using normative juridical methods. The purpose of this study was to determine the pattern of advertising activities carried out by Google Adsense on the content owned by Youtuber. And to find out the collection scheme and withholding tax from advertising revenue made by Google Adsense on content owned by coutuber. The results of this study will show that the tax regulation regarding advertising activities carried out by Google Adsense on a Youtuber account is likened to advertising that is done in general."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Siwi Permataningtyas
"Personal branding menjadi faktor penting dalam meningkatkan nilai jual setiap individu. Keberadaan media sosial mendukung dilakukannya personal branding. Individu dapat memanfaatkan fitur-fitur pada media sosial untuk mempresentasikan dirinya melalui konten. Content creator melakukan personal branding melalui media sosial, salah satunya Youtuber. Instagram merupakan media sosial yang fitur-fiturnya mendukung untuk personal branding, sehingga sering digunakan untuk personal branding. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui personal branding Jang Hansol sebagai Youtuber Korea berbahasa Jawa medok melalui Instagram. Metode yang digunakan pada penulisan ini adalah metode kualitatif berupa studi dokumen dan observasi. Hasil dalam penulisan ini mengungkapkan bahwa Jang Hansol melakukan personal branding dengan menggunakan Bahasa Jawa medok secara konsisten untuk berinteraksi dengan audiens di Instagram, guna menunjukkan kekhasan dirinya sebagai orang Korea berbahasa Jawa medok. Jang Hansol juga menciptakan keakraban dengan audiens menggunakan Bahasa Jawa medok. Penulisan ini menyimpulkan bahwa melalui Instagram, Jang Hansol berhasil melakukan pembentukan personal brand sebagai Youtuber Korea berbahasa Jawa medok yang akrab dengan audiensnya, sehingga Jang Hansol sebagai Youtuber memiliki segmen audiens yang luas.

Personal branding is an important factor in increasing the selling point of each individual. The existence of social media supports personal branding. Individuals can take advantage of features on social media to present themselves through content. Content creators do personal branding through social media, one of which is Youtuber. Instagram is a social media whose features support personal branding, so it is often used for personal branding. The purpose of this writing is to find out Jang Hansol's personal branding as a Korean Youtuber in Javanese through Instagram. The method used in this writing is a qualitative method in the form of document studies and observations. The results in this writing reveal that Jang Hansol does personal branding by using Javanese medok consistently to interact with audiences on Instagram, in order to show his distinctiveness as a Korean speaking Javanese medok. Jang Hansol also creates familiarity with the audience using Javanese medok. This writing concludes that through Instagram, Jang Hansol succeeded in establishing a personal brand as a Korean Youtuber in Javanese medok who is familiar with his audience, so that Jang Hansol as a Youtuber has a wide audience segment."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Alfina Nurmayati
"Virtual Youtuber atau sering disebut sebagai VTuber menjadi salah satu entitas unik yang kini muncul di era digital. Kemunculannya yang cukup masif pada akhirnya membentuk suatu komunitas virtual yang memiliki keunikannya sendiri. Interaksi yang terjadi di dalam komunitas VTuber akan selalu berkaitan dengan konten yang dibuat oleh para VTuber. Konten yang dimaksud secara spesifik adalah video atau pun live streaming yang mereka lakukan di Youtube. Melalui konten tersebut interaksi terjadi dan VTuber itu sendiri diakui di dalam komunitas, tetapi dengan konten itu pula terjadi pertukaran nilai dan materiel yang bisa dirasakan oleh VTuber. Penelitian etnografi ini akan membahas sense of community yang dirasakan para VTuber. Lebih lanjut penilitian ini akan membahas konten yang menjadi sarana komunikasi para VTuber di dalam komunitas sekaligus sebagai komoditas dengan kerangka teori komunikasi sebagai ritual.

The Virtual Youtuber, also known as VTuber, is one of the unique entities that have emerged in the internet era. Its massive emergence has eventually formed a virtual community that has its own uniqueness. The interactions that occur within the VTuber community's interactions will always be related to the content that the VTubers produce. The content in question is specifically the videos or live streamings that they do on Youtube. The interaction occurs through the content and the VTubers itself are recognized within the community, but with the content, there is also an exchange of values and materials that can be felt by VTuber. This ethnographic research will discuss the sense of community that the VTubers feel. Furthermore, this research will discuss the content that serves as means of communication for the VTubers within the community as well as a commodity with the theoretical framework of communication as a ritual."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tahir, Farrel Lazuardi
"Penelitian ini akan berfokus pada bahasa slang yang muncul dan digunakan dalam komunitas Virtual YouTuber dari agensi Virtual YouTuber Hololive Jepang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui sebab terbentuknya, bentuk, fungsi, serta makna yang terkandung dalam bahasa slang tersebut. Data yang dianalisis berupa rekaman video dari kanal YouTube Hololive. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan landasan teori semiotik Roland Barthes (1967). Hasil dari penelitian ini adalah ditemukannya makna konotasi dalam bahasa slang komunitas Virtual YouTuber Hololive. Bahasa slang yang ditemukan memiliki fungsi sebagai kode rahasia yang membuat orang awam tidak mengetahui maknanya dan cenderung melanggar kaidah bahasa yang benar.

This study will focus on the slang languages that appears and used in the Virtual YouTuber community from the Virtual YouTuber agency Hololive Japan. The purpose of this study was to determine the cause of its formation, form, function, and meaning contained in the slang languages. The analyzed data is in the form of recorded video from the Hololive YouTube channel. The qualitative is method used based on the semiotic theory of Roland Barthes (1967). The result of this study is the discovery of connotative meanings in the slang language of the Hololive Virtual YouTuber community. The slang languages that have been found has a function as a secret code that makes ordinary people don’t understand its meaning and tends to violate the grammatical rules."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Iskandar
"Seiring dengan berkembangannya teknologi maka semakin banyak kegiatan yang seseorang dapat lakukan. Virtual Youtuber merupakan suatu pekerjaan yang baru muncul berkat kemajuan teknologi. Pekerjaan sebagai Vtuber memerlukan komunikasi dengan penonton sehingga mereka dapat merasa akrab dan mengeluarkan uang untuk perhatian Vtuber tersebut. Penelitian ini membahas bagaimana Vtuber dapat menumbuhkan rasa akrab dengan penonton dengan kemampuan berkomunikasi mereka. Penulis menggunakan metode deskriptif analisis, dan konsep interaksi parasosial milik Horton dan Howl. Konsep tersebut digunakan untuk menjelaskan rasa kedekatan yang dirasakan penonton kepada Vtuber. Kemudian penulis mengambil beberapa cuplikan dan menganalisa bahasa yang digunakan. Lewat analisa tersebut penulis menemukan bahwa Vtuber gemar menggnakan bahasa informal ketimbang bahasa formal meskipun hal tersebut berlawanan dengan setting karakter mereka. Selain itu pronominal dan aisatsu yang digunakan Vtuber juga unik dan mempermudah penonton untuk merasa akrab dengan mereka.

With the advance of technology, so does the increase in activity one could do. Vtuber is one of the recent jobs that emerged due to it. Vtuber is a job that requires someone to communicate with the audience through their limited means and make them feel a sense of closeness, or perhaps, camaraderie in which they would feel willing to spend their money for their attention. The author used descriptive-analytical methods, and Horton and Howl’s parasocial interaction concept to explain the sense of closeness that appeared among the audience. Then the author took a few video samples and analyzed what type of language was used by Vtubers generally. By doing so, it was discovered that Vtubers tend to use informal language even if it means breaking the character’s setting. Pronominal and aisatsu they use are also unique and speculated to play a part in creating a sense of in-group, which also makes the audience relate to them."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Putra Pantianto
"

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembentukan personal branding seorang youtuber bernama Chandra Liow dalam media sosial YouTube. Teori yang digunakan adalah teori brand identity, brand positioning, brand image dan delapan hukum personal branding. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Chandra Liow memiliki hampir semua elemen-elemen dari brand identity, brand positioning, brand image dalam tingkat fase personal branding, kecuali dimensi organisasi pada brand identity dan kunci sukses konsistensi pada brand positioning. Selain itu, ada enam dari delapan hukum personal branding yang terdapat pada akun YouTube Tim2one, yaitu law of specialization, law of leadership, law of personality, law of distinctiveness, law of unity, law of goodwill.

 

 


This thesis aims to determine the formation of personal branding of a YouTuber named Chandra Liow in YouTube social media. The theory which used are brand identity, brand positioning, brand image and eight personal branding laws. This research is a descriptive qualitative research. Data collection is done by in-depth interviews, observation and documentation study. The results showed that Chandra Liow has almost all elements of brand identity, brand positioning, brand image at the level of the personal branding phase, except organizational dimension on brand identity and key success consistency on brand positioning. In addition, there are six of the eight personal branding laws found on the Tim2one YouTube account, namely law of specialization, law of leadership, law of personality, law of distinctiveness, law of unity, law of goodwill.

 

"
2020
T54813
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahadiyan Priambodo
"Penelitian ini membahas penggunaan metode presumptive tax atas penghasilan dari profesi youtuber ditinjau dari asas pemungutan pajak, yaitu ease of administration. Penggunaan metode presumptive tax merupakan salah satu alternatif pemajakan atas penghasilan dari profesi youtuber, khususnya youtuber yang mempunyai penghasilan dibawah Rp 4.800.000.000,00 dalam satu pajak. Terdapat dua metode presumptive tax yang ada di Indonesia, yaitu Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan PP 23 Tahun 2018, namun dalam penerapannya belum terdapat pengategorian. Akibatnya terdapat KPP Pratama yang menganggap sebagai pekerja bebas sehingga menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan terdapat KPP Pratama yang menganggap sebagai kegiatan usaha sehingga menggunakan PP 23 Tahun 2018. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivist dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam dan studi literatur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asas ease of administration dari penerapan metode presumptive tax atas profesi youtuber secara umum masih belum terpenuhi. Dari segi kepastian hukum, belum ada penegasan yang mengatur megenai metode presumptive tax yang dapat digunakan oleh profesi youtuber sehingga perlu dikaji secara lebih lanjut. Dari segi efisiensi, terdapat potensi yang dapat menimbulkan administrative cost bagi DJP dan compliance cost bagi Wajib Pajak yang diakibatkan dari belum adanya kepastian hukum. Dari segi kenyamanan, kedua metode tersebut secara umum memenuhi asas kenyamanan sehingga mempermudah Wajib Pajak dalam melakukan pelaporan pajaknya. Dari segi kesederhanaan, kedua metode tersebut memenuhi asas kesederhanaan karena menyederhanakan penghitungan pajak serta mengurangi beban Wajib Pajak. Kemudian terdapat keterbatasan yang dihadapi oleh DJP dalam melakukan pemajakan atas penghasilan, yaitu kurangnya informasi mengenai data diri dari youtuber serta jumlah penghasilan yang diterima oleh youtuber.

This undergraduate thesis discusses the use of the presumptive tax method for income from the YouTuber profession in terms of the principle of tax collection, namely ease of administration. The use of the presumptive tax method is an alternative taxation on income from the YouTuber profession, especially YouTubers who have an income below Rp. 4,800,000,000.00 in one tax year. There are two presumptive tax methods available in Indonesia, namely Net Income Calculation Norms and PP 23 of 2018, but in their application there is no categorization. As a result, there are Primary Tax Officers who consider free labor using NPPN and there are Primary Tax Officers who consider business activities to use PP 23 of 2018. This research uses a post-positivist approach with data collection techniques in the form of in-depth interviews and literature studies. The results of this study indicate that the principle of ease of administration from the application of the presumptive tax method for the YouTuber profession in general is still unfulfilled. In terms of legal certainty, there has been no affirmation that governs the presumptive tax method that can be used by the YouTuber profession so it needs to be studied further. In terms of efficiency, there is potential that can lead to administrative costs for the DGT and compliance costs for taxpayers resulting from the absence of legal certainty. In terms of convenience, the two methods generally meet the principle of convenience, making it easier for taxpayers to do their tax reporting. In terms of simplicity, both methods meet the principle of simplicity because they simplify tax calculations and reduce the burden of taxpayers. Then there are limitations faced by DGT in taxing income, namely the lack of information about the personal data of the YouTuber and the amount of income received by the YouTuber."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tazkia Amalia
"Penelitian ini membahas bagaimana pengaruh yang diberikan virtual Youtuber Jepang kepada virtual Youtuber di Indonesia. Penulis menggunakan metode deskriptif analisis, dan konsep Soft Power milik Nye dan teori Soft Power Currencies oleh Vuving. Setelah virtual Youtuber Kizuna AI mencetuskan istilah “Virtual Youtuber”, keberadaan virtual Youtuber semakin mendapatkan perhatian dan diminati oleh banyak orang. Hal ini membuat Pemerintah Jepang memanfaatkan virtual Youtuber Jepang sebagai salah satu sumber soft power mereka. Tiga Soft Power Currencies digunakan untuk mengukur bagaimana virtual Youtuber Jepang dapat berkerja sebagai soft power Jepang terhadap virtual Youtuber Indonesia. Pertama, benignity, munculnya rasa suka dari kelompok creator virtual Youtuber Indonesia terhadap virtual Youtuber Jepang, serta rasa terima kasih kepada virtual Youtuber Jepang yang memberikan kesempatan kepada beberapa virtual Youtuber Indonesia untuk mengikuti acara virtual Youtuber yang ada. Kedua, brilliance, banyak kelompok creator virtual Youtuber di Indonesia yang mulai membuat virtual Youtuber karena tertarik dan terinspirasi dengan virtual Youtuber Jepang. Ketiga, beauty, karena memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menghibur para penontonnya, membuat virtual Youtuber Indonesia mencontoh cara-cara yang telah dilakukan oleh virtual Youtuber Jepan.

This study discusses the influence of Japanese virtual Youtubers virtual towards Indonesian virtual Youtubers. The author of the study employs descriptive analytical methods, Nye’s Soft Power concept and Vuving’s Soft Power Currencies theory. After virtual Youtuber Kizuna AI coined the term "Virtual Youtuber," the existence of virtual Youtuber gained significant recognition and attention among many people. This makes the Japanese Government utilizes Japanese virtual Youtubers as one of their soft power resources. Three Soft Power Currencies were used to measure how Japanese virtual Youtubers works as one among Japanese soft powers on Indonesian virtual Youtubers. Firstly, Benignity, the emergence of the positive attitudes within Indonesian virtual Youtuber creator community towards Japanese virtual Youtubers, as well as the gratitude to the Japanese virtual Youtubers for giving opportunities to several Indonesian virtual Youtubers to take part in the existing virtual Youtuber event(s). Secondly, Brilliance, the appearance of Indonesian virtual Youtuber creators who started producing virtual Youtuber contents due to their interests to and inspirations from the Japanese virtual Youtubers. Thirdly, Beauty, the existence of similar objectives of both Japanese and Indonesian virtual Youtubers which is to entertain their respective audience, causing Indonesian virtual Youtubers to imitate the methods conducted by Japanese virtual Youtubers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aulya Farah Fauzan
"Karya tulis ini akan membahas dinamika pemaknaan dari pemberian donasi di antara penggemar Virtual Youtuber di Indonesia. Dengan menggunakan pendekatan pengalaman yang diusung oleh Turner (1986) dan metode nethnography yang diusung oleh Kozinets (2015), penelitian dilakukan dengan menganalisis hasil wawancara mendalam kepada penggemar dan donatur, observasi partisipan, dan arsip-arsip rekaman siaran langsung. Penelitian ini bermaksud untuk menggali bagaimana pengalaman-pengalaman penggemar VTuber, baik secara personal maupun kolektif, dapat membantu tiap individunya memahami apa itu donasi VTuber, batasan-batasan dalam berdonasi, dan bentuk-bentuk ekspresi yang timbul dari pemaknaan yang mereka miliki. Ekspresi yang beragam atas pemberian donasi menujukkan bahwa pengalaman yang dimiliki baik oleh penggemar dan donatur membangun gambaran yang beragam atas pemberian donasi. Temuan menunjukkan bahwa donasi sebagai yang bersifat moneter dapat dimaknai sebagai sarana untuk berkomunikasi, membangun relasi dan keintiman, cara untuk mengekspresikan apresiasi dari penggemar kepada VTuber idolanya. Hal tersebut terkait dengan batasan-batasan yang diekspresikan melalui interaksi antara penggemar dengan penggemar, penggemar dengan donatur, dan penggemar dengan idola.

This paper will discuss the dynamics of the meaning regarding donation among Virtual Youtuber fans in Indonesia. Using Turner's (1986) anthropology of experience approach and Kozinets' (2015) nethnography method, the research is conducted by analyzing the results of in-depth interviews with fans and donors, participant observation, and archives of live broadcast recordings. This study aims to explore how the experiences of VTuber fans, both in personal and collective levels, help individuals understand what donating in VTuber scene means, the limitations of donating, and the forms of expression that arise from their meanings. The diverse expressions of donation indicate that the experiences of both fans and donors build a diverse imagery regarding donation. The findings show that donations, as monetary gift in nature, can be interpreted as a means to communicate, build relationships and intimacy, and a way to express appreciation from fans to their idol VTuber. It is related to the boundaries expressed through interactions between fans and fans, fans and donors, and fans and idols"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dama Dhia Nisrina
"Dewasa ini, bermunculan sosok penghibur maya yang disebut Virtual Youtuber. Mereka merupakan orang-orang yang menggunakan avatar berbentuk karakter fiktif bergaya Anime ketika melakukan siaran daring di Youtube. Avatar tersebut mereka gunakan sebagai perwakilan diri dalam bertelepresensi di ruang virtual. Dalam telepresensinya, para Virtual Youtuber menyajikan beragam hiburan seperti permainan video, stand up comedy, karaoke, bahkan berbincang langsung dengan pemirsanya. Kendati hanya merupakan karakter animasi di balik layar gawai, para penonton memperlakukan mereka selayaknya manusia. Menggunakan metode analisa kritis dan teori hiperealitas Baudrillard, penulis menemukan bahwa dalam telepresensinya, Virtual Youtuber membawa dua syarat penting dalam fenomena telepresensi. Yaitu simulakra dan simulasi. Keduanya merupakan bentuk replikasi dari objek referal yang eksis di dunia. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa telepresensi Virtual Youtuber bersifat hipereal karena referensi inti simulasi dan simulakra mereka diperoleh dari manusia itu sendiri.

As of recently, appears a new cast of virtual entertainers that called themselves Virtual Youtubers. These entertainers are essentially people who used avatars shaped and drawn in the style of anime characters that came to the forefront whenever they streamed themselves live over at Youtube. These avatars themselves are used as the representations for the people behind these virtual youtubers, as they were telepresenting themselves in the virtual environment. Included in their act of telepresence, are the various genres of entertainment that they could offer, ranging from playing video games, stand up comedy, singing karaoke, even interacting directly with their audience. Despite being nothing but a two-dimensional characters under the screen of electronic devices, the member of the audience are treating them as if they were just another human being. Through the utilization of critical analysis and Baudrillard's theory of hyperreality, the researcher has found that in its telepresence, Virtual Youtubers had brought over two important conditions in the phenomenon of telepresence, which are simulacrum and simulation. Both are forms of
replication of referral objects which exist in the material world. Thus, it can be concluded that the telepresence of virtual youtubers possessed a hyperrealistic characteristic due to the object of reference used by the process of simulation and simulacrum utilized came from human beings themselves.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>