Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Keisya Alysha Puteri Sandiya
"Mobilitas pekerjaan adalah fenomena yang umum terjadi di pasar tenaga kerja dan terkait erat dengan kecenderungan pekerja untuk berhenti. Hal ini mengacu pada kemungkinan pekerja meninggalkan pekerjaan mereka dalam jangka waktu tertentu. Di pasar tenaga kerja Indonesia, berbagai indikator seperti mencari pekerjaan saat bekerja (Job Hunt), kesediaan untuk menerima tawaran pekerjaan lain (Job Hop), dan tanpa pelatihan di tempat kerja (Sans OJT) digunakan untuk mengidentifikasi kecenderungan pekerja untuk berhenti. Masalah ini dapat menyebabkan biaya organisasi dan berdampak pada produktivitas dan ekonomi. Studi ini mengeksplorasi dampak job vertical mismatch, upah, dan interaksi keduanya terhadap kecenderungan pekerja untuk berhenti bekerja di pasar tenaga kerja Indonesia, dengan menggunakan metode regresi logistik dengan data SAKERNAS dari Agustus 2021 dan 2022. Hasil analisis menunjukkan undereducated mengurangi kemungkinan berhenti bekerja, sementara overeducated justru meningkatkan. Selain itu, pekerja undereducated lebih cenderung menghindari job hop daripada job hunter, sedangkan pekerja overeducated lebih cenderung untuk job hop. Selain itu, pekerja undereducated lebih kecil kemungkinannya untuk sans OJT, sementara hal yang sebaliknya pada overeducated. Upah yang lebih tinggi secara signifikan mengurangi kemungkinan pekerja untuk berhenti bekerja, dengan upah pekerja undereducated cenderung meningkatkan. Pada tahun 2021 menunjukkan kecenderungan untuk berhenti lebih rendah, sedangkan tahun 2022 lebih tinggi, seiring pemulihan pasar tenaga kerja pasca pandemi COVID-19.

Job mobility is a prevalent phenomenon in the labor market and is closely linked to workers' tendency to quit. This refers to the likelihood of workers leaving their jobs within a specific timeframe. In the Indonesian labor market, various indicators such as job searching while employed (Job Hunt), willingness to accept other job offers (Job Hop), and without on-the-job training (Sans OJT) are used to identify workers' tendency to quit. This issue can lead to organizational costs and impact productivity and the economy. This study explores the impact of job-vertical mismatch, wage, and their interplay on workers' tendency to quit in Indonesia's labor market, using logistic regression methods with SAKERNAS data from August 2021 and 2022. The analysis shows that being undereducated reduces the likelihood of quitting while overeducated increases it. Additionally, undereducated individuals are more inclined to avoid job hopping than job hunting, whereas overeducated individuals tend to job hop more. Moreover, undereducated workers are less likely to sans OJT, while the opposite holds for overeducated workers. Higher wages significantly reduce the likelihood of workers quitting, with undereducated workers' wages increasing their tendency to quit. Overall, the results for 2021 indicate a lower tendency to quit. In contrast, by 2022, there is an increase in job mobility expectations, likely influenced by the labor market rebound due to the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jovan Zachari Emirmusa
"ABSTRAK
Fenomena Global Value Chain (GVC) membuat fokus perdagangan dunia terletak pada perdangangan barang intermediaris dibandingkan barang akhir saja. Adanya GVC ini membuat nilai perdagangan dunia semakin meningkat dan memberikan berbagai dampak pada perusahaan. Beberapa aspek yang akan terpengaruh oleh adanya GVC ini adalah tingkat tenaga kerja dan tingkat gaji yang diberikan oleh perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak dari berbagai jenis partisipasi perusahaan pada GVC terhadap tingkat tenaga kerja dan tingkat gaji di Indonesia menurut data tahun 2011-2015. Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa perusahaan berpartisipasi GVC baik berjenis forward-linkage saja, backward-linkage saja, maupun partisipasi GVC gabungan dari forward-linkage, backward-linkage dan berkepemilikian modal asing sekaligus, secara kesuluruhan berpotensi memiliki tingkat tenaga kerja dan tingkat gaji yang lebih tinggi dibanding perusahaan yang tidak berpartisipasi di GVC. Walaupun, besaran dari dampak partisipasi GVC tersebut bisa berbeda antar jenis partisipasi GVC, dan dapat menghasilkan potensi economies-of-scale yang berbeda- beda pula.

ABSTRACT
The Global Value Chain (GVC) phenomenon has shifted the focus of world trade from final goods to intermediate goods. GVC increases the value of trade in the world significantly and impacts many aspects related to the firms. Among of the aspects impacted are the employment level and wage level. This paper aims to discover the impacts of various firm's GVC participations to the employment level and wage level in Indonesia according to the data of 2011-2015 year period. This research shows that firms participating in GVC, even in the type of forward-linkage only, backward linkage only, or mixed and full participation through forward-linkage, backward-linkage, and foreign-owned capital, generally demand more labour and create higher riil wages in compare to the non-GVC participating firms or the domestic-only firms. Eventhough, the intensity of the impacts and potential of economies of scales are varied among the various types of those GVC participations."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library