Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Syahda Sabrina
"Semenjak kebanyakan negara menerapkan nilai tukar mengambang, menganalisa nilai dan pergerakan dari nilai tukar nominal dan riil menjadi ketertarikan seluruh dunia. Dimana tujuan utama mereka ialah menciptakan nilai tukar yang stabil seiring dengan mempertahankan partisipasinya di pasar global. Determinan fluktuasi nilai tukar secara umum ialah gejolak moneter dan inflasi dimana meningkatnya volatilitas jumlah uang yang beredar atau inflasi akan membawa nilai tukar pada tahap yang lebih bergejolak. Bagaimanapun, studi empiris menemukan bahwa kedua indikator ini tidak selalu menjelaskan pergerakan dari nilai tukar. Oleh karena itu, para peneliti mulai mencari indikator selain moneter untuk menjelaskan volatilitas dari nilai tukar, salah satunya adalah keterbukaan perdagangan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara keterbukaan ekonomi terkait perdagangan dengan volatilitas dari nilai tukar riil pada empat negara Asia Tenggara: Indoenesia, Malaysia, Filipina dan Thailand. Dengan menggunakan metode panel, data kuartalan diambil dari Triwulan I-2002 sampai Triwulan IV-2015. Hasil dari penelitian ini menunjukan keterbukaan terbukti memiliki hubungan negatif dengan fluktuasi nilai tukar riil. Sedangkan, indikator dasarnya seperti pergejolakan moneter dan fiskal memiliki hubungan yang sejalan dengan fluktuasi nilai tukar riil. Selain itu, ukuran dari rasio perdagangan ditemukan penting dalam meningkatkan besarnya keterkaitan antara keterbukaan dan volatiltias nilai tukar riil.
Since most of countries gave up their currency to float, analysing the value and movement of both nominal and real exchange rate has become a notorious interest by the rest of the world. Where the sole objective is to create a stable exchange rate while sustain their participation in global market. The common determinants of exchange rate fluctuation are monetary shocks and inflation as higher money supply volatility or inflation will bring exchange rate to a more volatile phase. However, empirical studies have found that these two indicators do not always define all the motions of exchange rate. Therefore, researchers have been in the spirit of tracing non monetary indicators to determine exchange rate volatility, one of them is trade openness. This study aims to clarify the relationship between economic openness in terms of its trade on real exchange rate volatility of four Southeast Asian countries Indonesia, Malaysia, Philippines, and Thailand. By using panel analysis, quarterly data gathered from 2002Q1 until 2015Q4 . The results of the study show that trade openness is evidently found to have a negative relationship with exchange rate fluctuations. While the fundamentals ndash monetary and fiscal shocks unsurprisingly in line with the exchange rate volatility. However, the size of trade ratio matters in boosting the magnitude of openness ndash RER volatility linkage. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Bimanda Octavio Budihardjo
"Dengan menggunakan metode ARDL bounds testing yang dikemukakan oleh Pesaran (2001), tesis ini ingin mempelajari pengaruh dari volatilitas Nilai tukar terhadap performa ekspor Indonesia ke Tiongkok dan Singapura yang merupakan pasar ekspor Indonesia terbesar pertama dan kelima. Dengan menggunakan fungsi permintaan ekspor yang dipergunakan di kajian Doganlar (2002), tesis ini menggunakan metode ARDL bounds testing untuk melihat pengaruh volatilitas nilai tukar beserta pendapatan asing dan harga relatif terhadap volume eskpor di jangka pendek dan jangka panjang. Tesis ini menemukan bahwa volatilitas memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap volume ekspor Indonesia ke Tiongkok, sedangkan untuk volume ekspor ke Singapura pengaruhnya tidak signifikan. Temuan kajian ini menyiratkan bahwa pengekspor barang ke Tiongkok merespon terhadap meningkatnya risiko nilai tukar tukar dengan mengurangi ekspor, beralih ke pasar domestik, dan/atau meningkatkan harga barang. Sedangkan, pengekspor ke barang ke Singapura tidak merespon terhadap meningkatnya risiko nilai tukar.
Using Pesaran’s (2001) ARDL bounds testing approach, this study aims to find out the effects of exchange rate volatility on Indonesia’s exports performance to China and Singapore, Indonesia’s first and fifth export destination respectively. Study employed the export demand function as used in Doganlar’s (2002) study with Pesaran’s (2001) ARDL bounds testing approach to ascertain the effects of real exchange rate volatility, as well as foreign income and relative prices on the short-run and the long-run. This study found that exchange rate volatility has a significant and negative impact on Indonesian exports to China, while in the case of Singapore volatility does not have any significant impact. These findings suggest, based on previous similar studies, that exporters to China respond to mounting exchange rate risk through reducing exports, switching to the domestic market, and/or raising prices while exporters to Singapore does not respond to mounting exchange rate risk."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library