Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
B. Prayitno
"Untuk mendapatkan bahan yang cocok, dafam upaya mengaiasi terjadinya set-off pada hasil cetak intaglio, diperoleh bahan additive yang dibuai dari campuran bahan wax, yaitu wax poliethilen (wax PE), wax politetrafluorethilen ( wax PTFF ) dan wax carnauba. Wax PE dan wax PTFE yang digunakan sudah berupa campuran yang disebut dengan wax polifluo. Dalam proses pembuatan - nya wax polifluo di dicampur dengan wax carnauba dengan perbandingan 97 % dan 3 %. Selanjutnya campuran wax ini ditambah dengan solvent dengan perbandingan 70 % wax dan 30 % solvent, kemudian dipanaskan sambil diaduk sampai lemperatur 120"C, kemudian didinginkan perlahan-lahan sampai temperatur kamar. Bahan additive yang dibuai ini disebut anti set-off. Dalam proses cetak intaglio, tinta yang digunakan ditambah dengan bahan additive (anti set-off) ini, sebanyak 4 %, agar hasil cetak intaglio yang didapal tidak mengalami set-off.

To obtain the suitable material for solving set-off problem in intaglio printing, it was obtained the additive which made trom mixed waxs are polyethylene wax ( PE wax ), poiyielrafluorcthylene wax ( P'f IE wax ) and canmuba wax. PF wax and PTFE wax which using have already mixed, which called polyfluo wax. In it's production, polyfluo wax was mixed with carnauba wax in 97 % compared with 3 %, this mixed was added with solvent in 70 % wax compared with 3 % of solvent and stir up which it's heating in 120°C, then cooling off until reach the room temperature, this additive called anti set-off. In proses of intaglio printing, the ink which used was added by 4 % of this additive to obtain the result of intaglio printing without set-off problem."
1999
JIRM-1-2-Agust1999-35
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Purnama
"Emuisi wax semakin dibutuhkan dalam industri seperti industri tekstii,
kertas, kayu dan lain - lain. Produksi slack wax dalam negeri cukup besar,
namun belum dimanfaatkan secara optimal.
Tujuan penelitian ini adalah membuat emuisi wax dari slack wax, uji
kestabilan serta aplikasinya dalam industri tekstii, kertas dan kayu. Emuisi
wax dibuat dengan menggunakan slack wax SPG (Spindle 01') dan LMO
(Light Machine Oil). Emulsifier yang digunakan adalah emulsifier kationik
(Inter 95) dan emulsifier non-ionik (Sinopol T-4). Uji kestabilan dilakukan
secara makroskopik dan mikroskopik dengan memvariasikan kadar emulsifier
5 sampai 25% terhadap wax, pH 4, 7, dan 9, serta perbandingan volume fasa
30% dan 50%. Selanjutnya emuisi yang stabil secara mikroskopik ditentukan viskositas, kadar padatan, ukuran partikel, dan kerapatannya. Data yang
diperoleh dibandingkan terhadap parameter standar emuisi wax yang
dibutuhkan oieh industri. Emuisi wax yang memenuhi parameter dilakukan uji
aplikasi kuat tarik benang untuk industri tekstil, uji kandungan wax dan daya
serap air untuk industri kertas, serta uji daya rekat iem untuk industri kayu.
Dari hasil percobaan diperoleh emuisi wax M/A yang stabil pada pH
<9, emuisi wax kationik lebih stabil dibandingkan emuisi wax non-ionik,
dengan kadar emulsifier di atas 2,727% dan perbandingan fasa 30%. Di
antara emuisi wax yang stabil tersebut, yang memenuhi kriteria industri tekstil
ada 11, industri kertas ada 11 dan industri kayu ada 3. Emuisi wax yang
memenuhi standar kuat tarik benang ada 7, standar daya serap kertas ada
11, dan daya rekat Iem kayu ada 3."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muh Kurniawan
"Wax merupakan masalah yang potensial terjadi di industri minyak bumi. Pendekatan termodinamika digunakan untuk mengetahui apakah wax dapat terbentuk, dan berapa banyak potensi wax terbentuk pada suatu kondisi tertentu. Model Coutinho diaplikasikan terhadap dua laruran wax buatan dan sembilan minyak bumi dari berbagai lapangan di Indonesia. Input dari model tersebut adalah komposisi n-alkana C20+ yang diperoleh dari kromatografi gas. Data WAT dan pembentukan wax diperoleh dari pengukuran differential scanning calorimetry (DSC). Model Coutinho dapat diterapkan secara penuh pada minyak ringan hingga sedang. Minyak berat dengan MW lebih dari 318 gram/mol memiliki pseudokomponen non-wax setara dengan C21 atau lebih. Model menghitung pseudokomponen yang demikian sebagai salah satu komponen wax. Hasil pemodelan menunjukkan nilai WAT dengan presisi average absolute deviation (AAD) sebesar 2,44°C terhadap data DSC. Untuk minyak ringan hingga sedang, pemodelan dapat memprediksi dengan baik presipitasi wax sepanjang temperatur dengan AAD rata-rata 8,2%.

Wax is a potential problem that occurs in the petroleum industry. Thermodynamic approach is used to determine whether the wax can be formed, and how much wax potentially formed at a certain condition. Coutinho model was applied to various Indonesia crude oils. Input of the model is the composition of C20+ nalkanes obtained from gas chromatography. Wax precipitation data obtained from differential scanning Calorimetry (DSC) measurement. Coutinho Model can be applied to predict wax precipitation in light and intermediate crude oil. Heavy crude oils having MW heavier than 318 gram/mol gave single non-wax pseudocomponent as C21 or greater. The model calculate such pseudocomponent as another wax component. For all range of crude oil studied, the WAT obtained from model had AAD precision as 2,44°C compared to that of DSC. For light to intermediate crude oil, the model could predict wax precipitation along the temperature range with AAD value of 8.2% compared to DSC data.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35787
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2006
TA1475
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Heni Rahaniah
"ABSTRAK
Pada awalnya wax hanya menjadi bahan baku pembuatan lilin dan tidak
bisa diemulsikan, seiring dengan perkembangan teknologi dan sumber daya
manusia yang terampil, sekarang penggunaan wax kian luas dan semakin
dibutuhkan dalam dunia industri seperti tekstil, kertas, kayu, kosmetik, farmasi,
cat, keramik, otomotif dan lain-lain. Produksi scale wax dalam negeri cukup
besar, namun belum dimanfaatkan secara optimal.
Pembuatan emulsi scale wax dilakukan dengan menggunakan emulsifier
nonionik yaitu ethoxylated alcohol. Analisis yang dilakukan meliputi uji
kestabilan, densitas, aplikasi pada kertas dan daya serap air pada kertas hasil uji kertas. Memvariasikan kadar wax terhadap jumlah total berat (wax + emulsifier +
air) 20%, 24%, 28%, 32%, sedangkan kadar emulsifier 25% dari berat wax.
Uji densitas dilakukan dengan menimbang 25 ml emulsi wax lalu
dikonversikan sesuai dengan rumus yang sudah ditetapkan. Kestabilan emulsi
diuji dengan melarutkan emulsi wax dalam larutan pH 4, pH 7 dan PH 9 dengan
pengamatan secara visual. Uji aplikasi pada kertas menggunakan kertas buram
yang belum mengandung wax. Uji daya tahan kertas terhadap air dilakukan
dengan menempelkan kertas hasil uji aplikasi diatas cawan porselen yang berisi
air seperempatnya lalu dibalik selama ± 30 detik."
2006
TA1519
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Prayitno
"To obtain the suitable Material for solving set-off problem in intaglio printing, we found the additive which are made from mixed waxs of polyethylene wax (PE wax), polytetrafluorethylene wax (RIFE wax) and carnauba wax. PE wax and PTFE wax used as already in mixed, form which called polyfluo wax. In it's production, polyfluo wax was mixed with carnauba wax in 97 % with 3 % proportion, this mixed was added with solvent in 70 To wax with 30 °/o proportion of solvent and it is heated up to 120 ° C and stirred up, then cooling off until reach the room temperature, this additive called anti set-off. In processing of intaglio printing, the ink used was added by 4 % of this additive to obtain the result of intaglio printing without set-off problem.

Untuk mendapatkan bahan yang cocok dalam upaya mengatasi terjadinya set-off pada hasil cetak intaglio, diperoleh bahan additive yang dibuat dan campuran bahan wax, yaitu wax Poliethilen (wax PE), wax Palitetrafluorethilen (wax PTFE) dan wax Camauba. Wax PE dan wax PTFE yang digunakan sudah berupa campuran yang disebut dengan wax Polifluo. Dalam pembuatannya wax Polifluo dicampur wax Carnauba dengan perbandingan 97 % dan 3 %. Selanjutnya campuran wax ini ditambah dengan solvent dengan perbandingan 70 % wax dan 30 % solvent lalu dipanaskan sambil diaduk sampai temperatur 120 ° C , kemudian didinginkan perlahan-lahan sampai terperatur kamar. Behan additive yang dibuat ini disebut anti set-off. Dalam proses cetak intaglio tinta yang akan digunakan ditambah dengan bahan additive ini sebanyak 4 %, agar hasil cetak intaglio yang didapat tidak mengalami set-off."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Vuko Arief Tua
"ABSTRAK
Pengecoran dengan metode investment casting atau yang biasa disebut lost-wax casting adalah salah satu metode proses pengecoran untuk menghasilkan produk dengan tingkat ketelitian dan ketepatan yang tinggi, permukaan yang sangat mulus (smooth) dan bentuk-bentuk yang rumit. Proses ini sedikit sekali atau bahkan tidak memerlukan pekerjaan machining. Suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang pengecoran stainless steel dengan metode investment yang salah satu produknya adalah impeller selalu mengalami cacat setelah dicor. Cacat tersebut berupa `Iubang-lubang' kecil (cavities) disekitar tempat kedudukan poros impeller dan terjadi perubahan dimensi sudut. Selama ini cacat tersebut ditanggulangi dengan menambah proses machining pada produk akhir atau bila terlalu sulit akan di-reject.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya cacat dan pencegahannya. Penyebab utama terjadinya cacat adalah karena telah terjadi ketidak seragaman proses pembekuan fsolidijication). Bagian yang paling akhir membeku akan menyebabkan terjadinya cacat penyusutan (shrinkage). Parameter penelitian yang dilakukan meliputi pemeriksaan proses pembuatan polo Jilin, teknik pembuatan dinding keramik (stuccoini) dan bahan ceramic slurry, serta penggunaan pada pengecoran investment dengan Cara menyemprotkan udara dingin disekitar tempat yang diperkirakan akan terjadi cacat tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan parameter penelitian ini maka cacat yang terjadi dapat dihindarkan, dan proses pekerjaan machining akibat cacat tersebut dapat dikurangi sampai mencapai 85%.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilma Nugrahani
"The effect of carnauba wax consentration to pharmacotechnical characteristics on the granules and tablets that made by hot melt granulation method have been studied.
Formula I? V with composition : 10, 20, 30, 40, and 50% w/w carnauba wax, propranolol hydrochloride 60 mg/tablet and lactose to the 340 mg was mixed and melted, and than sieved to the mesh 16 siever. The granules were evaluated and lubricated by 1% magnesium stearat and 2% talcum. Then it were compressed into tablet which each weight was 350 mg and the tablets were evaluated. The results showed that hot melt granulatin form granules and tablets that acceptable pharmacotechnical properties."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2005
MIKE-II-2-Agust2005-100
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Media Putri Yohana
"Pembusaan pada minyak pelumas dasar atau lube base oil (LBO)
merupakan hal yang tidak diinginkan, karena dapat mengurangi kemampuan
pelumasannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh wax
yang berada dalam LBO terhadap pembusaan. Slack wax dipisahkan dari
LBO dengan cara filtrasi menggunakan buchner dan pompa vakum.
DIgunakan empat jenis filter cloth yang terbuat dari bahan kain yaitu nordifa,
needle felt EIMCO-024, needle felt medison 024 8100, dan AIMCO 24-SI-AB.
LBO yang diperoleh ada 4 macam, yaitu HVI 60, 95, 160 dan 650. Pengaruh
wax terhadap pembusaan pada LBO diketahui dengan ujl pembusaan
dengan penambahan slack wax dengan konsentrasi 0,01; 0,1; 0,2; 0,5; 1,0
dan 5,0 %. Pengukuran diameter kristal wax dan filter cloth, uji viskositas,
tegangan permukaan, GO Simdist dan uji DSC juga dilakukan untuk
mendukung hasil di atas. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
kestabilan busa meningkat dengan penambahan slack wax ke dalam LBO.
Viskositas minyak meningkat dengan penambahan wax sedangkan nilai
tegangan permukaan tidak begitu dipengaruhi adanya wax. GO Simdist
menunjukkan daerah distribusi karbon HVI 650 semakin besar dengan
penambahan wax . Dari uji DSC diketahui sampel dengan pembusaan tinggi
mengandung wax lebih banyak."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Levina
"Perkembangan karies gigi terkait erat dengan karakter kariogenik Streptococcus mutans, yang menyebabkan pembentukan plak gigi. Propolis dilaporkan sebagai agen antibakteri karena mengandung flavonoid yang dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans. Lilin propolis adalah residu dari ekstrak propolis yang masih mengandung flavonoid.
Tujuan: Menganalisis efektivitas pasta gigi dengan kandungan lilin propolis terhadap pertumbuhan koloni Streptococcus mutans dan penurunan indeks plak dan membandingkannya dengan pasta gigi yang mengandung propolis.
Metode: 24 subjek bebas karies diinstruksikan untuk menyikat gigi dua kali sehari menggunakan pasta gigi uji selama 7 hari dan tidak melakukan pembersihan gigi selain sikat gigi. Dilakukan pemeriksaan sebelum dan sesudah penggunaan pasta gigi uji. Akumulasi plak dihitung menggunakan indeks plak Silness-Loe. Sampel plak dikumpulkan dari permukaan bukal insisif atas untuk penghitungan bakteri Streptococcus mutans. Data dianalisis secara statistik menggunakan uji Wilcoxon dan uji Kruskal Wallis.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara penggunaan pasta gigi dengan kandungan lilin propolis dan propolis.
Kesimpulan: Pasta gigi dengan kandungan lilin propolis dan pasta gigi dengan kandungan propolis memiliki efek antibakteri pada Streptococcus mutans, sehingga dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam pasta gigi untuk mencegah karies gigi.

The development of dental caries was closely associated with Streptococcus mutans, which leads to the forming of dental plaque. Propolis has been reported as a potent antimicrobial material by containing flavonoids those can inhibit growth of Streptococcus mutans. Propolis wax is a residue of propolis extract that still contains flavonoids.
Aim: To analyze the effect of toothpaste containing propolis wax on the growth of Streptococcus mutans and formation of dental plaque in free caries subjects and to compare it with toothpaste containing propolis.
Methods: 24 subjects were instructed to brush their teeth twice daily using the assigned toothpaste and refrain from any other oral hygiene procedures throughout the duration of the study. The patients were examined at the first visit as baseline record and after 7 days for comparison. The plaque accumulation were scored using Silness Loe Plaque Index. Plaque samples were collected from buccal surface upper incisors for bacterial count. The data was statistically analyzed using Wilcoxon test and Kruskal Wallis test.
Results: No statistically significant difference was noted between propolis wax and propolis groups.
Conclusion: Both toothpastes have good antimicrobial effect on caries producing bacteria Streptococcus mutans, thus can be used in patients as a regular home care preventive aid in combating dental caries.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>