Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Thamrin Pahar
"Di Indonesia yang termasuk kelompok negara-negara "Stone-belt", urolitiasis merupakan suatu masalah yang besar karena kebanyakan mengenai golongan umur produktif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data prevalensi, profit radiologik, pengaruh suku dan tingkat sosial ekonomi terhadap urolitiasis.
Materi penelitian ini adalah penderita urolitiasis rawat inap di salah satu rumah sakit pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Didapatkan 155 penderita batu saluran kemih selama jangka waktu 4 tahun dari bulan Juli 1986-Juni 1990 yang terdiri dari 115 laki-laki dan 40 wanita dengan umur antara 1-75 tahun. Frekunsi kejadian tertinggi pada kelompok umur 40-49 tahun yaitu 40 dari 155 kasus {25,81%) dan paling rendah pada kelompok umur 10-19 tahun yaitu 6 dari 155 kasus (3,87%).
Lokalisasi Batu Saluran Kemih (BSK) yang terbanyak adalah pada ureter yaitu 82 kasus (45,05%) dan paling sedikit adalah uretra yaitu 1 kasus (0,54%). Pada penelitian ini ditemukan semua BSS{ dari kelompok umur 0-9 tahun adalah vesikolitiasis yang jumlahnya adalah 10 kasus. Dan ini adalah 30,30% dari semuua kasus vesikolitiasis yang berjumlah 33 kasus. Jeis batu radiopak lebih banyak dari batu radiolusen dengan perbandingan 2,2, : 1.
Baik pada nefrolitiasis maupun pada ureterolitiasis tidak ditemukan perbedaan yang bermakna secara statistik antara penderita yang termasuk tingkat sosial ekonomi yang rendah, sedang dan tinggi. Namun pada vesikolitiasis ditemukan perbedaan yang bermakna antara setiap tingkat sosial ekonomi. Penyulitan yang didapatkan secara radilogik berupa hidronefrosis 48 (35,40%) dan gangguan fungsi ginjal 32 (25,60%).
Kekerapan BSK paling tinggi pada suku Toraja yaitu 41 kasus dari 4210 penderita suku Toraja yang dirawat inap (9,73% per mil) dibanding dengan suku Bugis Makassar (6,32 per mil), Jawa (4,13 per mil) dan Cina (2,04 per mil). Melihat tingginya angka penyulitan BSK dan banyaknya batu radiolusen, maka perlu dilakukan pemeriksaan Pielografi Intravena (PIV) pada setiap BSK."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T5334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Octaviyana Nadia Nitasari
"Latar belakang: Kehamilan dan persalinan merupakan faktor risiko utama terjadinya disfungsi dasar panggul. Manifestasi utama pada kelainan tersebut adalah gejala saluran kemih bagian bawah dan inkontinensia urin. Studi mengenai prevalensi dan faktor risiko kondisi-kondisi tersebut sangat penting untuk diagnosis dini dan tata laksana yang komprehensif. Namun, hingga saat ini belum terdapat studi mengenai prevalensi dan faktor-faktor risiko tersebut secara komprehensif pada ibu hamil di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui prevalensi inkontinensia urin dan gejala saluran kemih bagian bawah serta faktor-faktor yang memengaruhi.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan metode potong lintang (cross sectional). Subjek dari penelitian ini adalah ibu hamil yang datang untuk pemeriksaan rutin di Puskesmas Kecamatan Jakarta pada April 2021-Maret 2022. Pasien dengan riwayat inkontinensia, kehamilan ganda, diabetes tidak terkontrol, gangguan neurologis, atau riwayat operasi sebelumnya dieksklusi dari penelitian. Faktor risiko yang dinilai adalah usia ibu, usia kehamilan, paritas, indeks massa tubuh, dan riwayat obstetrik sebelumnya.
Hasil: Didapatkan sebanyak 236 subjek yang diikutsertakan dalam penelitian. Didapatkan inkontinensia urin tekanan 8,5%, inkontinensia urin desakan 14%, dan inkontinensia urin campuran 1,6%. Didapatkan keluhan berkemih berupa frekuensi (59,3%), nokturia (87,3%), urgensi (33,1%), hesitansi (8,9%), dan straining (0,8%). Hanya terdapat 5,1% subjek yang tidak memiliki keluhan berkemih sama sekali. Faktor risiko yang berpengaruh dengan keluhan berkemih dan inkontinensia urin adalah usia ibu dan trimester kehamilan.
Kesimpulan: Didapatkan prevalensi inkontinensia urin dan gejala saluran kemih bagian bawah yang tinggi pada ibu hamil di Indonesia. Faktor risiko terjadinya gangguan saluran kemih dan inkontinensia urin pada ibu hamil adalah usia ibu dan trimester kehamilan.

Background: Pregnancy and childbirth are the main risk factors for pelvic floor dysfunction. The main manifestations of this disorder are lower urinary tract symptoms and urinary incontinence. Studies on the prevalence and risk factors of these conditions are essential for early diagnosis and comprehensive management. However, until now there has been no comprehensive study of the prevalence and risk factors for pregnant women in Indonesia.
Objective: To determine the prevalence of urinary incontinence and lower urinary tract symptoms and the factors that influencing.
Methods: This research was an observational analytic study with cross sectional method. The subjects of this study were pregnant women who came for routine check-ups at the Jakarta Publics Health Center in April 2021-March 2022. Patients with a history of incontinence, multiple pregnancy, uncontrolled diabetes, neurological disorders, or a history of previous surgery were excluded from the study. The risk factors assessed were maternal age, gestational age, parity, body mass index, and previous obstetric history.
Results: There were 236 subjects who were included in the study. We found stress urinary incontinence 8.5%, urgency urinary incontinence 14%, and mixed urinary incontinence 1.6%. There were urinary complaints in the form of frequency (59.3%), nocturia (87.3%), urgency (33.1%), hesitancy (8.9%), and straining (0.8%). There were only 5.1% of subjects who did not have urinary complaints at all. The risk factors that influence lower urinary tract symptoms and urinary incontinence are maternal age and trimester of pregnancy.
Conclusions: We found a high prevalence of urinary incontinence and lower urinary tract symptoms in pregnant women in Indonesia. Risk factors for urinary tract disorders and urinary incontinence in pregnant women are maternal age and trimester of pregnancy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Susilowati
"Pendahuluan: Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan infeksi yang diakibatkan adanya mikroorganisme yang mencederai sistem perkemihan termasuk ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. ISK dapat terjadi pada perawat dan menjadi penyumbang terbesar kasus tenaga kesehatan yang mengalami ISK. Kebiasaan menahan BAK (BAK), kurang minum air putih, hygiene, penggunaan celana dalam bukan berbahan katun, dan bekerja long shift perawat dapat menyebabkan munculnya gejala ISK pada perawat. Tujuan: Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala ISK pada perawat. Metode: Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 271 perawat yang berdinas di ruang rawat inap dan rawat jalan, diambil dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner data sosiodemografi, dan kuesioner faktor-faktor yang memengaruhi gejala ISK. Analisis statistik dilakukan dengan uji chi square dan uji regresi logistik biner. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan pada 95% CI tidak ada hubungan usia (p=0,171), jenis kelamin (p=0,056), kebiasaan menahan BAK (p=0,077), kurang minum air putih (p=0,869), hygiene (p=0,780), penggunaan celana dalam bukan berbahan katun (p=0,224), bekerja long shift (p=0,178) dengan gejala ISK. Sedangkan variabel pendidikan ada hubungan dengan gejala ISK (0,018). Hasil analisis multivariat menunjukkan faktor yang paling berpengaruh adalah pendidikan memiliki nilai signifikasi (p=0,008). Simpulan: Terdapat hubungan antara pendidikan dengan gejala ISK. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan meningkatkan kemampuan perawat dalam pencegahan terkait ISK.

Introduction: Urinary Tract Infection (UTI) is an infection caused by microorganisms injuring the urinary system including the kidneys, ureters, bladder and urethra. UTIs can occur in nurses and are the largest contributor to health workers experiencing UTIs. The habit of holding in urination (BAK), not drinking enough water, hygiene, using non-cotton underwear, and working nursing shifts can cause UTI symptoms in nurses. Objective: To analyze the factors associated with symptoms of UTI in nurses. Method: The research design is quantitative research with cross sectional study. The sampling technique is simple random sampling, involved 271 nurses who have been working in inpatient and outpatient wards. Data collection is carried out by filling out a sociodemographic data questionnaire and a questionnaire of factors that influence UTI symptoms. Statistical analysis was conducted using chi square and binary logistic regression test. Result: The results of the study showed that at 95% CI there was no association of age (p=0.171), gender (p=0.056), habit of holding urin (p=0.077), lack of drinking water (p=0.869), hygiene (p=0.780) , use of non-cotton underwear (p=0.224), working long shifts (p=0.178) with symptoms of UTI. Meanwhile, education appears to be associated with UTI symptoms (0.018). The results of the multivariate analysis show that the most influential factor is education, the interaction was significant (p=0.008). Conclusion: There is a relationship between education and UTI symptoms. It is hoped that this research can provide knowledge and improve nurses' abilities in preventing UTI."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wuryanti
"Tujuan : Mengetahui pengaruh pemberian nutrisi enteral tinggi protein pada status protein penderita stroke akut
Tempat : Ruang rawat IRNA B, bagian Neurologi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Metodologi : Penelitian adalah suatu uji klinik paralel yang telah disetujui oleh panitia tetap penilai etik penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sebanyak 36 subyek penelitian stroke hemoragik dan iskemik akut yang memenuhi kriteria dibagi dalam dua kelompok secara randomisasi blok. Sebanyak 18 orang kelompok perlakuan mendapat nutrisi enteral tinggi protein (NETP), sedangkan 18 orang kelompok kontrol mendapat makanan cair racikan rumah sakit. Pengukuran berat badan dan tinggi badar dilakukan pada hari 1. Pemeriksaan albumin dan prealbumin serum dilakukan pada hari ke 1 dan Pemeriksaan NUU dan kreatinin urin dari urin tampung 24 jam pada hari 1, dan 7. Imbang nitrogen diperoleh dengan menghitung asupan nitrogen dan NUU 24 jam Uji statistik yang digunakan adalah uji t untuk data yang berdistribusi normal, dan uji Mann Whitney untuk data yang berdistribusi tidak normal. Batas kemaknaan yang digunakan sebesar 5%.
Hasil : Pada kelompok perlakuan didapatkan sedikit peningkatan ni1ai prealbumin yang belum bermakna, yaitu 0,161 (0,104-0,303) menjadi 0,163 (0,043 0,276) g/L, sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan penurunan yang bermakna yaitu 0,181 (0,093-0,267) menjadi 0,138 (0,066-0,280). Didapatkan penurunan nilai albumin pada kedua kelompok. Penurunan nilai albumin pada kelompok perlakuan lebih sedikit dibandingkan kontrol, masing-masing yaitu - 0,35 dan - 0,60 g/dL.Pemberia NETP dapat menurunkan ekskresi kreatinin urin secara bermakna, yaitu dari 1019 (300-1530) menjadi 791,50 (246-1524) mg/24 jam), tetapi belum memperbaiki NUU dari imbang nitrogen
Kesimpulan : Pemberian NETP pada pasien stroke akut cenderung dapat meningkatkan status protein, walaupun belum dapat dibuktikan secara statistik.

Effects High Protein Enteral Nutrition on Protein Status in Acute Stroke PatientsObjective To investigate the effects of high protein enteral nutrition on protein status in acute stroke.
Location: IRNA B, Cipto Mangunkusumo General Hospital, Jakarta
Subjects and Methods : The study was a parallel clinical trial, which was alread} certified by the Ethical Clearance Research Committee of Faculty of Medicine Universit of Indonesia. Thirty six subjects with acute hemorhagic and ischemic stroke wen selected using certain criteria. The subjects were divided into two groups using blocs randomization. Eighteen subjects in treatment group received high protein entera nutrition (HPEN), and the control group received enteral hospital diet. Body weight an( height were assessed on the la day of admission. Albumin and prealbumin were assessed on day 1 and 7. Urinary urea nitrogen (UUN) and urinary creatinine were assessed on da: 1, 4, and 7 using 24-hour urine collection. Nitrogen balance was calculated b: substracting nitrogen intake with urinary urea nitrogen. Statistical analysis was performe+ using t-test for normal distributed and Mann Whitney test for not normal distributed data The level of significance was 5%.
Results : In the treatment group, there was a slingtly increased in prealbumin level, bi: not yet significantly : 0,161 (0,104-0,303) to 0,163 (0,043-0,276) g,/L, while in the contra group markedly decreased : 0,181 0,093-0,267) to 0,138 (0,066-0,280) gIL, The albumi level decreased in both groups. Albumin level in the trreatment group decreased less tha the control group, respectively - 0,35 (-1,20-0,60) and - 0,60 (-1,40-0,00). The HPE] decreased urinary creatinine excretion significantly : 1019 (307-15310) to 791,50 (24( 1524), however UUN and nitrogen balance did not show any improvement
Conclusion : HPEN tend to be able to increase the protein status although has ni statistically been proven yet.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T 11201
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian nutrisi enteral tinggi protein pada status protein penderita stroke akut. Subjek penelitian dibagi 2 kelompok secara randomisasi blok, yaitu kelompok perlakuan mendapat nutrisi enteral tinggi protein (NETP) dan kelompok kontrol mendapat nutrisi enteral standar rumah sakit (NERS). Tiga puluh enam subjek dari 60 penderita stroke akut berhasil menjalani 7 hari penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian NETP dapat meningkatkan kadar prealbumin serum, menurunkan ekskresi kreatinin urin, dan memperkecil penurunan kadar albumin serum dibandingkan kelompok kontrol. (Med J Indones 2004; 14: 37-43)

The objective of this study was to determine the effect of high protein enteral nutrition on protein status in acute stroke patients. The subjects were divided into two groups using block randomisation, i.e. the intervention group that received high protein enteral nutrition (HPEN), and the control group that received enteral hospital diet. Thirty six out of 60 acute stroke patients had completed 7 days of follow-up. The results showed that HPEN have increased prealbumin level, decreased urinary creatinine excretion, and decreased the decline of albumin serum compared to the control group. (Med J Indones 2004; 14: 37-43)"
Medical Journal of Indonesia, 14 (1) January March 2005: 37-43, 2005
MJIN-14-1-JanMar2005-37
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fahron
"Latar Belakang: Meningkatnva populasi usia laniut. masalah kesehatan pada kelompok usia tersebut juga meningkat. Salah satu masalah kesehatan vane sering dijumpai adalah inkontinensia urin tine sires (IUS). Beberapa nenelitian telah dilakukan untuk melihat faktor- faktor risiko terjadinva IUS, tetapi hasilnva tidak konsisten.
Tuiuan: Mengetahui hubungan antara usia, riwayat cara persalinan, jumlah persalinan lama menopause dan IMT dengan IUS pada perempuan usia laniut di RSCM Jakarta.
Metodologi: Disain penelitian potong-lintang. Subyek pada perempuan >60 tahun yang memenuhi kriteria inklusi. Inkontinensia Urin tine Sires dinilai dari anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan kontraksi vagina dengan nerineometri.
Hasil: Didapatkan hasil 35 kasus dan 47 kontrol. Subyek penelitian dengan usia >75 tahun didapatkan 8 (53.3%) IUS riwayat cara persalinan mengalami tindakan didapatkan 18 150.0%) IUS. jumlah persalinan lebih dari 2 kali didapatkan 30 (43,5%) IUS lama menopause lebih dari 7 tahun didapatkan 35 (45,5%) IUS, IMT ~ 26 didapatkan 14 (58.3%) IUS. Dilakukan analisis bivariat didapatkan hasil antara usia dan IUS dengan OR 1.69 (IK 95% 0.55 - 5.22).. antara riwavat cara persalinan dan IUS dengan OR 1,71 (TTY 95% 0.70 ? 4.14) antara iumlah persalinan dan MS dengan OR 1.23 (IK 95% 0.37 - 4.15). antara IMT > 26 dan IUS dengan OR 2.47 (IK 95% 0,93 - 6.52). Lama menopause tidak dapat dianalisis karena tidak didapatkan lama menopause < 7 tahun harus mengalami IUS. Seluruh variabel hasil analisis bivariat vane memiliki p mendekati 0.25 diikutsertakan dalam analisis multivariat. Setelah dilakukan analisis multivariat dengan regresi logistik didapatkan hanva IMT vane tampaknva berhubunsan denaan IUS (OR 2.9911K 95% 1.07-8.361)
Simpulan: Indeks massa tubuh merunakan faktor risiko teriadinva IUS.

Background: The increase of elderly nonulation leads to the increase of health problems among those who belongs to this population. Stress urinary incontinence (SUI) is one of many problems which is frequently found. Several studies have been carried out to detect risk factors for SUI. but the results were still inconsistent.
Objective: To assess the relationship between age. types of delivery. Parity, menopausal period, and BM1 with SU1 in elderly women at Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta.
Method: A cross-sectional study of elderly women > 60 years who met the inclusion criteria. SUI was evaluated from interviews. physical examinations and vaginal contractions measured with a perineometer.
Results: This study comprised 35 cases and 47 controls. SUI were detected in 8 (53.3%) of subjects who were > 75 years, in 18 (50.0%) of those who had intervention during delivery. in 30 (43,5%) of those who had parity > 2. in 35 (45.5%) of those who had had menopause > 7 years. and in 14 (58.3%) of those with BMI > 26. Bivariate analyses were performed and the results are OR 1,69 (95% CI 0.55-5.22) between age and SUL _ OR 1.71 (95% CI 0.70 - 4.14) between tunes of delivery and SUL OR L23 (95% CI 0,37 - 4.15) between parity > 2 and SU1. OR 2.47 (95% CI 0,93 - 6.521 between BM1 > 26 and Slll, Menopausal period could not be analyzed because no subjects who had less than 7 year - period of menopause was found to have SUI. Variables which had p close to 0.25 in bivariate analyses were measured in multivariate analyses with logistic regression. Those variables were types of delivery and BMI. As a result BMI was the only variable which was related to SUI (OR 2.99[95% CI 1,07-8,36 ).
Conclusion: BM1 is a risk factor for SUI"
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T21444
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Saptanigsih
"ABSTRAK
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua?
duanya. Pasien diabetes berisiko mengalami infeksi yang umumnya terlokalisir di
saluran kemih. Penelitian bertujuan mengidentifikasi determinan infeksi saluran
kemih pasien diabetes melitus perempuan di RSB Bandung. Desain penelitian
cross sectional dengan consecutive sampling didapatkan 60 sampel. Instrumen
menggunakan kuesioner, timbangan berat badan, alat pengukur tinggi badan, dan
hasil urinalisis. Hasil penelitian menunjukkan usia dan upaya pengendalian
diabetes melitus berhubungan dengan infeksi saluran kemih. Usia merupakan
determinan utama terjadinya infeksi saluran kemih pada pasien DM perempuan
(nilai p 0.009, OR 16.3) setelah dikontrol riwayat infeksi saluran kemih. Perawat
perlu melakukan pengkajian mendalam dan edukasi terkait faktor risiko dan upaya
pencegahan infeksi saluran kemih agar komplikasi dapat diminimalkan.

ABSTRACT
Diabetes mellitus is an endocrine disease characterized by hyperglycemia that
result from defect in insulin secretion, or its action or both. Diabetes patient is at
risk to have infection that is commonly localized in urinary tract. This research is
aimed to identify determinant of urinary tract infection of women diabetes patient
in RSB Bandung. This research design is cross sectional with consecutive
sampling and have 60 samples. Instruments used in this research are questionaire,
weight scale, height scale, and urinalysis check result. The result of the research
shows that age and diabetes control effort related to urinary tract infection. Age is
the main determinant to urinary tract infection in women diabetes patient (p value
0.009, OR 16.3) after being controled by urinary tract infection history. Nurses
need to held deeper assesment and education related to risk factors and an effort to
prevent urinary tract infection in order to minimize the complication."
2012
T 30404
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Monika
"Latar belakang : Inkontinensia urin merupakan salah satu permasalahan eliminasi yang sering dialami oleh lansia yang berdampak pada fisik, psikologis, dan sosial ekonomi. Deteksi dini dan pendidikan kesehatan terkait kesehatan perkemihan dapat meningkatkan motivasi dan pemahaman akan pentingnya mencari pertolongan kesehatan. Bladder training dan latihan kegel dapat menurun keluhan inkontinensia urin, tetapi masih sedikit studi terkait pelaksanaan di keluarga dan komunitas.
Tujuan : mengidentifikasi efek dari intervensi LASMINIT deteksi dini, pendidikan kesehatan terkait kesehatan perkemihan, bladder training, dan lantihan kegel disertai buku panduan dan catatan monitoring dalam meningkatkan perilaku kesehatan dan mengurangi keluhan inkontinensia urin di keluarga dan komunitas.
Metode : desain evidence based practice. Dengan sampel sebanyak 42 lansia di komunitas. Intervensi LASMINIT dilakukan selama 12 minggu.
Hasil : studi ini menunjukkan adanya perubahan perilaku pengetahuan, sikap dan keterampilan lansia baik di keluarga maupun di komunitas yang signifikan setelah diberikan intervensi p = 0,0001 dan keluhan inkontinensia urin juga mengalami perubahan yang signifikan p= 0,0001 , dimana frekuensi berkemih menjadi 7 kali sehari, frekuensi mengompol menjadi 1x seminggu, dan interval berkemih meningkat menjadi 3 jam.
Kesimpulan : Terdapat perubahan perilaku yang mengarah lebih baik dan penurunan keluhan inkontinensia urin setelah pelaksanaan intervensi LASMINIT. Komponen keterampilan dan interval berkemih mengalami perubahan yang besar, hal ini disebabkan karena motivasi dan adanya dukungan dari keluarga dan teman sebaya selama menjalani intervensi.

Background Urinary incontinence is the most frequent elimination problems experienced by the elderly who has physical, psychological, and socioeconomic impacts. Early detection and health education related to urinary health can increase motivation and understanding of the importance of seeking health care. Bladder training and Kegel exercises can decrease urinary incontinence symptoms, but there are still few studies related to implementation in family and community.
Objective to determine the effects of LASMINIT interventions early detection, health education related to urinary health, bladder training, and kegel incontinence with guidebooks and monitoring records in improving health behavior and reducing urinary incontinence symptoms in families and communities.
Method evidence based practice design. With a sample of 42 elderly in the community. LASMINIT interventions are conducted for 12 weeks.
Results this study showed a significant change in the behavior knowledge, attitudes and skills of the elderly in the family and community after intervention p 0.0001 and urinary incontinence was also significantly altered p 0.0001 , Where the frequency of urination to 7 times a day, the frequency of leakage to 1 times a week, and the urinary interval increased to 3 hours.
Conclusions There are better behavioral changes and decreased urinary incontinence after LASMINIT interventions. Components of skills and voiding intervals undergo major changes, due to motivation and support from family and peers during the intervention."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Harmilah
Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2020
610.73 HAR a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>