Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indri Hapsari
"Autisma merupakan gangguan yang kompleks dan berat yang dicirikan oleh
abnormalitas pada fingsi sosial, bahasa dan komunikasi serta adanya perilaku dan minat yang tidak biasa (Mash & Wolfe, 1999). Keterlambatan atau fungsi abnormal pada salah
satu dari ketiga area tersebut muncul sebelum usia tiga tahun (APA, 2000 pada Sattler, 2002). Gangguan perkembangan ini menyebabkan kekurangan pada tiga area yaitu area interaksi sosial, area komunikasi serta area perilaku. Kelcurangan pada area interaksi sosial
ini merupakan hal yang amat rnenjadi keluhan orang tua dan rnempakan ciri utama yang menyadarkan orang ma untuk curiga mengenai kemungkinan adanya gangguan pada anaknya
Dalam berinteraksi sosial dibutuhkan sebuah kemampuan yang disebut social understanding, yaitu kemampuan untuk membaca pikiran, memahami keyakinan, gagasan, pikiran serta perasaan yang dimiliki orang lain (Howlin, 1998). Sementara anak
penyandang autisma memiliki kekurangan dalam social understanding. Padahal
Kekurangan social understanding pada anak penyandang autisma menyebabkan mereka tidak mampu hidup mandiri bila sudah dewasa kelak (Pediatric Advisor, 2002). Untuk itu
peneliti tertarik utuk meneliti mengenai social understanding anak penyandang autisma agar dapat digunakan sebagai basis untuk intervensi.
Alat ukur yang peneliti gunakan adalah Picture Arrangement yang merupakan salah satu subtes dari aspek performa pada WISC-R yang secara non verbal mengulcur social understanding Penelitian dilalcukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif
dengan observasi dan wawancara sebngai alat penunjang analisis data Sampel yang diambil adalah dua anak penyandang autisma ringan yang berusia, masing-mining, 6 tahun dan 8 tahun. '
Dari hasil penclitian didapatkan bahwa subyek memang memiliki kemampuan
social understanding yang kurang Masing-masing subyck memiliki kekhasan dalam menunjukkan kekurangan mereka dalam social understanding tersebut. Misalnya pada subyek l masih berada pada tahap encoding yaitu memperhatikan aspek tertentu dari
penampilan dan perilaku seseorang atau sesuatu lalu menyimpan informasi tersebut ke dalam working memory, sodangkan subyek 2 sudah pada tahap representation yaitu
menginterpretasikan fenomena sosial yang mercka observasi dengan mengelaborasi informasi yang mereka peroleh melalui hal-hal yang telah mereka pelajari mengenai human nature. Perbedaan antara kedua suhyek ini kemungkinan banyak dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan intervensi yang diberikan kepada mereka_ Intervensi
perilaku dan pendidikan yang terus menerus sangat berguna untuk memperbaiki kekurangan penyandang autisma pada berbagai area terutama area interaksi sosial."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38787
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lita Patricia Lunanta
"Gambaran Hasil Wechsler Intelligence Scale for Children-
Revised (WISC-R) Anak dengan Keterbelakangan Mental Ringan.
Masa usia sekolah merupakan saat yang penting bagi perkembangan fisik,
kognitif dan psikososial Sebagian besar anak memiliki perkembangan
yang setara dengan rata-rata anak dalam kelompok usianya sehingga dapat memenuhi tuntutan dari tugas perkembangannya. Namun demikian
beberapa anak dapat memiliki perkembangan yang melebihi ataupun
kurang dari rata-rata, baik dalam satu maupun beberapa aspek
perkembangan. Keterbelakangan mental (mental retardation) adalah satu
fenomena yang terjadi pada masa perkembangan di mana perkembangan
aspek intelektual berada jauh di bawah rata-rata anak-anak yang seusia.
Diagnosis dan pengelompokan keterbelakangan mental diawali dengan
pengukuran taraf inteligensi di mana salah satu alat tes yang digunakan
adalah WISC-R. Berdasarkan hasil dari WISC-R dapat dilihat adanya
kekuatan dan kelemahan pada aspek-aspek inteligensi yang ditampakkan
oleh skor setiap subtest.
Tujuan dari penelitan ini adalah untuk mengetahui bagaimana
gambaran basil WISC-R pada kelompok anak keterbelakangan mental
ringan. Dengan demikian dapat bermanfaat dalam penyusunan program
intervensi bagi anak keterbelakangan mental, baik yang berupa pendidikan, pendampingan, atau pelatihan. Hal ini dapat memaksimalkan potensi anak keterbelakangan mental sehingga diharapkan mereka dapat berfunggsi secara lebih optimal dalam masyarakat. Penelitian dilakukan dengan melakukan analisis hasil tes inteligensi WISC-R dari sembilan anak dengan keterbelakangan mental ringan yang pemah menjadi klien di Klinik
Perkembangan Anak Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki IQ
Verbal dan IQ Performance yang setara dengan rata-rata skor yang
diperoleh berada dalam rentang 2, 67 (Picture Arrangement) hingga 6, 78 (Mazes). Pada Skala Verbal subtest yang memperoleh skor paling tinggi yang merupakan kekuatan adalah Comprehension dan subtest yang
memperoleh skor paling rendah yang merupakan kelemahan adalah
Vocabulary. Pada Skala Perfomance subtest yang memperoleh skor paling
tinggi yang merupakan kekuatan adalah Mazes dan subtest yang
memperoleh skor paling rendah yang merupakan kelemahan adalah Picture
Arrangement, Terdapat beberapa subtest yang saling berbeda secara
signifikan, antara lain pada subtest: Comprehension dan Information,
Similarities dan Vocabulary, Picture Completion dan Picture Arrangement,Comprehension dan Picture Arrangement, Serta Similarities dan Block Design
Dalam melakukan penelitian yang serupa sebaiknya digunakan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif sehingga dapat diperoleh gambaran hasil WISC-R dari sampel yang lebih besar serta analisis yang lebih mendalam lagi mengenai kekuatan dan kelemahan anak keterbclakangan mental ringan Selain itu, pengumpulan data sebaiknya dilakukan secara langsung oleh peneliti (menggunakan data primer) sehingga hasil yang didapatkan menjadi Iebih luas dan lengkap."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38045
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meitha Pingkan Ester Togas
"Latar belakang: Kecerdasan anak ditentukan nature dan nurture. Pemantauan tumbuh kembang anak penting termasuk kecerdasan. Dengan kecerdasan anak yang tinggi tumbuh kembang optimal anak dapat tercapai. Pengukuran kecerdasan yang banyak digunakan adalah WISC yang dilakukan oleh psikolog yang terlatih. Penyebaran psikolog anak belum tersebar merata di seluruh daerah Indonesia. Karena itu perlu suatu alat tes kecerdasan yang mampu memprediksi kecerdasan yang dapat dilakukan oleh dokter spesialis anak.Tujuan: Memilih metode pengukuran perkembangan kognitif pada anak usia sekolah. Mengetahui karakteristik perkembangan kognitif yang diukur berdasarkan CIID dan WISC. Menilai korelasi antara CIID dengan WISC.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang cross sectional pada anak 6-12 tahun di SDN 03 Menteng Jakarta Pusat pada 30 Maret - 4 Mei 2017. Sampel dipilih secara stratified random sampling dan dilakukan uji WISC dan CIID. Analsis dilakukan dengan korelasi Pearson dan persamaan regresi linier. Karakteristik demografi dianalisis univariat.Hasil: Terdapat 145 subyek terdiri dari laki-laki 66/145 45,5 , perempuan 79/145 54,5 . Hasil uji CIID ST didapatkan 30-95, dengan rerata dan simpang baku 57,96 14.01. Hasil uji WISC IQ total rentang 83-141, dengan rerata dan simpang baku 105,72 10,33. Koefisien korelasi r skor nonverbal CIID dan IQ performa WISC, sebesar 0,352 p < 0,0001 , adapun untuk skor verbal CIID dan IQ verbal WISC, r = 0,409 p < 0,0001 , untuk skor total CIID dan IQ total WISC r = 0,452 p < 0,0001 .Simpulan: Terdapat hubungan moderat dengan pola positif yang signifikan, antara skor nonverbal CIID dengan IQ performa WISC, skor verbal CIID dengan IQ verbal WISC, dan skor total CIID dengan IQ total WISC.

Background A child rsquo s intelligence is determined by nature and nurture. The monitoring of child growth and development is substantial including intelligence. The widely utilized intelligence measurement instrument is WISC performed by trained, certified psychologists. The spread of psychologists specializing in children has not spread evenly all across the country. Hence, an alternative yet reliable intelligence measurement instrument is required to predict children rsquo s intelligence performable by pediatricians.Aim To opt a method of measuring cognitive development in school aged children. To determine the characteristics of cognitive development measured according to CIID and WISC. To assess the correlation between CIID and WISC.Method This research is a correlation test research with cross sectional design which was conducted on March 30th, 2017 up to May 4th, 2017 at SDN 03 Menteng, Central Jakarta. All children included in the study were tested using WISC and CIID. Thereafter, all datas acquired were analyzed utilizing Pearson correlation test and linear regression equation in order to determine the correlation between CIID and WISC. The demographic characteristics were analyzed using univariate analysis.Result Analysis was conducted on 145 subjects obtained male 66 145 45.5 , female 79 145 54.5 . The results of the CIID ST test range 30 95, with a mean and SD of 57,96 14.01. Corelation coeffisien for nonverbal CIID and WISC IQ performance was 0,352 p 0,0001 , for verbal CIID and WISC IQ verbal r 0,409 p 0,0001 , for total CIID score and WISC total IQ r 0,452 p 0,0001 .Conclusion There were moderate positive significant correlation between nonverbal CIID and WISC performance IQ, verbal CIID score and WISC verbal IQ and total CIID score and WISC total IQ"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rosa Maria Gani
"Tujuan penelitian ini : 1) memeriksa nilai reliabilitas; 2) memeriksa urutan item berdasarkan tingkat kesukaran; 3) membandingkan data tingkat kesukaran pada saat mengadaptasi alat ukur dengan data yang digunakan sekarang; 4) meningkatkan validitas; 5) memeriksa Item Characteristic Curve (ICC) setiap item dan Test lnjbrmation Function (TIF) setiap subtes; 6) membandingkan tlngkat kesukaran (threshold) antara data politomos dan data politomos (Partial Credit Model) yang didikotomoskan; 7)memeriksa item-item yang tidak fit; 8) mcndctcksi DIF pada alat ukur Wecshler Intelligence Scale for Children Revised (WISC-R). Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis tes klasik dan analisis tes modem, serta dilengkapi dengan pengecekan asumsi-asumsi pada tes modem yaitu unidimensional (dengan analisis faktor), invarian pada parameter tingkat kesukatan.
Metodologi yang dlgunakan untuk pendeteksi DIF adalah metode Mantel-Hacnszei. Rasch Model dan Item Response Theory Likelihood Ratio (IRT LR). Hasil yang diperoleh : 1) nilai reliabilitas baik; 2) urutan tingkat kesukaran perlu dipcrbaiki;3) syarat unidimensional dan asumsi invarian terpenuhi; 4) ada beberapa itcm yang tidak lit dengan model; 5) perlu dilakukan perbaikan untuk item-item yang terdeteksi mengandung DIF yaitu berturut-turut 7, 5, 5, 11, dan 6 item dari subtes Information, Similarities, Arithmetic, Vocabuiary dan Comprehension. lmplikasi dan keterbatasan dalam pcnelitian ini dapat digunakan untuk penelititan di masa yang akan datang.

The current study highlights several components on Weschler's Intelligence Scale for Children-Revised (WISC-R), including : 1) its reliability scores; 2) its item-ordering based on diliiculty level; 3) comparing the level of item difficulty before and aner the adaptation; 4) improving its validity; 5) looking at Test Infomation Function (TIF) on each subtest; 6) comparing the threshold between the original polytomous data and the modified polytomous data into dichotomous data (Partial Credit Model); 7) whether each item is fit or not; and 8) detecting its Differential Item Functioning (DIF). The analyses were conducted using the classical and modem test approaches, along with each approach assumptions such as unidimensionality (factor analysis) and invariant on the parameter ofthe difliculty levels.
The methodologies used to detect DIP were Mantel-Haenszel, Rasch Model and ltem Response Theory Likelihood Ratio (IRT LR). The results were: 1) acceptable degree of reliability; 2) the item-ordering based on difficulty levels needs re-ordering; 3) assumptions on unidimcnsional and invariant were lil; 4) several individual items were not fit; 5) serious consideration needed to modify the items containing severe DIF, including 7, 5, 5, 11, 6 number of items on Information, Similarities, Arithmetic, Vocabulary, and Comprehension, respectively. Limitations and implications of the study are discussed along with recommendations for future research.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T34084
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Damayanti
1987
S2090
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Herina Adiesti
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1989
S2221
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library