Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Makalah ini merupakan penulisan ilmiah yang membahas mengenai bagaimana mekanisme Kerja Vitamin E sebagai Suatu Antioksidan. Vitamin E diketahui merupakan vitamin yang mempunyai banyak peranan, namun bagaimana mekanisme kerjanya di jaringan masih banyak dibicarakan dan didalami oleh peneliti-peneliti. Mudah-mudahan penulisan ilmiah ini memberikan keluasan wawasan pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Bekti Subakir
"ABSTRAK
Kontrasepsi hormonal merupakan jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan di Indonesia. Pada wanita yang menggunakan kontrasepsi yang hanya berisi preparat progestin, sering terdapat gangguan pola menstruasi, yang berupa menoragia, bercak-bercak perdarahan, perdarahan tak teratur dan amenorea. Perdarahan endometrium yang berupa perdarahan lama dan perdarahan tak teratur merupakan alasan utarna peserta KB untuk menghentikan penggunaan kontrasepsi tersebut. Hal ini merupakan suatu problem penting bagi program Keluarga Berencana, terutama di negara yang sedang berkembang.
Endometrium merupakan jaringan yang secara siklis mengalami perdarahan, hemostasis, dan regenerasi. Perubahan siklis ini dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron Estrogen merangsang pertumbuhan endometrium dan pembentukan reseptor progesteron. Progesteron merangsang sekresi kelenjar endometrium dan pertumbuhan pembuluh darah endometrium (Sherwood, 1993). Progesteron juga menghambat pembentukan reseptor estrogen, yang mengakibatkan hambatan pertumbuhan endometrium dan penurunan pembentukan reseptor progesteron.
Lapisan fungsional endometrium dipendarahi oleh arteri spiralis dan cabang-cabangnya. Penurunan kadar progesteron secara mendadak pada endometrium yang telah terpapar estrogen ('estrogen primed') akan menimbulkan perdarahan menstruasi (Smith, 1990). Regenerasi endometrium setelah menstruasi dimulai pada hari ke-dua dan selesai pada hari ke 5-6. Regenerasi sistem pembuluh darah dimulai saat relaksasi arterial spiralis yang semula konstriksi. Pembentukan kapiler baru dimulai, pada bagian bawah lapisan fungsional endometrium dan dari pembuluh kapiler yang masih ada di lapisan epitel yang tidak ikut terkelupassaat menstruasi.Regenerasi endometrium merupakan salah satu mekanisme untuk menghentikan perdarahan menstruasi.Regenerasi dan pertumbuhan pembuluh darah sejalan dengan regenerasi jaringan endometrium .
Mekanisme perdarahan endometrium pada penggunaan kontrasepsi progestin jangka panjang belum jelas. Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab antara lain: ketidak-seimbangan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan endometrium rapuh, kelainan faktor pembekuan darah di endometrium, dan gangguan regenerasi jaringan termasuk gangguan proses angiogenesis di endometrium."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
D375
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: John Wiley & Sons, 1981
547.74 CHR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Meryanti
"Vitamin E merupakan salah satu vitamin yang sering dijumpai dalam produk kosmetik. Vitamin ini tidak hanya berfungsi sebagai pelembab alami tetapi juga memiliki aktivitas sebagai antioksidan, anti radang dan melindungi kulit dan kerusakan yang diakibatkan oleh sinar ultra violet. Sabun sebagai salah satu kosmetik pembersih juga menggunakan vitamin E yang berperan sebagai pelembab alami dan antioksidan. Penelitian jul bertujuan untuk mencari metode analisis vitamin E secara kromatografi gas dengan menggunakan kolom baja tahan karat yang berisi OV-17 3% dalam Kromosorb WHIP 80/100 mesh, dengan panjang kolom 1 m, diameter 3,2 mm, detektor ionisasi nyala dan gas N 2 sebagai pembawa. Penyiapan sampel dilakukan dengan cara penyarian menggunakan heksan. Hasil optimum metode kromatografi gas dicapai pada temperatur kolom 230°C, temperatur ruang suntik 300°C dan temperatur detektor 300°C. Atenuasi rekorder 2, sensitivitas detektor 102 dan tekanan gas N2 300 kPa. Analisis menggunakan metode mi memberikan basil uji perolehan kembali sebesar 98,76% ± 0,76 %. Kadar vitamin E sebagai a-tokofenl asetat yang terdapat dalam empat sampel sabun berkisar antara 0,05%-0,09%.

Vitamin E is one of the vitamin which is often found in cosmetic products. The function of vitamin E are a natural moisturizer, anti-inflammatory, antioxidant and skin protector against the damage caused by ultra violet radiation. Soap as one of the cleansing cosmetics also uses vitamin E as a natural moisturizer and antioxidant. The aim of this research is to find the method of analysis vitamin E by using Gas Chromatography with stainless steel column containing stationary phase OV-17 3 % in Chromosorb WI-IP 80/100 mesh, 2 m length, 3,2 mm diameter, flame ionization detector and N2 as a carrier gas. The sample preparation was done by extraction using hexane. And optimum / result of Gas Chromatography at column temperature 230°C, injector port temperature 300°C and detector temperature 300°C. Recorder attenuation 2, sensitivity detector 102 and N2 gas pressure 300 kPa. The recovery test of this method have 98,76% ± 0,76%. The concentration of vitamin E as a-tocopheryl acetate in four soap samples were 0,05%-0,09%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margareth Joice Widiastuti
"Tujuan: Penelitian ini adalah studi potong lintang untuk mengetahui hubungan antara kadar vitamin E serum dan aktivitas superoxide dismutase (SOD) eritrosit pada penderita HIV/AIDS.
Bahan dan cara: Pengumpulan data dilakukan pada pasien rawat jalan di klinik Pokdisus, RSUPNCM Jakarta selama akhir Februari 2013 sampai bulan Maret 2013. Subyek diperoleh dengan metode consecutive sampling. Sebanyak 52 subjek memenuhi kriteria penelitian. Data dikumpulkan melalui wawancara, rekam medis, dan pengukuran antropometri untuk menilai status gizi, dan pemeriksaan laboratorium yaitu kadar vitamin E serum dan aktivitas SOD eritrosit.
Hasil: Sebagian besar subjek adalah laki-laki (51,9%), usia rata-rata adalah 34 ± 4,84 tahun. Malnutrisi terjadi pada 55,8% dari subyek dan semua subyek (100%) memiliki asupan vitamin E yang kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) Indonesia. Dalam penelitian ini, sebagian besar subjek telah mendapatkan terapi ARV (94,2%). Jumlah CD4 <200sel/uL ditemukan pada 17 subyek (32,7%). Kadar vitamin E serum yang rendah didapat pada semua subyek (100%) dengan nilai rata-rata kadar vitamin E serum 3,84 (1,77-7,32) umol / L, sementara aktivitas SOD eritrosit yang cukup ditemukan pada 53,8% dari subyek dengan nilai rata-rata 1542,1 ± 281,04 U / g Hb.
Kesimpulan: Tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar serum vitamin E dan aktivitas SOD ditemukan dalam penelitian ini. (R = 0,047, p = 0,742).

Objective: The aim of this cross sectional study was to find a correlation between serum level of vitamin E and erythrocyte superoxide dismutase (SOD) activity in HIV/AIDS patients.
Material and method: Data collection was conducted at Pokdisus outpatient clinic, RSUPNCM Jakarta, from late February 2013 to March 2013. Subjects were obtained with the consecutive sampling method. A total of 52 subjects had met the study criteria. Data were collected through interviews, medical records, and anthropometry measurements to assess the nutritional status, and through laboratory examination (i.e. serum level of vitamin E and erythrocyte SOD activity).
Results: The majority of the subjects were male (51,9%) with a mean age of 34 ± 4.84 years. Malnutrition occured in 55.8% of the subjects and all subjects (100%) had vitamin E intake that is less than the Indonesian recommended dietary allowance (RDA). In this study, most subjects had already been on ARV therapy (94.2%). Low CD4 cell count was found in 17 subjects (32.7%). Vitamin E deficiency was found in all subjects (100%) with a median value of serum level of vitamin E of 3.84 (1.77 to 7.32) μmol / L, while normal SOD activity was found in 53.8% of the subjects with a mean value of 1,542.1 ± 281.04 U / g Hb.
Conclusion: No significant correlation between serum level of vitamin E and SOD activity was found in this study (r = 0.047, p = 0.742).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bobby Setiadi Dharmawan
"Pencegahan parut ginjal di kemudian hari pada tata laksana PNA belum memuaskan. Mekanisme vitamin E dalam menekan inflamasi dan sebagai antioksidan pada tata laksana anak dengan febrile UTI belum diteliti. Penelitian ini menelaah efek inhibisi vitamin E terhadap IL-6, IL-8, dan MDA urin. Efek perancu seperti usia, ASI, riwayat ibuprofen, dan infeksi E. coli, juga diteliti. Uji klinis acak tersamar ganda (n = 40) dilakukan di RS Fatmawati pada anak berusia 6?60 bulan dengan febrile UTI. Kelompok kasus diberikan 40 UI DL-α- tocopherol dan kelompok kontrol diberikan saccharum lactis selama 10 hari. Kedua kelompok mendapat terapi antibiotik yang sama. Pemantauan demam, leukosit darah, IL-6, IL-8, dan MDA urin dilakukan pada H0, H3 dan H10. Analisis IL-6 dan IL-8 dan MDA urin dilakukan di Laboratorium Biokimia FKUI. Kadar IL-6 urin lebih rendah pada kelompok vitamin E. Vitamin E menurunkan IL-8 urin namun tidak berbeda bermakna dibanding plasebo. Vitamin E tidak terbukti menurunkan demam lebih baik dibanding plasebo. Leukosit darah pada kelompok vitamin E lebih menurun dibanding kelompok plasebo, namun keduanya dalam batas normal. Perubahan MDA urin kedua kelompok tidak berbeda. Pemberian ASI menurunkan IL-6 dan IL-8 urin secara bermakna. Riwayat ibuprofen meningkatkan IL-6 dan IL-8 urin secara bermakna. Infeksi E. coli lebih meningkatkan MDA urin dibanding uropatogen lain. Manfaat penambahan vitamin E pada tata laksana febrile UTI masih perlu diteliti lebih lanjut.

Prevention of subsequent renal scarring in APN treatment has not been encouraging. The mechanism of vitamin E in suppressing inflammation and as an anti-oxidant in pediatric febrile UTI patients has not been studied. This study aimed to examine the inhibitory effects of vitamin E on urinary IL-6, IL-8, and MDA. Confounding effects of age, breastfeeding, previous treatment with ibuprofen, and E. coli infection were studied. A randomized double blind placebo controlled clinical trial (n = 40) was conducted in Fatmawati Hospital on 6 to 60 months old subjects with febrile UTI. The intervention group received 40 IU DL- α-tocopherol while the control received saccharum lactis as placebo for 10 days. Both groups were treated with antibiotics equally. Fever monitoring as well as blood leukocyte, urinalysis, and urinary IL-6, IL-8, and MDA were performed on day 0, day 3 and day 10. Analyses of urinary IL-6, IL-8 and MDA levels were conducted at Biochemistry Laboratory of Faculty of Medicine University of Indonesia. Urinary IL-6 levels were lower in the vitamin E group. Vitamin E suppressed urinary IL-8 but this result was not statistically significant compared to that of the placebo group. Vitamin E was not proven to reduce fever better than placebo. Leukocyte was lower in the vitamin E group compared to the placebo group, but both counts were within normal limit. Changes of urinary MDA levels between the two groups was statistically insignificant. Breastfeeding significantly lowered urinary IL-6 and IL-8 levels. Ibuprofen withdrawal significantly increased urinary IL-6 and IL-8 levels. E. coli infection increased urinary MDA more than any other uropathogens. The supplementation of vitamin E in the treatment of febrile UTI in children needs to be further investigated."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusdi
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis manfaat vitamin E untuk menurunkan kadar F2a-isoprostan, mempertahankan fluiditas dan aktivitas enzim Na*-K? ATPase membran sel sinsitiotrofoblas jaringan plasenta penderita pre-eklampsia. Sampel plasenta diambil dari RSB Budikemuliaan, Tanah Abang Jakarta Pusat. Penelitian dilakukan pada bulan September 2003 - Maret 2005. Isolasi sel dan membran sel sinsitiotrofoblas dilakukan berdasarkan metode yang dikembangkan oleh Smith et ai. (1977), Rand (1997), dan Lodish (2000).
F2a-isoprostan diisolasi dengan kromatografi dan diukur dengan kit F2a-isoprostan menggunakan ELISA Reader pada JL = 450 nm. Fluiditas dihitung dengan rasio molar kadar kolesterol:fosfolipid. Kolesterol diukur menggunakan Modular C800 dan fosfolipid diukur dengan spektrofluorometer Shimadzu RF5301PC dengan filter eksitasi 267 nm dan emisi 307 nm. Probe fosfolipid adalah 1,6-difenil-1,3,5-heksatrin (DPH) dan pelarut tetrahidrofuran. Aktivitas enzim Na*-K? ATPase diukur dengan spektrofotorneter pada it = 660 nm. Kadar protein diukur dengan spektrofotometer pada IL = 280 nm. Data dianalisis dengan Anava 1 Arah dan dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Difference).
Dari penelitian ini diperoleh hasil: (1) kadar F2a-isoprostan membran sel sinsitiotrofoblas plasenta fetalis pada penderita pre-eklampsia yang mendapat vitamin E lebih rendah secara sangat bermakna dibanding pada penderita pre-eklampsia yang tidak mendapat vitamin E (p < 0,01), (2) membran sel sinsitiotrofoblas plasenta fetalis pada penderita pre-eklampsia yang mendapat vitamin E lebih 'fluid' dibanding penderita pre-eklampsia yang tidak mendapat vitamin E secara bermakna (p < 0,05), (3) pemberian vitamin E tidak mempengaruhi aktivitas enzim Na'-K* ATPase membran sel sinsitiotrofoblas plasenta fetalis pada penderita pre-eklampsia (p > 0,05).
Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa vitamin E mampu:
(1) menurunkan kadar F2a-isoprostan dan
(2) mempertahankan fluiditas membran sel sinsitiotrofoblas plasenta fetalis pada penderita pre-eklampsia,
(3) tidak berpengaruh terhadap aktivitas enzim Na*-K* ATPase membran sel sinsitiotrofoblas plasenta fetalis pada penderita pre-eklampsia."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
D750
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Bekti Subakir
"ABSTRAK
KB susuk (kontrasepsi implantasi levonorgestrel/ Norplant) adalah alat kontrasepsi yang efektif, dapat digunakan jangka panjang dan dapat diterima oleh wanita Indonesia. Efek samping yang berupa pendarahan tak teratur, sering dan lama merupakan alasan utama akseptor KB susuk untuk putus metoda.
Pada penelitian tahap I dan II telah diperoleh hasil bahwa aktivitas angiogenesis endometrium peserta KB susuk lebih rendah dari kontrol. Aktivitas angiogenesis ini tidak ada hubungannya dengan kadar hormon estradiol ,progesteron, levonorgestrel dan indeks levonorgestrel bebas. Kadar serum peroksida lipid peserta KB susuk dengan perdarahan endometrium lebih tinggi dari kontrol. Inkubasi endometrium dengan vitamin E (in vitro) dapat meningkatkan aktivitas angiogenik endometrium peserta KB susuk dengan pendarahan.
Penelitian tahap ke III ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian vitamin E pada peserta KB susuk yang mengalami perdarahan endometrium yang lama, sering dan tak teratur terhadap keluhan perdarahan endometriumnya.
Naracoba adalah peserta KB susuk yang minimal telah menggunakan, kontrasepsi tersebut selama 3 bulan, mengalami perdarahan endometrium yang lama/sering/tak teratur (menurut definisi WHO), umur 18-40 tahun, sehat, bersedia menjadi naracoba dan menandatangani 'informed consent.
Pemberian vitamin E diberikan secara acak, tersamar berganda. Dosis pemberian vitamin E adalah 200 mg/hari, selama 10 hari. Hasil sementara menunjukkan, pemberian vitamin E mengurangi keluhan perdarahan endometrium sebesar 69,7% , sedangkan pemberian plasebo mengurangi keluhan perdarahan sebesar 37,5%
Walaupun hasil pemberian vitamin E ini belum dapat dianalisa sempurna karena jumlah naracoba belum mencukupi, namun kiranya pemberian vitamin E memberikan kesan akan dapat mengurangi keluhan perdarahan endometrium pada pemakai kontrasepsi susuk.

ABSTRACT
The levonorgestrel subdermal implant contraceptive (Norplant) as a highly method for long acting contraception. The method is well accepted among Indonesian users, despite the problem with irregular and prolonged menstrual bleeding. The bleeding problem can be the major reason for acceptors to discontinue the use of Norplant. The cause of endometrial bleeding may include disturbances in endometrial regeneration and angiogenesis.
The study consists of 3 stages. The results of the first and the second study showed that the endometrial angiogenic activity in Norplant users were significantly lower than control group. There was no correlation between endothelial angiogenic activity and peripheral hormonal levels (progesterone, oestradiol, levonorgestrel) and free levonorgestrel index. The plasma lipid peroxyde in Norplant users with bleeding were significantly higher than control group. Vitamin E could increase the response of endometrial angiogenic (in vitro) in Norplant users with bleeding problems.
The aim of the third study is to investigate the effect of vitamin E in the Norplant users with bleeding problems.
The subjects were selected from Norplat users with an exposure of 3 months or more, with frequent, prolonged and irregular menstrual bleeding, 18-40 years old and recruited to the study on the basis of fully informed consent.
Vitamin E were given by double blind randomization. Subject received vitamin E 200 mg daily for ten days every month. The temporary results showed that vitamin E was better than placebo to reduce the endometrial bleeding (69.7% versus 37.5%) in Norplant users. However, the study has not finished yet, it is suggested that vitamin E can reduce the bleeding problem in Norplant users."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Susbantarsih
"Ruang lingkup dan Cara penelitian : Hormon steroid telah lama digunakan sebagai alat kontrasepsi pada wanita. Didasarkan pada keberhasilan penggunaan hormon ini pada wanita, maka sekarang sedang dikembangkan untuk digunakan pada pria. Akan tetapi, dari hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan hormon steroid khususnya progestogen pada wanita dapat meningkatkan produksi radikal bebas di dalam tubuh. Diduga penggunaan hormon steroid pada pria, juga akan meningkatkan radikal bebas. Bila terjadi peningkatan radikal bebas, diharapkan pemberian vitamin E sebagai antioksidan dapat mencegah peningkatan radikal bebas tersebut. Untuk itu, dilakukan penelitian dengan menggunakan model hewan coba yaitu tikus jantan. Untuk penentuan radikal bebas, parameter yang diukur adalah kadar peroksida lipid secara spektrofotometris pada panjang gelombang 531 rim, dan kadar glutation pada panjang gelombang 412 am. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji sidik ragam anova dua faktorial, sebelumnya data diuji normalitasnya dan homogenitasnya.
Hasil dan kesimpulan : Penyuntikan kombinasi hormon TE & DMPA pada tikus jantan tidak meningkatkan kadar peroksida lipid plasma darah (P>0,05). Pemberian vitamin E pada tikus jantan yang disuntik kombinasi hormon TE & DMPA, tidak menurunkan kadar peroksida lipid plasma darah (P>0,05). Pemberian vitamin E pada tikus jantan yang disuntik kombinasi hormon TE & DMPA, dapat mempertahankan kadar GSH plasma darah (P>0,05). Dapat disimpulkan bahwa pemberian vitamin E pada tikus jantan yang disuntik dengan kombinasi hormon TE & DMPA, tidak berpengaruh terhadap kadar peroksida lipid tetapi dapat mempertahankan kadar glutation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Marice
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian :
Talasemia merupakan penyakit kelainan darah turunan yang disebabkan oleh berkurangnya sintesis rantai globin yang menyusun hemoglobin.
Berkurangnya sintesis rantai globin ini akan menyebabkan rasio yang tidak seimbang antara rantai globin a dan rantai globin p, sehingga ada rantai globin yang tidak berpasangan. Rantai globin yang tidak berpasangan akan mengalami otooksidasi dan mengendap pada dinding membran, akibatnya terjadi perubahan baik pada lipid maupun protein membran. Salah satu dampak perubahan pada membran sel darah merah talasemia adalah gangguan terhadap laju transpor glukosa masuk ke dalam sel. Hal ini akan berakibat buruk bagi banyak fungsi sel darah merah karena glukosa merupakan satu-satunya sumber energi untuk mempertahankan integritas membran. Glukosa hanya dapat masuk ke dalam sel darah merah dibantu oleh suatu protein yaitu transporter glukosa 1 (Glut 1) dengan difusi berkemudahan.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan laju transpor glukosa membran sel darah merah (SDM) talasemia dan membran SDM normal serta melihat pengaruh vitamin E pada membran SDM talasemia dalam meningkatkan laju transpor glukosa ke dalam sel. Penentuan laju transpor glukosa dilakukan dengan Cara menginkubasi SDM (normal dan talasemia) pada 37 °C dalam larutan glukosa 25 mM selama waktu tertentu . Pengukuran kadar glukosa intrasel sebelum dan sesudah inkubasi ditentukan berdasarkan reaksi reduksi Nelson-Somogyi.
Hasil dan Kesimpuian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju transpor glukosa pada membran SDM talasemia lebih rendah dari SDM normal (p<0,05). Laju transpor glukosa pada SDM talasemia dengan atau tanpa vitamin E tidak menunjukkan perbedaan bermakna. Meskipun uji statistik tidak bermakna namun inkubasi SDM talasemia dalam vitamin E 75 ppm menunjukkan peningkatan yang cukup jelas bila dibandingkan dengan vitamin E 50 ppm dalam larutan inkubasi.
Pada konsentrasi vitamin E yang lebih tinggi tidak terobservasi peningkatan laju transpor glukosa. Diduga bahwa vitamin E mampu berinkorporasi dalam membran SDM dan memperbaiki fluiditas membran. Dengan demikian transporter glukosa dapat lebih baik mengalami perubahan konformasi untuk meneruskan glukosa ke dalam SDM."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T8354
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>