Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sofia Utari Ramadhani
"

Kabupaten Subang merupakan penghasil padi ketiga terbanyak di Jawa Barat. Sekitar 41 % dari total luas wilayah kabupaten merupakan area persawahan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pola spasial jumlah produksi lahan sawah dengan menggunakan citra satelit Sentinel-1A berdasarkan topografi dan hubungan antara produksi lahan sawah dengan karakteristik wilayah di Kabupaten Subang. Data citra Sentinel-1A yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra Bulan Januari-Juni tahun 2018 dan 2019. Penelitian ini menggunakan Google Earth Engine untuk mengolah data citra Sentinel-1. Klasifikasi masa panen dan bukan panen menggunakan metode maximum likelihood. Karakteristik wilayah yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu wilayah ketinggian, jenis tanah, dan ketersediaan air. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perhitungan produksi padi dengan Citra Sentinel-1 memiliki nilai R2 sebesar 0,58. Namun, nilainya akan semakin kecil pada wilayah yang tinggi dan bergelombang. Nilai R2 pada wilayah ketinggian <100 mdpl sebesar 0,57, sementara nilai R2 pada ketinggian 500-1.000 mdpl sebesar 0,09. Hal ini menunjukkan bahwa Sentinel-1 lebih baik digunakan untuk menghitung produksi pada wilayah datar dan rendah. Produksi padi di pada wilayah ketinggian rendah dan datar lebih banyak daripada produksi di wilayah tinggi dan berbukit. Produksi padi terbanyak ada pada Bulan April-Mei. Jenis tanah yang memiliki produksi paling banyak adalah jenis Typic Epiaquepts. Ketersediaan air juga mempengaruhi besarnya produksi padi.


Subang Regency is the third largest rice producer in West Java. Around 41 % of the total area of the regency is paddy fields. The study was conducted to find out how the spatial pattern of total rice field production using Sentinel-1A satellite imagery based on topography and the relationship between rice field production with regional characteristics in Subang Regency. Sentinel-1A image data used in this study are January-June 2018 and 2019 images. This study uses the Google Earth Engine (GEE) to process Sentinel-1 image data. Classification of harvest and non-harvest periods using the maximum likelihood method. The characteristics of the area analyzed in this study are the height, soil type, and water availability. The results of this study indicate that the calculation of rice production with Sentinel-1 Citra has an R2 value of 0.58. The value of R2 in altitude area <100 meters below sea level is 0,57, while the value of R2 in the altitude area of 500-1.000 meters below sea level is 0,09. However, the value will be smaller in high and bumpy areas. The study concluded that Sentinel-1 is better used to calculate production in the flat and low regions. Rice production in low and flat altitude areas is more than production in high and hilly areas. The most rice production is in April-May. The type of soil that has the most production is Typic Epiaquepts. Water availability also affects the amount of rice production.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Wilayah pesisir dengan topografi yang relatif datar merupakan tempat
yang menarik untuk dijadikan permukiman. Pada perkembangan selanjutnya
wilayah ini memiliki laju pemanfaatan lahan yang cukup pesat salah satunya
adalah permukiman. Hal ini menyebabkan tingginya tingkat kepadatan
penduduk sekaligus terjadinya peningkatan akan kebutuhan permukiman.
Pesisir Kota Bau-Bau merupakan pusat dari berbagai aktivitas penduduk
diantaranya yang paling menonjol adalah kegiatan perdagangan dan jasa.
Terkonsentrasinya kegiatan-kegiatan tersebut termasuk permukiman yang
berada di pusat kota di kawasan pesisir menyebabkan terjadinya penurunan
kualitas lingkungan permukiman. Penilaian kualitas permukiman dalam
penelitian ini meliputi variabel jenis bangunan, adanya genangan banjir,
kepadatan bangunan, tingkat pelayanan listrik, air bersih, ketersediaan TPS
dan tingkat kepemilikan IMB, serta menghubungkan persebaran kualitas
permukiman tersebut dengan jarak ke CBD, wilayah ketinggian, dan jarak
dari garis pantai. Dari hasil penelitian, permukiman dengan kualitas baik
berada di Kelurahan Batulo, Bone-Bone, Bukit Wolio Indah, Kadolomoko,
Lipu, Wangkanapi dan Tarafu. Permukiman dengan kualitas sedang berada
di Kelurahan Bataraguru, Kadolokatapi, Kaisabu Baru, Lamangga, Lanto,
Ngangana Umala, Wajo, Wale dan Wameo. Sedangkan permukiman dengan
kualitas buruk berada di Kelurahan Baadia, Kaobula, Katobengke, Melai,
Tanganapada, dan Tomba. Hubungan antara jarak ke CBD, ketinggian dari
permukaan laut, dan jarak dari garis pantai terhadap persebaran kualitas
permukiman tersebut adalah semakin jauh jarak permukiman ke CBD,
semakin tinggi letak permukiman dan semakin jauh jarak permukiman dari
garis pantai maka permukiman tersebut cenderung menunjukkan kualitas
permukiman yang buruk.
Kata kunci : wilayah pesisir Kota Bau-Bau, kualitas permukiman, jarak
ke CBD, wilayah ketinggian, jarak dari garis pantai.
ix+82 hlm.; 16 tabel; 9 gambar; 7 lamp; 14 peta
Bibliografi : 42 (1977-2006)"
Universitas Indonesia, 2007
S33932
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library