Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erison
"Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan masalah kesehatan yang perlu ditangani secara serius di Indonesia, karena sangat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia.
Propinsi Sumatera Barat adalah salah satu daerah endemik "sedang" di Indonesia dengan prevalensi gondok/ Total Goiter Rate (TGR) sebesar 20,5%. Angka ini sangat tinggi bila dibandingkan dengan angka Nasional sebesar 9,8%. Sementara target yang hendak dicapai adalah kurang dari 5% pada tahun 2010. Dalam rangka penanggulangan dampak GARY, pemerintah Propinsi Sumatera Barat melalui Kepala Bappeda telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor:414/8/0811/PKSDMPK/Bappeda-2003 tentang Tim Penanggulangan GAKY di Propinsi Sumatera Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang gambaran dan faktor-faktor yang mendukung kinerja tim penanggulangan GAKY di Propinsi Sumatera Barat tahun 2003, dengan pendekatan sistem meliputi: Input struktur organisasi, aspek hukum dan kebijakan, tenaga, sarana pendukung dan biaya), Proses (koordinasi tim, pembagian tugas dan kewenangan, rencana kerja tim, pembinaan, monitoring dan evaluasi) dan Output (dokumen koordinasi, notulen pertemuan, dokumen pembagian tugas dan kewenangan, dokumen rencana kerja, dokumen pembinaan dan dokumen evaluasi).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tim penanggulangan GAKY Propinsi Sumatera Barat tahun 2005 belum berfungsi secara optimal sebagai organisasi.
Berdasarkan hasil peneliuan yang dilakukan maka disarankan kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota agar melakukan pembenahan internal dengan pembinaan personil, melakukan manajemen secara transparans, melakukan advokasi. Terhadap Tim GAKY disarankan agar menterjemahkan Surat keputusan tentang Tim GAKY sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan, membuat rencana kerja dan melakukan rakor secara berkala, merumuskan indikator dan kriteria masing-masing komponen tim, melakukan kajian dan evaluasi terhadap komponen dan proses koordinasi serta memberikan umpan balik kepada masing-masing unsur yang terlibat dalam upaya penanggulangan dampak GAKY di Propinsi Sumatera Barat tahun 2003. Selanjutnya Kepada Pemda dan DPRD Propinsi Sumatera Barat diharapkan dapat memberikan dukungan sehingga upaya penanggulangan GAKY di Propinsi Sumatera Barat dapat terlaksana dengan baik."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13178
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desmawita
"GAKY merupakan salah satu masalah gizi utama sampai saat ini harus terus menerus dikendalikan karena akan terus ada dan muncul lagi apabila tidak memperhatikan upaya penanggulangannya. Dampak GAKY terhadap penduduk pada umumnya lebih luas dari yang diperkirakan semula yaitu gondok, dan melibatkan gangguan tumbuh kembang manusia sejak awal kehidupan, baik perkembangan fisik maupun mental. Masa yang paling peka adalah masa pertumbuhan susunan syaraf pusat, masa pertumbuhan linier dan masa hamil.
Hasil survei pemetaan GAKY nasional, ditemukan prevalensi GAKY tahun 1998 di Kabupaten Lima Puluh Kota sebesar 28,8% dan pada tahun 2003 turun menjadi 19,8%. Namun hasil pemetaan GAKY Dinkes Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2003 ditemukan prevalensi TGR anak SD di Kecamatan Situjuah Limo Nagari (55,6%) termasuk kategori endemik berat.
Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan defisiensi yodium di Kecamatan Situjuah Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota Propinsi Sumatera Barat. Penelitian ini merupakan analisis data primer dengan pendekatan kuantitatif observasional menggunakan rancangan cross sectional. Penelitian dilaksanakan bulan Maret-April 2007. Sampel adalah anak SD umur 8-12 tahun berjumlah 140 orang dipilih secara acak sederhana pada satu nagari dekat (Nagari Banda Dalam) dan satu nagari jauh (Nagari Tungka). Variabel dependen adalah defisiensi yodium dan variabel independen meliputi umur, jenis kelamin, pengetahuan gizi tentang GAKY, pendidikan ibu dan pengetahuan gizi ibu tentang GAKY, konsumsi makanan sumber yodium, konsumsi makanan sumber zat goitrogenik, kualitas garam dan tempat ibu menyimpan garam. Analisa data dilakukan secara bertahap dimulai dengan univariat, bivariat (chi square) dan multivariat (logistic regression).
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi gondok Kecamatan Situjuah Limo Nagari adalah 22,9% terdapat di nagari dekat 17,7% dan nagari jauh 26,9%. Proporsi kejadian gondok pada anak perempuan (50,7%) sedikit lebih banyak dari anak laki-laki (49,3%) dan terdapat pada umur 2 10 tahun. Pengetahuan gizi anak SD tentang GAKY tergolong tinggi, namun kurang dari separoh anak SD yang mengetahui akibat kekurangan yodium, bahan makanan sumber goitrogenik dan belum mengetahui cara menguji kualitas garam beryodium. Lebih dari separoh ibu belum mengetahui akibat kekurangan yodium menyebabkan cacat fisik dan mental, bahan makanan sumber yodium, bahan makanan sumber goitrogenik dan cara menguji kualitas garam beryodium. Tingkat pendidikan ibu tergolong rendah (SMP) (55,0%). Sebagian besar anak SD (82,9%) mengkonsumsi garam dengan kandungan yodium cukup, tetapi konsumsi bahan makanan sumber yodium masih rendah (51,4%) sebaliknya konsumsi goitrogenik tinggi (62,1%).
Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan bermakna antara pengetahuan gizi anak SD tentang GAKY, pengetahuan gizi ibu tentang GAKY, konsumsi makanan sumber goitrogenik, kualitas garam, dan tempat ibu menyimpan garam dengan terjadinya defisiensi yodium. Variabel pengetahuan gizi ibu tentang GAKY merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan terjadinya deisiensi yodium 'di Iokasi penelitian. Disarankan bagi Dinas kesehatan melalui puskesmas agar lebih mengintensifkan penyuluhan tentang GAKY khususnya akibat kekurangan yodium, bahan makanan sumber yodium dan goitrogenik, penyimpanan garam beryodium yang benar menyangkut cara dan tempat serta cara mengetahui kualitas garam beryodium, baik bagi peserta didik maupun bagi ibu-ibu yang Berperan penting dalam mengelola rumah tangga.

Abstract
IDD is one of the main nutrition problems that need to be controlled continuously until now because it will appear and re-appear if the control efforts are not exercised. The impacts of IDD towards the people in general is broader that it was expected before, i.e. goiter, and involve human growth and development disorder since early life, either in terms of physical growth or mental growth. The most vulnerable periods are the central nerve system growth period, linear growth period and in pregnancy.
From the national IDD mapping survey it is revealed that the lDD prevalence in 1998 in Lima Puluh Kota District is 28.8% and decreased to 19.8% in 2003. However, iiorn the IDD mapping results of the Health Oftice of Lima Puluh Kota District 2003, it is revealed that the TGR prevalence in elementaryschool children in Situjuah Limo Nagari Sub District (55.6%) is categorized as severe endemics.
This research is aimed at describing factors related to iodine deficiency in Situjuah Limo Nagari Sub District, Lima Puluh Kota District, West Sumatera Province. The research is a primary data analysis with observational quantitative approach using cross sectional design. The research was performed during the period of March to April 2007. The samples are 140 elementary school children ranging &om 8-I2 years old which are chosen with a simple random method from one nearby nagari (Nagari Banda Dalam) and one distant nagari (Nagari Tungka). The dependent variable is the iodine deficiency and the independent variables consist of age, sex, nutrition knowledge on IDD, mother educational background and mother nutrition knowledge on IDD, iodine containing food consumption, goitrogenic element containing food consumption, salt quality and salt container. The data analysis is performed in stages starting from univariate, bivariate (chi square) and multivariate (logistic regression).
The results of this research show that the goiter prevalence in Situjuah Limo Nagari Sub District is 22.9% with 17.7% in nearby nagari and 26.9%. The proportion of goiter prevalence, found in the age of 2 10 years old, in girls (50.7%) is higher than in boys (49.3%). The knowledge on nutrition of the elementary school, especially on IDD, is considered high. However, less than half of elementary school children know the impacts of iodine deficiency, goitrogenic food, and how to test iodine containing salt quality. Mother educational background is quite low (junior high school) (55.0%). Most elementary school children (82.9%) consume salt with enough iodine content. However, iodine containing food consumption is still low (51.4%) with goitrogenic consumption, in contrast, is still high (62.1%).
The results from the bivariate analysis shows that there is a significant relationship between the elementary children nutrition knowledge on IDD, mother nutrition knowledge on IDD, goitrogenic food consumption, salt quality and container where salt iskept and the iodine deficiency incidence. The mother nutrition knowledge on IDD variable is the most dominantly related to the iodine deficiency in the research location, It is suggested that the Health Office through Puskesmas should intensify education on IDD especially on impacts of iodine deficiency, iodine containing food and goitrogenic good, correct storage of iodine salt in terms of the method and place as well as how to identify iodine salt quality, either for students or for housewives who have important roles in managing the household.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T34515
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2000
616.442 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Toto Sudargo
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press , 2015
641.302 TOT d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Endo Dardjito
"Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan salah satu
masalah gizi di Kabupaten Banyumas. GAKY disebabkan oleh defisiensi
kronik asupan yodium, konsumsi goitrogenik, penggunaan kontrasepsi KB
hormonal, faktor genetik, dan pengetahuan penderita. Prevalensi penyakit
gondok di Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas, terus meningkat
mencapai 35,38% pada tahun 2007 sehingga daerah ini tergolong en-
demis berat GAKY. Untuk menganalisis faktor-faktor risiko GAKY di
Kecamatan Baturaden, suatu penelitian penjelasan dengan desain kasus
kontrol telah dilakukan dengan melibatkan 30 orang wanita usia subur (15-
45 tahun) yang menderita GAKY sebagai kasus dan 30 orang WUS lain
yang tidak menderita GAKY sebagai sebagai kontrol. Kedua kelompok
adalah penduduk Desa Kebumen, Karang Tengah, Kemutug Kidul, dan
Karang Salam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dua faktor risiko
berpengaruh secara bersama-sama terhadap kejadian GAKY yaitu kon-
sumsi yodium (p = 0,007) dan konsumsi goitrogen (p = 0,015).
Berdasarkan kedua faktor ini, konsumsi yodium berpengaruh paling do-
minan terhadap kejadian GAKY.
Iodine Deficiency Disorder (IDD) is one of nutrient problems in Banyumas
Regency. IDD is caused by chronic deficiency of dietary iodine intake,
goitrogenic consumption, hormonal contraception use, genetic factor, and
level of knowledge. Prevalence of goiter in Baturaden district of Banyumas
Regency constantly increases up to 35,38% in 2007, so this location is ca-
tegorized as high endemic IDD. To analyze risk factors of IDD in Baturaden
district, a case-control explanatory study has been carried involving 30 rep-
roductive age women (15-45 years old) suffering from IDD as case group
and 30 reproductive age women with no IDD as control group. Both groups
were residents of Kebumen, Karang Tengah, Kemutug Kidul, and Karang
Salam villages. This study shows that two factors are simultaneously influ- enced the IDD i.e. consumption of iodine (p = 0,007) and goitrogen (p =
0,015). Of the two, iodine consumption is the dominant factor influencing the
IDD cases."
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan, Jurusan Kesehatan Masyarakat, 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Endo Dardjito
"Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan salah satu
masalah gizi di Kabupaten Banyumas. GAKY disebabkan oleh defisiensi
kronik asupan yodium, konsumsi goitrogenik, penggunaan kontrasepsi KB
hormonal, faktor genetik, dan pengetahuan penderita. Prevalensi penyakit
gondok di Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas, terus meningkat
mencapai 35,38% pada tahun 2007 sehingga daerah ini tergolong en-
demis berat GAKY. Untuk menganalisis faktor-faktor risiko GAKY di
Kecamatan Baturaden, suatu penelitian penjelasan dengan desain kasus
kontrol telah dilakukan dengan melibatkan 30 orang wanita usia subur (15-
45 tahun) yang menderita GAKY sebagai kasus dan 30 orang WUS lain
yang tidak menderita GAKY sebagai sebagai kontrol. Kedua kelompok
adalah penduduk Desa Kebumen, Karang Tengah, Kemutug Kidul, dan
Karang Salam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dua faktor risiko
berpengaruh secara bersama-sama terhadap kejadian GAKY yaitu kon-
sumsi yodium (p = 0,007) dan konsumsi goitrogen (p = 0,015).
Berdasarkan kedua faktor ini, konsumsi yodium berpengaruh paling do-
minan terhadap kejadian GAKY.
Iodine Deficiency Disorder (IDD) is one of nutrient problems in Banyumas
Regency. IDD is caused by chronic deficiency of dietary iodine intake,
goitrogenic consumption, hormonal contraception use, genetic factor, and
level of knowledge. Prevalence of goiter in Baturaden district of Banyumas
Regency constantly increases up to 35,38% in 2007, so this location is ca-
tegorized as high endemic IDD. To analyze risk factors of IDD in Baturaden
district, a case-control explanatory study has been carried involving 30 rep-
roductive age women (15-45 years old) suffering from IDD as case group
and 30 reproductive age women with no IDD as control group. Both groups
were residents of Kebumen, Karang Tengah, Kemutug Kidul, and Karang
Salam villages. This study shows that two factors are simultaneously influ- enced the IDD i.e. consumption of iodine (p = 0,007) and goitrogen (p =
0,015). Of the two, iodine consumption is the dominant factor influencing the
IDD cases."
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan, Jurusan Kesehatan Masyarakat, 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fuonaliza
"Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) masih rncrupakan salah satu masalah gizi mikro di Indonesia yang bclum terkendali dengan baik hingga kini. Pembesaran kelenjar tiroid (gondok) merupakan salah satu bentuk manifestasi GAKY. Di Provinsi Sumatera Barat prevalensi GAKY berdasarkan TGR (Tomi Goiter Rate) tahun 1980 adalah 74,7%, tahun 1987 sebesar 33,7%, tahun 1995 sebesar 39 % dan umm zoos sebesaf 93%. Prevaxenéi GAKY befdgsarkan TGR di Kota Padang cenderung meningkat dari 8,S% pada tahun 1998 menjadi 21,5% tahun 2003 dan 26,3 % pada tahun 2006. GAKY tidak hanya menyebabkan gondok saja tapi juga memberikan dampak terhadap perkembangan fisik, mental dan fmmgsi intelektual.
Penelitian ini beftujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gondok Kota Padang. Disain penelitian yang digunakan adalah studi kasus kontrol dimana kasus adalah anak SD/MI berusia 6-12 tahun yang menderita gondok yang diperiksa dengan cara palpasi. Kasus diambil dari hasil Survei Peruetaan Gondok di Kota Padang tahun 2006. Sedangkan kontrol adalah anak SD/MI yang berusia 6-12 tahun yang berasal dari SD/MI yang sama deugan kasus dan tidak menderita gondok yang diperiksa dengan cara palpasi. Sampel seluruhnya bexjumlah 452 orang dengan perbandingan kasus 1 kontrol adalah lzl. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara langsung clengan ibu anak sckolah dan melakukan pemafiksaan terhadap sampel garam yang dibawa dari rumah. Pada penelitian ini juga dilakulcan pemeriksaan terhadap kadar yodium dalam urin dan swnber air minum sebanyak 10% dari total sample yang diambil secara random. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji mulnple Iogislic regression.
Dari hasil analisis ini diperoleh hubungan yang signifikan antara umur dengan kejadian gondok di Kota Padang sctelah dikontrol oleh konsumsi makanan mengandung yodium dan kualitas garaxn bezyodium dengan p value 0,000 dan OR 2,663 (95% CI 1,802-3,935). Konsumsi rnakanan mengandung yodium berhubungan dengan kejadian gondok pada anak SD/MI di Kota Padang dengan p value 0,000 dan OR 2,259 (95% CI 1,507-3,386) setelah. dikontrol oleh umur dan kualitas garam beryodium. Makanan mengandung yodium seperti ikan laut dan daging ayam berhubungan dengan kejadian gondok dengan p value 0,000, OR 2,326 (95% CI 1,596-3,392) untuk ikan laut dan p value 0,038, OR 1,509 (95%CI 1,040-2,189) mmtuk daging ayam_ Kualitas garam juga berhubungan dcngan kejadian gondok dengan p value 0,030 dan OR 1,772 (95% CI 1,056~2,973) setclah dikontrol oleh umur dan konsmnsi makanan mengandung yodium.
Berdasarkan basil penelinan ini disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Padang untuk meningkatkan penyuluhan tentang GAKY kepada masyarakat, mernperhatikan faktor usia dengan memfokuskan pada usia dibawah 10 tahun dalam membuat perencanaan penanggulangan GAKY, melalcukan pemeriksaan kadar yodium urin scbelum melakukan intervensi dan melakukan pengawasau yang ketat terhadap kualitas garam yang beredar di masyarakat serta memotivasi masyarakat untuk meningkatkan konsumsi ikan laut. Bagi peneliti disarankan untuk xnelakukan penelitian tentang faktonfaktor yang berhubungan dengan rendahnya kualitas garam yang dikonsumsi anak, penelitian tentéhg kadar yodium dalam garam mulai awal distribusi sampai tingkat konsumsi anak, pcnelitian tentang kandungan yodium pada rnakanan tradisional, peuelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pole. konsumsi anak dan kqiian lebih dalam tentang hubungan sumber air minum dengan kejadian gondok serta faktor-faktor yang mempengamhi kadar yodium dalam sumber air minum. Masyarakat tcrutama ibu rumah tangga diharapkan meningkatkan pcngetahuannya femng GAKY seningga bmakap lebih snlektifdalam memilih makanan untuk anak

Iodine Deficiency Disorders (IDD) is still one of micro nutrition problems in Indonesia that has not been well controlled up to now. The thyroid gland enlargement (goiter) is one of the IDD manifestations. ln West Sumatera Province, the IDD prevalence based on TGR (Total Goiter Rate) is 74.7% in 1980, 33.7% in 1987, 39% in 1995 and 9.8% in 2003. The IDD prevalence bwed on TGR in Padang City tends to increase from 8.5% in 1998 to 21.5% in 2003 and 26.3% in 2006. IDD does not only cause goiter but also brings impacts to physical, mental and intellectual function development.
This research is aimed at discovering factors related to goiter incidence in Padang City. The research design applied is the case control study with elementary school (SD/Ml) children ranging from 6 to 12 years old with goiter examined using palpation technique as the cases. The cases were taken from the results of Goiter Mapping Survey in Padang City in 2006. The control used consists of 6-12 year old elementary school (SD/Ml) children from the same schools of the cases but who do not have goiter when examined using palpation technique. The total sample size is 452 with case-control ratio of 1:l. The data was collected using direct interview with the child's mother and by examining salt sample brought from home. In this research, examination on the iodine level in urine and drinking water source taken randomly was perfomied in 10% ofthe total sample. The data is analyzed using multiple logistic regression.
From the results of the analysis, it is revealed that there is a significant relationship between age and goiter incidence in Padang City alter _being controlled by iodine containing food consumption and iodine containing san quality with a p value of o_ooo and an on of 2.663 (95% ci 1.802-3.935): Consumption of iodine containing food is shown as having relationship with the goiter incidence in elementary school (SD/Ml) children in Padang City with a p value of 0.000 and an OR of 2.259 (95% CI 1.507-3386) atter being controlled by age and iodine containing salt quality. Iodine containing food such as sea tish and chicken is shown as having relationship with goitcr incidence with a p value of 0.000 with an OR of 2.326 (95% Cl 1.596-3392) for sea iish and p value of 0.038 with an OR of 1.509 (95% CI 1.040-2.l89) for chicken. The salt quality also relates to the goiter incidence with a p value of 0.030 and an OR of 1,772 (95% CI 1.056-2.973) aiter being controlled by age and iodine containing food consumption.
Based on this research it is suggested to the Health Ofliice of Padang City to improve education on IDD to the community by paying attention to the age factor and focusing on children under 10 years. old when. developing plans for IDD control, performing urine iodine level examination before doing an intervention and exercising tight control on the quality of salt sold in the community as well as motivating the community to increase sea iish consumption Researchers are suggested to do researches on factors related to the low quality of salt consumed by children, iodine level in salt starting from distribution stage to child consumption stage, iodine content in traditional food, factors related to child consumption pattem and in-depth review on relationship between drinldng water resource with goiter incidence and factors affecting iodine level in drinking water. The community, especially housewives, is expected to increase the knowledge on [DD and acts more selectively in choosing food for children."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T34482
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Meidyawati E.H.
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mencari cara sterilisasi guta-perca yang efektif dan efisien sebelum digunakan untuk mengisi saluran akar. Guta-perca yang dicemari Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis direndam dalam natrium hipoklorit dengan konsentrasi 5,25 % ; 2,65 7. ; 1,31 7 dan ke dalam povidon yodium dengan konsentrasi 10 % ; I. % ; 0,5 'I. selama 0,5 ; 1 ; 3 ; 6 menit. Kemudian dibilas dengan merendam dalam larutan fisiologis NaCl steril, lalu dibiak dalam perbenihan thioglikolat, dan dieramkan pada suhu 370C selama 72 jam, untuk dilihat apakah perbenihan tetap jernih, atau menjadi keruh. Ternyata efek kedua desinfektans ini tidak berbeda bermakna. Dapat disimpulkan bahwa kedua bahan ini bisa digunakan untuk sterilisasi guta-perca sebelum pengisian saluran akar. Pada konsentrasi yang kecil dan dalam waktu yang singkat kedua desinfektans ini sudah cukup efektif mematikan kuman Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis."
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya Claresta Viano
"Saat ini depresi memiliki prevalensi cukup tinggi di dunia. Salah satu penyebabnya adalah hipotiroid akibat tidak cukupnya asupan yodium.
Tujuan: Mengetahui hubungan konsumsi yodium terhadap tingkat depresi pada wanita usia 18-25 tahun di RSUD Pasar Minggu.
Metode: Penelitian menggunakan desain cross-sectional dengan studi analitik observasional. Responden berjumlah 87 wanita usia 18-25 tahun dan memenuhi kriteria penelitian. Data asupan yodium diperoleh melalui kuesioner semi-kuantitatif frekuensi makanan tinggi yodium dengan wawancara. Hasilnya dianalisis menggunakan Nutrisurvey for Windows. Pengukuran tingkat depresi menggunakan kuesioner HDRS dengan wawancara.
Hasil: Asupan yodium responden yang sesuai dengan rekomendasi adalah 90,9 . Proporsi penderita depresi berjumlah 80,5. Hasil uji Anova dan post-hoc Bonferroni menunjukkan adanya hubungan secara klinis dan statistik antara konsumsi yodium dengan tingkat depresi pada kelompok normal dengan depresi ringan p=0,002, normal dengan depresi sedang p=0,004 , dan normal dengan depresi berat p=0,008. Di sisi lain, terdapat hubungan klinis antara konsumsi yodium dengan tingkat depresi pada kelompok depresi ringan dengan sedang, depresi ringan dengan berat, dan depresi sedang dengan berat.
Diskusi: Dapat disimpulkan terdapat hubungan konsumsi yodium dengan tingkat depresi.Kata kunci:Konsumsi yodium, tingkat depresi, wanita, 18-25 tahun.

Currently, depression has a fairly high prevalence in the world. One of the reasons is hypothyroid due to inadequate intake of iodine.
Objective: To determine the relation of iodine consumption with depression level in women aged 18 25 years in Pasar Minggu Hospital.
Methods: The research used a cross sectional design with observational method. The respondents were 87 women aged 18 25 years and suited criteria. Data iodine was obtained using semi quantitative food frequency questionnaire of high iodine. The result is analyzed using Nutrisurvey for Windows. The depression levels were measured using HDRS questionnaire.
Results: 90,9 of respondents had iodine intake as recommended. The proportion of depression is 80.5. The results of ANOVA and post hoc Bonferroni showed a clinical and statistic relations between consumption of iodine with depression levels in normal group with mild depression p 0.002, normal with moderate depression p 0.004, and normal with severe depression p 0.008 . Whereas, there is a clinical relation between the consumption of iodine with level of depression in the mild group with moderate depression, mild with severe depression, and moderate with severe depression.
Discussion: It can be concluded that there is a relation of iodine consumption with level of depression.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nelson Saksono
"Kandungan yodium yang rendah pada garam yang beredar dimasyarakat disebabkan oleh rendahnya kandungan yodium yang ditambahkan oleh industri garam atau stabilitas yodium pada garam yang rendah. rendahnya stabilitas yodium tersebut disebabkan kualitas garam yang dihasilkan oleh petani garam sangat rendah, sedangkan industri garam yang mengolah garam bahan baku tersebut melalui proses pencucian tidak cukup memadai dalam meningkatkan kualitas garam sehingga yodium yang ditambahkan pada garam tersebut mudah hilang atau berkurang.
Proses pencucian garam yang baik pada dasarnya mampu meningkatkan kualitas garam, bukan hanya sekedar membersihkan garam dari kotoran lumpur atau tanah, tetapi juga mampu menghilangkan zat-zat pengotor seperti senyawa-senyawa Mg dan kandungan zat pereduksi.
Penelitian ini memvariasikan proses pencucian pada komposisi air pencuci dan rasio berat air pencuci terhadap garam. Untuk pencucian dengan air bersih digunakan rasio berat air : garam adalah 1:1, 2 : 1 dan 3 : 1. Sedangkan untuk pencucian dengan brine( larutan garam) diambil konsentrasi brine (% wt) adalah 20 %, 27 % dan 34 % dimana rasio berat brine terhadap garam tetap yaitu 1 : 1. Selain itu juga dilakukan variasi ukuran partikel garam yang akan dicuci yaitu garam kasar dan garam halus (fine).
Selanjutnya garam-garam hasil pencucian tersebut akan dilihat sifat-sifat penyerapan air, pH dan stabilitasnya terhadap KI03 untuk waktu 1, 3, 6, dan 10 bukan.
Dari hasil pencucian menunjukkan komposisi Mg dan zat pereduksi yang terendah masing-masing 0,016 % wt dan 2,65 ppm dicapai pada proses pencucian dengan garam halus dengan menggunakan brine 27 % wt. Hasil analisis kandungan air menunjukkan kenaikan kandungan Ca dan Mg menyebabkan kenaikan kemampuan penyerapan air pada garam. Sedangkan untuk pH tidak menunjukkan hubungan yang jelas."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>