Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susy Sensusi
"ABSTRAK
Udang galah Macrobrachium rosenbergii (de man) merupakan jenis udang air tawar yang mempunyai ukuran besar dan bernilai ekonomi tinggi. Di Indonesia, peranan udang galah sebagai produk perikanan semakin bertambah, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk diekspor. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh rasio seks udang galah terhadap fekunditas dan untuk mengetahui perilaku perkawinannya. Fekunditas udang galah dihitung secara volumetrik dengan menggunakan metode Tabung-U. Sedangkan perilaku perkawinan diamati secara visual. Dari hasil penelitian didapat bahwa fekunditas rata-rata yang dihasilkan udang galah dengan rasio seks 1:1 adalah 29.871 butir, udang galah dengan rasio seks 1:2 adalah 20.746 butir, dan udang galah dengan rasio seks 1:3 adalah 19.238 butir. Berdasarkan hasil analisis statistik, ternyata ada perbedaan yang nyata antara fekunditas rata-rata udang galah dengan rasio seks 1:1 dan 1:3 serta udang galah dengan rasio seks 1:2 dan 1:3. Udang galah dengan rasio seks 1:1, 1:2 dan 1:3, diakhir penelitian menghasilkan jumlah telur rata-rata per m2 berturut-turut 93.347 butir, 97.250 butir dan 120.234 butir. Pengamatan perilaku perkawinan udang galah meliputi proses ganti kulit, proses kopulasi dan proses pengeluaran telur. Proses ganti kulit dimulai dengan robeknya membran di antara kepala-dada dan perut. Kemudian bagian kepala-dada keluar dari kulit lama diikuti bagian perut. Proses kopulasi dimulai dengan mendekatnya induk jantan pada induk betina , selanjutnya induk jantan membalikkan tubuh induk betina hingga bagian ventral kepala-dada keduanya saling berhadapan. Selama kopulasi, keadaan ini tetap dipertahankan. Sewaktu proses pengeluaran telur berlangsung, induk bertina berdiri di atas kaki jalannya, kaki renang bergerak dengan gerakan mendayung, ekor menekuk ke arah dalam dan luar serta tubuhnya bergerak miring ke kiri dan kanan. Telur mengalir dari lubang genitalia ke ruang pengeraman."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ratna Nurhajarini
Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2015
595.388 DWI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Soedjiarti
"Udang windu (Penaeus monodon Febr.) merupakan salah satu komoditi ekspor non migas disektor perikanan yang cukup penting. Kematian udang di tambak secara sedikit demi sedikit atau secara masal yang disebabkan antara lain oleh adanya parasit yang suatu saat dapat menimbulkan penyakit, merupakan salah satu penyebab menurunnya produksi maupun mutu. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui jenis parasitnya, sehingga dapat diambil langkah-langkah selanjutnya untuk pencegahannya. Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jenis ektoparasit yang terdapat pada udang windu di daerah pertambakan Kemsl Muara dan mengetahui distribusinya pada bagian tubuh udang. Pengambilan sampel udang dilakukan dengan metode cluster random sampling pada dua stasiun yang ditetapkan. Pemeriksaan ektoparasit dilakukan terhadap 180 ekor sampel udang windu, dengan memeriksa eksoskeleton bagian tubuh (carapax, abdomen, extremitas, uropod) dan insang. Untuk mengetahui distribusi ektoparasit pada bagian-bagian tubuh dilakukan analisis data dengan menghitung frekuensi kehadiran masing-masing jenis. Dari hasil identifikasi diketahui terdapat 5 genera ektoparasit yaitu: Acineta, Bopyrid, Epistylis, Lagenidium den Zoothamnium. Hasil analisis data menunjukkan bahwa Epistylis, Lagenidium dan Zoothemnium cenderung memiliki frekuensi kehadiran tertinggi di semua bagian tubuh dan insang."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Edgar Rhomado Asaputra
"Kawasan pesisir di Banten merupakan salah satu kawasan potensial sebagai penghasil udang di Indonesia. Lokasi tambak udang vaname di Kecamatan Panimbang hanya berada pada dua desa yaitu di Desa Mekarsari dan Desa Panimbang Jaya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Persebaran lahan tambak udang vaname di Desa Mekarsari dan Desa Panimbang jaya di Kecamatan Panimbang, menganalisis tingkat kesesuaian lahan pada tambak udang vaname yang berada di Desa Mekarsari dan Desa Panimbang jaya di Kecamatan Panimbang, dan mengkategorikan tingkat kesesuaian lahan terhadap produktivitas budidaya tambak udang vaname di Desa Mekarsari dan Desa Panimbang jaya di Kecamatan Panimbang. Metode AHP digunakan untuk mencari bobot kriteria kesesuaian dari parameter fisik yaitu jenis tanah dan lereng, parameter Jarak yaitu jarak dari sungai dan jarak dari pantai, parameter kualitas air yaitu salinitas air, pH air, suhu air, dan oksigen terlarut, dan parameter non fisik yaitu kepadatan penduduk dan upah tenaga kerja. Setelah mendapatkan hasil bobot dari parameter yang digunakan diolah dengan menggunakan metode Weighted Overlay pada ArcGis. Penelitian ini membuktikan bahwa luas wilayah kesesuaian untuk tambak udang vaname di Kecamatan Panimbang memiliki dua tingkat kesesuaian yaitu kesesuaian sesuai seluas 740.15 ha, dan tidak sesuai seluas 2630.71 ha, dan pada kesesuaian lahan sangat sesuai terdapat dua titik lokasi tambak yang mengalami penurunan produktivitas udang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil produktivitas pada titik tersebut tidak memiliki keterkaitan dengan tingkat kesesuaian lahan dan dapat disimpulkan bahwa penurunan produktivitas yang terjadi di titik lokasi tambak dikarenakan faktor di luar kesesuaian lahan.

The coastal area in Banten is one of the potential areas as shrimp producers in Indonesia. The location of vanammei shrimp ponds in Panimbang District is only in two villages, namely Mekarsari Village and Panimbang Jaya Village. This study aims to analyze the land distribution of vanammei shrimp ponds in Mekarsari Village and Panimbang Jaya Village in Panimbang District, analyze the level of land allocation in vanammei shrimp ponds located in Mekarsari Village and Panimbang Jaya Village in Panimbang District, and categorize the vannamei shrimp ponds in Mekarsari Village. and Panimbang Jaya Village in Panimbang District. The AHP method is used to find the weight of the criteria from physical parameters, namely soil type and slopes, distance parameters namely distance from the river and distance from the beach, air quality parameters, namely air salinity, air pH, air temperature, and dissolved oxygen, and non-physical parameters, namely density. population and workforce. After getting the weight results from the parameters used, it is processed using the Weighted Overlay method on ArcGis. This study proves that the area according to vanammei shrimp ponds in Panimbang District has two levels, namely according to an area of ​​740.15 ha, and not according to an area of ​​2630.71 ha, and according to land that is very suitable there are two points of ponds that have decreased. productivity. These results indicate that the productivity results at these points have no relationship with the levels of land availability and it can be said that the decline in productivity that occurs in the pond locations is due to factors outside the land."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rauf Achmad Sue
"ABSTRAK
Suatu penelitian telah dilakukan di laboratorium basah, Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Bogor, dimulai tanggal 20 Agustus sampai dengan 1 Desember 1991. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh bahan organik dalam air terhadap pertumbuhan bakteri bercahaya pada pemeliharaan larva udang windu. Juga untuk rnengetahui Pertumbuhan jumlah bakteri dan mortalitas larva udang windu.
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan enam perlakuan konsentrasi bahan organik dan tiga kali ulangan. Perlakuan tersebut adalah 0 ppm(A) sebagai kontrol, 15 ppm(B), 30 ppm(C), 45 ppm (D), fi0 ppm (E) dan 75 ppm (F.).
Sebanyak 100 ekor larva udang windu stadia nauplius di masukkan ke dalam bak akuarium yang telah diberi perlakuan konsentrasi bahan organik. Isolasi bakteri bercahaya juga dinokulasikan ke dalam bak akuarium dengan kepadatan 103 sel per ml.
Pengarnbilan contoh bakteri dan air dilakukan setiap hari selama lima hari. Idetifikasi bakteri menurut metoda Cowen & Steel 1974: 17-20) ; West & Colwell (1984: 285-289). Fisika dan kirnia air seperti oksigen terlarut, karbondioksida, total bahan organik, ammonia, pH, salinitas dan temperatur air di ukur dengan menggunakan metoda standar.
Hasil penelitian menuniukkan bahwa konsentrasi bahan organik dalam air meningkat sesuai dengan rataan konsentrasi bahan organik yang dimasukkan ke dalam bak percobaan saat awal. Peningkatan konsentrasi bahan organik dalam air ternyata rata-rata meningkat. Puncak konsentrasi bahan organik perlakuan E dan F dicapai pada hari kedua sedngkan perlakuan A dan S terjadi pada hari kelima. Konsentrasi bahan organik dalam air berbeda sangat nyata terhadap pertumbuhan bakteri, bercahaya dalam air dan pada larva udang windu (P> 0.01). Jumlah total bakteri dan bakteri bercahaya lebih tinggi pada konsentrasi bahan organik yang lebih besar.
Rataan jumlah kaloni bakteri pada masing-masing konsentrasi bahan organik adalah 103.44; 99.4; 82.81 dan 82.32. Mortalitas larva udang windu lebih tinggi pada perlakuan konsentrasi bahan organik yang lebih besar. Mortalitas tersebut berturut-turut adalah 80.33%; 68.66%; 22.3%; 15.0% dan 2.3% untuk perlakuan F, E, D, C, B dan A.
Karakteristik fisika dan kimia air adalah sebagai berikut : oksigen terlarut 4.8-7.4 ppm; CO2 0-19.36 ppm; NH3 0.025-0.175 ppm; pH 7-8 ppm; temperatur air 30-31°C dan salinitas 30-32%.

ABSTRACT
An experiment was conducted at the Research Institute for Freshwater Fisheries's wet laboratory in Bogor from 20 August to 1 December, 1991. This study was done to evaluate the effect of organic matter in water to the population growth of luminescent vibrio on Penaeus monodon larval. The total number of bacterial population and the mortality of the shrimp larvae were also evaluated.
In this study a complete randomized design (CRD) was used with six different concentrations of organic matter as treatments and three replication. The treatments were 0 ppm(A) as a control, 15 ppm(B), 30 ppm(C), 45 ppm(D), 60 ppm(E) and 75 ppm(F).
One hundred shrimp larvae at nauplius stage were stocked in each aquarium contained the respective organic matter concentration.
The luminous vitro isolate were also inoculated in each aquarium at a concentration of 10 cell per ml. Sample of bacteria and water were taken every day for 5 days. The bacteria were identified according to Cowan & Steil method (1974:17-20): West & Colwell (1984:285-289). Physical and chemical of the water such as dissolved oxygen, carbon dioxide. total organic matter, ammonia, pH, salinity and water temperature were examined by the standard water measurement method.
The results indicated that the concentration of organic matter in water increased proportionally relative to the rate of initial concentration used. The higher the initial organic matter concentration applied the higher increase rate of its concentration in the water. The peak of the concentration was reached faster at the higher concentration than the lower one. The peak of E and F treatment were at the second day while A and S treatment were at the fifth day. Organic matter content in water significantly effect on the population growth of bacteria both in water and in shrimp larvae (P>0.01). The number of total bacteria and the luminous vibrio were higher at a higher concentration of organic matter. The average number of bacterial colony count at the respective organic matter concentration were 103.44; 99.4; 82.81; and 82.32.
The shrimp larvae mortalities were also higher at the higher concentration of organic matter. The percent mortality rate were : 80.33%; 68.86%; 22.3%, 15.0%, and 2.3% for F,E,D,C,B and A treatments respectively.
The physical and chemical characteristic of the water are as follows: dissolved oxygen 4.8-7.4 ppm; CO2 0-19.36 ppm; NH3 0.025-0.175 ppm; pH 7-8; temperature 30- 31°C and salinity 30-32%.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"penelitisan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian efisiensi teknis usaha budidaya udang dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. data dianalisis dengan pendekatan Stochastic Production Frontier dan diduga dengan metoda Maximum Likelihood. hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat efisiensi teknis yang dicapai tergolong rendah--sedang dan terbukti belum efisien secara teknis. faktor utama yang mempengaruhi efisiensi teknis adalah tingkat pangsa pendapatan keluarga dari usaha budidaya udang, pendapatan total per kapita, umur pembudidaya dan peubah dummy showcase"
Bogor: Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan ,
639 JIPPI
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Canberra: Australian Government Publishing Service, 1979
639 ECO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Setiarti Sukotjo
"ABSTRAK
Di perairan tawar Indonesia terdapat 38 jenis udang air tawar, tetapi yang mendapat perhatian besar hingga kini baru udang galah, Macrobrachium rosenbergii (de Man). Udang galah ini tidak hanya untuk konsumsi dalam negeri saja, melainkan juga untuk diekspor. Dalam penelitian ini dipelajari pengaruh pemberian pakan alami yang berbeda, yaitu Artemia salina dan Brachionus plicatilis, dan gabungan A. salina dan B. plicatilis terhadap produksi benih udang galah. Produksi benih dilihat dengan menghitung banyaknya larva yang dapat bertahan hidup sampai menjadi benih. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan pakan alami yang murah, mudah didapat, dan dapat menggantikan A. salina. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa produksi benih rata-rata yang dihasilkan dari larva yang diberi pakan A. salina yaitu 1203 ekor/tangki, sedangkan larva yang diberi pakan B. plicatilis ialah 13 ekor/tangki dan larva yang diberi pakan gabungan A. salina dan B. plicatilis berkisar antara 71-762 ekor/tangki. Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa pakan alami yang diberikan baik B. plicatilis maupun gabungan A. salina dan B. plicatilis tidak dapat menggantikan A. salina."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paulinus Ronny Halim
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lenni
"ABSTRAK
Indonesia meinpuflyai banyak limbah udang windu yang
kandungan kolesterOlflYa cukup tinggi. KolesterOl dapat digunakan sebagai bahan baku produksi obat-obat kontrasepsi oral. Untuk nemperoleh kolesterol dari limbah udang windu tersebut secara efisien, diperlukan metode isolasi dan pemurnian yang relatif sederhana dan ekonomis.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa penarnbahan tekanan
selama hidrolisis tidak memberi pengaruh yang memuaskan.
Kolesterol hasil hidrolisiS diekstrakSi dengan petroleum
benzin teknis kemudian dimurnikan secara KromatOgrafi
Kolom menggunakafl fasé gerak Toluen teknis dan fase diam
Zeolit dengan ukuran partikel 25 - 45 mesh, 60 - 200
mesh atau campuran keduanya. Fraksi utama yang diperoleh dari isolasi 15 kg limbah udang windu sebesar 10,7 gram dengan kadar 99,2% mempunyai jarak lebur 147 C-148 C"
1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>