Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lathana Larissa Adrine
"Latar Belakang: Penentuan usia dental dan skeletal sangat penting dalam perawatan ortodonti. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode Demirjian dan Baccetti. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kalsifikasi gigi dapat menjadi salah satu evaluasi usia skeletal. Tujuan: Mengetahui korelasi antara usia dental berdasarkan maturasi gigi dengan usia skeletal berdasarkan maturasi tulang servikal. Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang dengan 96 sampel berupa radiograf panoramik dan sefalometri lateral dari satu pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Metode Demirjian dan metode Baccetti digunakan untuk mengevaluasi usia dental dan skeletal. Uji korelasi Spearman dilakukan untuk mengetahui korelasi antara usia dental dan skeletal. Hasil: Terdapat korelasi sangat kuat antara skor maturasi gigi dengan maturasi tulang servikal pada laki-laki (r = 0,858, p = 0,000) dan perempuan (r = 0,807, p = 0,000). Korelasi paling kuat pada laki-laki terlihat pada kalsifikasi gigi molar 2 (r = 0,850, p = 0,000), sementara pada perempuan terlihat pada kalsifikasi gigi kaninus (r = 0,805, p = 0,000). Kesimpulan: Korelasi sangat kuat antara usia dental berdasarkan maturasi gigi dan usia skeletal berdasarkan maturasi tulang servikal menunjukkan potensi penggunaan usia dental untuk memperkirakan usia skeletal. Namun, terdapat variasi kekuatan korelasi antar kalsifikasi gigi dengan usia skeletal.

Background: Determining dental and skeletal age is critical in orthodontic treatment. The Demirjian and Baccetti method is one of various approaches to evaluate dental and skeletal age. Related research indicates that tooth calcification can serve as a primary diagnostic tool to determine skeletal age. Objective: To assess the correlation between dental age based on tooth maturation and skeletal age based on cervical vertebrae maturation. Methods: This study involved 96 panoramic and lateral cephalometric radiographs from patients who met inclusion criteria. The Demirjian method was used to assess dental age, while the Baccetti method was used for skeletal age, spearman correlation tests were conducted to evaluate the correlation. Results: A strong correlation was found between tooth maturation scores and cervical vertebrae maturation in males (r = 0,858, p = 0,000) and females (r = 0,807, p = 0,000). In males, the strongest correlation occurred in the second molar (r = 0,850, p = 0,000), while in females it occurred in the canine (r = 0,805, p = 0,000). Conclusion: Dental age based on tooth maturation strongly correlates with skeletal age based on cervical vertebral maturation, suggesting its potential use to estimate skeletal age, but variability exists among tooth types."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Melati Suciyanie
"Latar Belakang: Identifikasi manusia yang hidup dan mati sangat penting dalam odontologi forensik. Beberapa prosedur untuk estimasi usia dewasa saat kematian yang banyak digunakan adalah metode morfohistologis, yaitu Tooth Cementum Annulation (TCA) dan Root Dentin Translucency (RDT). Namun, masih sedikit penelitian yang membandingkan kedua metode tersebut dan akurasinya dalam memperkirakan usia dewasa saat kematian. Tujuan: Untuk menguji dan membandingkan akurasi antara metode TCA dan RDT. Metode: Pencarian data dilakukan melalui lima database elektronik: Pubmed, SCOPUS, EBSCO, ScienceDirect, dan Wiley, dengan mengikuti pedoman dari Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analyses (PRISMA). Hasil: Dari total 1178 studi, 28 studi diikutsertakan untuk analisis kualitatif dan 23 studi untuk meta-analisis. Metode RDT menghasilkan metode yang lebih akurat untuk memperkirakan usia kematian orang dewasa (WMD=1,96 tahun; 95% CI: -0,88, 4,79) pada seluruh populasi. Metode RDT memberikan akurasi yang lebih baik pada dewasa tua (WMD=1,74 tahun; 95% CI: -2,33, 5,82). Namun, pada kelompok usia dewasa muda dan menengah, akurasi lebih baik pada metode TCA. Perempuan memberikan akurasi yang lebih baik daripada laki-laki pada metode TCA. Kedua metode memberikan korelasi yang cukup kuat terhadap usia kronologis, tetapi metode TCA sedikit lebih reliabel dan berkorelasi lebih kuat dengan usia kronologis. Kesimpulan: Metode RDT lebih akurat dibandingkan dengan metode TCA pada seluruh populasi. Direkomendasikan untuk menggunakan metode TCA untuk dewasa muda dan menengah (15-44 tahun) serta metode RDT untuk dewasa tua (≥45 tahun).

Background: Identification of the living and the dead is essential in routine forensic dental examinations. Several procedures for age-at-death estimation in adults have been introduced, including Tooth Cementum Annulation (TCA) and Root Dentin Translucency (RDT) methods that are frequently used. There are still few studies that compared both methods and their accuracy in estimating adult age at death. Aim: This study aims to test and compare the accuracy between the TCA and RDT methods. Methods: Data searches were carried out through five electronic databases: Pubmed, Scopus, Ebsco, ScienceDirect, and Wiley, following the guidelines of Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA). Results: Out of the total 1178 literature, 28 studies were recruited for qualitative analysis and 23 studies for meta-analysis. RDT produces a more accurate method to estimate age at death for adults (WMD=1.96 years; 95% CI: -0.88, 4.79) in the entire population. The RDT method gave better accuracy in older adults (WMD=1.74 years; 95% CI: -2.33, 5.82). However, in younger adults, the accuracy is better with the TCA method. Furthermore, females give a superior accuracy than males in the TCA age estimation. Both methods give a strong enough correlation to chronological age, but TCA method is slightly more reliable and correlated stronger with chronological age at death. Conclusion: The RDT age estimation is more accurate than the TCA method in the entire population. It is recommended to use the TCA method for younger adults (15-44 years) and the RDT method for the older ones (≥45 years)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Adelia Armando
"Latar Belakang: Estimasi usia dalam kedokteran gigi forensik memiliki peran penting dalam identifikasi individu dan penentuan status hukum seseorang. Metode estimasi usia menggunakan rasio panjang dan lebar pulpa (PL/W) pada gigi insisif lateral maksila melalui radiograf panoramik digital telah dikembangkan, namun akurasinya pada berbagai kelompok usia masih perlu diteliti lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi antara rasio PL/W dengan usia kronologis, validitas persamaan regresi yang dihasilkan, dan akurasi metode PL/W pada berbagai kelompok usia dalam estimasi usia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis akurasi metode estimasi usia kronologis menggunakan rasio panjang dan lebar pulpa (PL/W) pada insisif lateral maksila melalui radiograf panoramik pada berbagai kelompok usia. Metode Penelitian: Penelitian cross-sectional dilakukan pada 125 subjek (75 laki-laki, 50 perempuan) berusia 18-60 tahun menggunakan radiograf panoramik digital. Pengukuran panjang pulpa (PL) dan lebar pulpa (W) dilakukan pada insisif lateral maksila menggunakan software NOVApacs dan i-Dixel. Analisis statistik meliputi uji reliabilitas, korelasi, regresi linear, dan validasi model. Hasil Penelitian: Metode rasio PL/W menunjukkan korelasi positif yang kuat dengan usia kronologis. Model regresi menunjukkan tingkat akurasi yang moderat, dengan hasil terbaik pada kelompok usia 30-39 tahun. Estimasi usia pada kelompok perempuan lebih akurat dibandingkan laki-laki. Kesimpulan: Metode rasio PL/W pada insisif lateral maksila dapat digunakan sebagai metode alternatif untuk estimasi usia pada populasi Indonesia, dengan akurasi terbaik pada kelompok usia 30-39 tahun. Namun, diperlukan penelitian lanjutan dengan distribusi sampel yang lebih seimbang untuk validasi lebih lanjut.

Background: Age estimation in forensic dentistry plays a crucial role in individual identification and legal status determination. The age estimation method using pulp length and width ratio (PL/W) on maxillary lateral incisors through digital panoramic radiographs has been developed; however, its accuracy across different age groups requires further investigation. This study aimed to analyze the correlation between PL/W ratio and chronological age, the validity of the resulting regression equation, and the accuracy of the PL/W method across different age groups in age estimation. Objective: This study aimed to analyze the accuracy of chronological age estimation using pulp length and width ratio (PL/W) on maxillary lateral incisors through panoramic radiographs across different age groups. Methods: A cross-sectional study was conducted on 125 subjects (75 males, 50 females) aged 18-60 years using digital panoramic radiographs. Pulp length (PL) and width (W) measurements were performed on maxillary lateral incisors using NOVApacs and i-Dixel software. Statistical analysis included reliability testing, correlation, linear regression, and model validation. Results: The PL/W ratio method showed a strong positive correlation with chronological age. The regression model demonstrated a moderate predictive capability, with better accuracy in the 30-39 age group. Females had a lower estimation error compared to males. Conclusion: The PL/W ratio method on maxillary lateral incisors can be used as an alternative method for age estimation in the Indonesian population, with the best accuracy in the 30-39 age group. However, further research with a more balanced sample distribution is needed for further validation."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library