Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Astari Ridhanya
"ABSTRAK
Dengue merupakan penyakit infeksi tersering yang disebabkan oleh virus dengue DENV dan ditransmisikan melalui nyamuk. Sampai sekarang, belum ada antivirus ataupun terapi khusus untuk DENV. Curcuma longa atau yang sering dikenal dengan kunyit merupakan tanaman yang telah diteliti memiliki banyak efek yang baik bagi kesehatan. Penelitian yang berbasis studi eksperimental ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas kunyit sebagai antiviral terhadap replikasi virus dengue. Aktivitas antiviral kunyit terhadap virus dengue diuji bergantung dosis pada sel Huh7it-1. Nilai konsentrasi hambat 50 IC50 didapat dari uji fokus, sedangkan nilai konsentrasi sitotoksik 50 CC50 didapat dari uji viabilitas sel microculture tetrazolium assay MTT assay . Data kemudian dibandingkan untuk menghitung Selectivity Index SI dari ekstrak kunyit. Dari penelitian ini, nilai IC50 yang didapat adalah 40.98 ?g/mL, sedangkan nilai CC50 sebesar 193.01 ?g/mL. Nilai SI dari Curcuma longa adalah 4.7. Dari studi ini dapa disimpulkan bahwa kunyit dapat digunakan sebagai antivirus terhadap Dengue dengan sitotoksisitas rendah dan inhibisi pada dengue cukup efektif.

ABSTRACT
Dengue is the most common infective disease caused by dengue virus DENV and transmitted by mosquito. Until now, there is no antiviral or specific therapy for DENV available yet. Curcuma longa or is commonly known as turmeric is a plant that has been studied to have many good effects towards health. This research, which based on experimental study, aims to evaluate the effectiveness of C. longa as antiviral against the replication of Dengue virus. Antiviral activity of C. longa against Dengue virus was examined through dose dependent test on Huh7it 1 cells. Inhibition concentration 50 IC50 acquired from focus assay, whereas cytotoxic concentration 50 CC50 achieved from cell viability assay microculture tetrazolium assay MTT assay . The data was then calculated to determine the selectivity index SI of the C. longa extract. In this study, the acquired value of IC50 was 40.98 ug ml whereas the value of CC50 was 193.01 ug ml. The value of SI of Curcuma longa was 4.7. From this study it can be concluded that C. longa could be used as antiviral against dengue virus with low cytotoxicity and effective inhibition."
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Belatrix, Beta
"ABSTRAK
C. albicans merupakan mikroba komensal yang ada di rongga mulut namun pada keadaan tertentu dapat berubah menjadi suatu pathogen opurtunis. Temulawak adalah tanaman obat khas Indonesia yang dilaporkan memiliki banyak efek medis salah satunya yaitu efek antifungal. Tujuan: Melihat efek eradikasi ekstrak etanol temulawak terhadap berbagai fase perkembangan biofilm C. albicans. Ekstrak etanol temulawak dengan konsentrasi 1-45 dipaparkan pada biofilm C. albicans selama satu jam. Metode: Uji dilakukan dengan MTT assay kemudian dibaca dengan panjang gelombang 570 nm sehingga didapat nilai optical density. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan nilai Konsentrasi Eradikasi Biofilm Minimal KEBM50 ekstrak etanol temulawak terhadap C. albicans pada fase awal 30 , fase menengah 20 , dan fase maturasi 25 . Kesimpulan: Ekstrak etanol temulawak memiliki potensi dalam mengeradikasi biofilm C. albicans pada berbagai fase perkembangan.

ABSTRAK
Background C. albicans is a commensal microbe in the oral cavity but in certain circumstances may turn out to be an opportunistic pathogen. Java turmeric is a medicinal plant native to Indonesia were reported to have many medical effects one of which is the effect of antifungal. Objective to observe the effect of eradication of java turmeric ethanol extract to the various phases of the development of C. albicans biofilm. Java turmeric ethanol extract at a concentration 1 45 were exposed to C. albicans biofilm for one hour. Methods Test conducted by MTT assay and then read with a wavelength of 570 nm so that the optical density values obtained. Results The results showed the value of Minimal Biofilm Eradication Concentration MBEC50 in the early phase is 30 , intermediate phase 20 and maturation phase 25 . Conclusion The java turmeric ethanol extract has the potential to eradicate the C. albicans biofilm in various phases of development."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shintari Nurul Hasanah
"Latar Belakang: Temulawak adalah tanaman obat unggulan Indonesia. Pertumbuhan S.mutans dan S. sanguinis yang berperan dalam pembentukan biofilm pada permukaan email gigi, dapat dihambat oleh ekstrak temulawak. pH kritis biofilm (≤ 5.5) dapat mempengaruhi pelepasan ion kalsium email gigi. Xanthorrhizol dalam temulawak diketahui dapat mempertahankan pH netral model biofilm in vitro selama 4 jam.
Tujuan: Menganalisis perubahan pH model biofilm Streptoccocus dual species dalam variasi waktu serta pengaruh paparan ekstrak etanol temulawak terhadap kadar kalsium email permukaan gigi dengan biofilm Streptoccocus dual species.
Metode: Model biofilm dibuat pada 6-well plate yang telah dilapisi oleh saliva, kemudian ditambahkan S. Mutans dan S. sanguinis (1:1) dan diinkubasi dalam rentang waktu 1-24 jam, lalu pH diukur dengan menggunakan pH indikator. Selanjutnya model biofilm Streptoccocus dual species 16 dan 20 jam dibuat pada spesimen email gigi, kemudian dipaparkan ekstrak enatol temulawak (15%) selama 4 jam dan kadar kalsium diukur dengan alat Energy Dispersive X-ray (EDX). Uji beda dilakukan dengan Mann Whitney dan t-test (independent sample).
Hasil: Model biofilm Streptoccocus dual species dapat mencapai pH kritis mulai jam ke 14 dan bertahan sampai jam ke 24. Terdapat perbedaan rerata kadar kalsium (Wt%) antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan, tetapi perbedaan tersebut secara statistik tidak bermakna (p>0.005). Perbedaan rerata kadar kalsium (Wt%) antara kelompok perlakuan biofilm 16 jam (27,52 ± 0.89) dan 20 jam (24,92 ± 0.85) secara statistik bermakna (p<0.005).
Kesimpulan: Model biofilm Streptoccocus dual species dapat mencapai pH kritis setelah 14 jam. Paparan ekstrak etanol temulawak tidak mempengaruhi secara signifikan kadar kalsium permukaan email gigi dengan biofilm Streptoccocus dual species. Namun, paparan ekstrak etanol temulawak pada kematangan biofilm berbeda, menghasilkan perbedaan kadar kalsium permukaan email gigi.

Background: Java turmeric is Indonesian medicinal plants. Growth of S. mutans and S. sanguinis that play a role in biofilm formation on the enamel surface, could be inhibited by java turmeric extract. Biofilms critical pH (≤ 5.5) could affect the release of calcium ions enamel. Xanthorrhizol in java turmeric are known to maintain a neutral pH in vitro biofilm models for 4 hours.
Objective: To analyze the changes in pH Streptoccocus dual species biofilm models in variations exposure time as well as the influence of ethanol extract of java turmeric on tooth surfaces email calcium levels with Streptoccocus dual species biofilms.
Methods: Biofilm model was made in 6-well plate that had been coated with saliva, then added S. Mutans and S. sanguinis (1:1) and incubated in a span of 1-24 hours, and pH was measured by using a pH indicator. Furthermore Streptoccocus dual species biofilm models 16 and 20 hours were made on specimens of enamel, then presented ethanol java turmeric extract (15%) for 4 h and calcium levels were measured by Energy Dispersive X-ray (EDX). Different test performed by Mann Whitney and t-test (independent samples).
Results: Streptoccocus dual species biofilm model could reach critical pH ranging to 14 hours and last up to 24 hours. There are differences in the mean levels of calcium (Wt%) between the control group and treatment group, but the difference was not statistically significant (p> 0.005). Mean difference levels of calcium (Wt%) between treatment groups biofilms 16 hours (27.52 ± 0.89) and 20 hours (24.92 ± 0.85) was statistically significant (p <0.005).
Conclusion: Streptoccocus dual species biofilm model could reach a critical pH after 14 hours. Exposure to ethanol extract of java turmeric did not affect significantly the level of calcium in the enamel surface Streptoccocus dual species biofilms. However, exposure of turmeric extract on different maturity of biofilm, produced difference in the calcium level of enamel surface.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Yuliana
"[Kurkumin merupakan senyawa multipoten yang terdapat dalam tanaman kunyit. Tanaman kunyit banyak terdapat di Indonesia dan negara Asia lainnya. Kunyit sering digunakan sebagai bahan jamu, bumbu masakan, dan perwarna makanan. Meskipun kurkumin telah menunjukkan banyak manfaat, kurkumin masih belum diakui sebagai senyawa obat. Hal ini disebabkan bioavailabilitas kurkumin buruk. Salah satu alasan buruknya bioavailabilitas kurkumin adalah kelarutan kurkumin pada cairan biologis rendah dan stabilitasnya kurang baik. Usaha untuk meningkatkan bioavailabilitas kurkumin telah dilakukan, salah satunya adalah dengan melakukan sintesis analog kurkumin. Substitusi basa Mannich pada senyawa organik dapat meningkatkan kelarutan senyawa tersebut. Berdasarkan pemikiran tersebut, senyawa derivat Mannich dihidropirimidin-2-on kurkumin dicoba untuk disintesis. Percobaan sintesis ini dilakukan melalui tiga tahap reaksi, yaitu (1) sintesis 4,6-dimetil-2-hidroksipirimidin HCl, (2) sintesis dihidropirimidin-2-on kurkumin, dan (3) Substitusi basa Mannich pada dihidropirimidin-2-on kurkumin. Sintesis tahap (1) dilakukan dengan merefluks urea dan asetil aseton dalam pelarut etanol pada suhu 70oC memperoleh rendemen 77,59%; tahap (2) dilakukan dengan merefluks senyawa 4,6-dimetil-2-hidroksipirimidin HCl dengan vanilin dalam campuran pelarut etanol dan toluena pada suhu 100oC memperoleh rendemen 94,81%; tahap (3) dilakukan dengan mengaduk senyawa dihidropirimidin-2-on kurkumin dalam pelarut asam asetat glasial pada suhu 70oC. Dari hasil elusidasi struktur diketahui bahwa produk senyawa sintesis tahap (3) belum diperoleh.

, Curcumin is a multipotent compound contained in turmeric. Turmeric is widely
available in Indonesia and other Asian countries. Turmeric is often used as a
medicinal, seasoning, and food coloring. Although curcumin has shown many
benefits, curcumin is still not recognized as medicinal compounds. This is due to
poor bioavailability of curcumin. The reasons for poor bioavailability of curcumin
are the low solubility of curcumin in biological fluids and poor stability. Attempts
have been done to improve the bioavailability of curcumin, one of which is to
perform synthesis of curcumin analogues. Mannich base substitution in organic
compounds can increase the solubility. Based on that idea, Mannich derivatives of
compounds dihydropyrimidine-2-one tried to be synthesized. This synthesis
experiments conducted through three reaction steps, namely (1) the synthesis of
4,6-dimethyl-2-hydroxypyrimidine HCl, (2) synthesis of dihydropyrimidine-2-one
curcumin, and (3) substitution Mannich bases on dihydropyrimidine-2-one
curcumin , Synthesis stage (1) conducted by refluxing urea and acetyl acetone in
ethanol at 70°C obtained 77.59% yield; Step (2) is carried out by refluxing the
compound 4,6-dimethyl-2-hydroxypyrimidine HCl with vanilin in a solvent
mixture of ethanol and toluene at 100oC obtained 94.81% yield; Step (3) carried
out by stirring dihydropyrimidine-2-one curcumin compound in glacial acetic acid
solvent at 70°C. From the elucidation results, it is known that the product of
synthesis stage (3) has not been obtained.]
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S59207
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gerardo Laudus
"Kurkumin merupakan senyawa aktif dari rhizoma tanaman kunyit Curcuma domestica yang memiliki berbagai aktivitas biologis, seperti: antiinflamasi, antikanker, antioksidan, antibakteri, dan antivirus. Kurkumin aman untuk dikonsumsi dalam jumlah besar, namun belum bisa diterima sebagai obat terapetik karena bioavalabilitas yang rendah akibat kelarutannya dalam air yang sangat rendah. Untuk memperbaiki bioavailabilitas dan bioaktivitas kurkumin, dilakukan percobaan sintesis analog kurkumin baru melalui modifikasi kurkumin pirazol dengan penambahan gugus 1-metilpiperazin. Sintesis dilakukan dalam 2 tahap. Tahap pertama adalah sintesis kurkumin pirazol dari kurkumin dan hidrazin hidrat dalam asam asetat glasial. Tahap ini berhasil mengganti gugus beta diketon menjadi gugus pirazol dengan nilai rendemen dari senyawa crude 63,20. Tahap selanjutnya, kurkumin pirazol direaksikan dengan paraformaldehid dan 1-metilpiperazin dalam asetonitril. Nilai rendemen hasil senyawa murni tahap 2 yang diperoleh sebesar 14,51. Senyawa akhir ini diuji aktivitas antiinflamasinya secara in vitro dengan uji denaturasi albumin telur. Namun, hasil uji yang diperoleh menunjukkan bahwa senyawa turunan basa Mannich 1-metilpiperazin dari kurkumin pirazol bersifat memicu denaturasi albumin telur.

Curcumin is an active compound from turmeric Curcuma domestica which shows many biological activity, such as anti inflammatory, anticancer, antioxidant, antibacterial, and antivirus. Curcumin is safe to be consumed in considerable amount, but still cannot be accepted as a therapeutic drug because of its low bioavailability. A new synthetic modification of curcumin analogue was done to improve its bioavailability and bioactivity. This synthesis was done in 2 steps. Step one was synthesis of curcumin pyrazole by reacting curcumin with hydrazine hydrate in glacial acetic acid. This method was succeeded in replacing beta diketone group with pyrazole group with a crude yield value of 63,20. Next step was reaction of curcumin pyrazole with paraformaldehyde and 1 methylepiperazine in acetonitrile. The yield value of pure final product was 14,51. The final product was tested for its in vitro anti inflammatory activity by egg albumin denaturation test. However, the result shows that 1 methylpiperazine Mannich base of curcumin pyrazole was triggering egg rsquo s albumin denaturation."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69581
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Siti Samiyah
"Latar Belakang: Candida albicans merupakan flora komensal yang dapat berubah menjadi virulen pada keadaan tertentu yang dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan virulensi. Salah satu faktor virulensi C. albicans  adalah kemampuan membentuk biofilm dengan gambaran morfologi yang berubah pada setiap fasenya. Pembentukan biofilm dapat meningkatkan resistensi terhadap agen antijamur. Temulawak merupakan tanaman obat unggulan Indonesia yang diketahui memiliki khasiat antijamur. Tujuan: Mengetahui perkembangan berbagai fase biofilm C. albicans ATCC 10231 setelah paparan ekstrak etanol temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Metode: Uji MTT-assay digunakan untuk mengetahui konsentrasi minimum ekstrak etanol temulawak dalam menghambat pembentukan biofilm C. albicans (KHBM50). Gambaran mikroskopis perkembangan biofilm C. albicans diobservasi dengan menggunakan  Scanning Electron Microscope (SEM). Hasil: Nilai Konsentrasi Inhibisi Biofim Minimal (KHBM50) ekstrak etanol temulawak terhadap biofilm C. albicans ATCC 10231 pada fase awal (adhesi dan proliferasi), fase menengah, dan fase maturasi berturut turut adalah 25%, 35%, dan 40%. Kemampuan ekstrak etanol temulawak dalam menghambat perkembangan biofilm C. albicans  menurun seiring dengan peningkatan fase biofilm.  Pada fase adhesi, morfologi C. albicans ATCC 10231 yang dipaparkan ekstrak etanol temulawak dan nystatin masih berbentuk blastospora, berbeda dengan kontrol negatif yang sudah menunjukkan germinasi. Pada fase proliferasi, menengah, dan maturasi C. albicans ATCC 10231 yang dipaparkan temulawak maupun nystatin menunjukkan adanya pertumbuhan hifa yang lebih pendek namun dengan jumlah dan densitas yang jauh lebih sedikit jika dibanding dengan kontrol negatif. Kesimpulan: Ekstrak etanol temulawak mempengaruhi viabilitas C. albicans ATCC 10231 dan menghambat perkembangan biofilm C. albicans ATCC 10231 dengan cara menghambat pertumbuhan hypha serta menurunkan densitas biofilm. Semakin meningkat fase perkembangan biofilm, dibutuhkan konsentrasi ekstrak etanol temulawak yang lebih tinggi.

Background: Candida albicans is a commensal flora that can turn into virulent in certain circumstances that are influenced by predisposing and virulence factors. One of the virulence factors of C. albicans is the ability to form biofilm with morphologic changes in every phase. Biofilm formation can increase resistance towards antifungal agents. Javanese turmeric is an Indonesian medical plant that is reported to have antifungal effect which can inhibit the development of C. albicans biofilm. Objective: To observe the development of Candida albicans ATCC 10231 biofilm formation after exposed to Javanese turmeric ethanol extract (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Method: MTT-assay was used to measure the minimum inhibitory concentration of Javanese turmeric ethanol extract in inhibiting C. albicans ATCC 10231 biofilm formation (MBIC50). The morphological changes of the various stages of C. albicans biofilm were observed using Scanning Electron Microscope (SEM). Results: The Minimum Biofilm Inhibitory Concentration (MBIC50) of Javanese turmeric ethanol extract towards formation of C. albicans biofilm ATCC 10231 in the early phase (adhesion and proliferation), intermediate phase, and maturation phase as follows; were 25%,  35%, and 40% respectively. In the adhesion phase, the morphology of C. albicans ATCC 10231 exposed javanese turmeric ethanol extract and nystatin is still in the form of blastospores, unlike negative controls that have shown germination. In the proliferation, intermediate, and maturation phase C. albicans ATCC 10231 exposed to Javanese turmeric ethanol extract and nystatin showed the growth of shorther hyphae and slightly lesser amounts and densities compared negative controls. The ability of javanese turmeric ethanol extract in inhibiting the development of C. albicans biofilm decreased along with the increased of biofilm phase. Conclusion:  Javanese turmeric ethanol extract affected the viability of C. albicans cells and inhibit the development of C. albicans biofilm by inhibiting the hyphal formation and decreasing the biofilm density.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annesya Shafira Amartya
"Rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan tanaman obat yang bermanfaat sebagai antioksidan karena mengandung kurkuminoid dan xantorizol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan kombinasi NADES terbaik dan kondisi ekstraksi yang optimum serta membandingkan hasil kadar ekstraksi NADES-UAE dengan hasil kadar ekstraksi etanol-maserasi. Penggunaan NADES berpotensi mengekstraksi senyawa hidrofobik sehingga dilakukan optimasi kondisi ekstraksi agar mendapatkan kondisi optimal untuk mengekstraksi senyawa kurkuminoid dan xantorizol. Komponen NADES yang digunakan adalah kolin klorida dengan gula sederhana (glukosa, fruktosa, dan sukrosa). Optimasi kondisi ekstraksi ditentukan dengan metode Response Surface Methodology menggunakan tiga variabel bebas, yaitu penambahan air pada NADES (10–30%), rasio pelarut dan serbuk (15–25 mL/g), dan waktu ekstraksi (10–30 menit). Penetapan kadar kurkuminoid dan xantorizol dilakukan dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi kolin klorida dan sukrosa mendapatkan hasil yang paling tinggi. Kondisi yang optimum untuk mengekstraksi senyawa kurkuminoid dan xantorizol adalah penambahan air pada NADES 10%, rasio pelarut terhadap serbuk 25 mL/g, dan waktu ekstraksi 20 menit. Hasil ekstraksi maserasi-etanol 96% didapatkan dengan hasil kadar kurkuminoid dan xantorizol yang lebih tinggi dibandingkan NADES-UAE. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan NADES berbasis kolin klorida-sukrosa dapat digunakan sebagai alternatif pelarut organik untuk mengekstraksi senyawa kurkuminoid dan xantorizol.

Javanese turmeric rhizome (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) is a medicinal plant used as an antioxidative agent because it contains curcuminoid dan xanthorrhizol. This research aimed to find the best combination of NADES and the optimal extraction condition and compare the extract level of NADES-UAE with the extract level of ethanol-maceration. NADES has a potential to extract hydrophobic compound, optimization of extraction condition conducted to find an optimal condition for extract curcuminoid and xanthorrhizol. NADES components used are choline chloride and sugar (glucose, fructose, and sucrose). The optimization of extraction condition was conducted using Response Surface Methodology with three variables, namely water percentage (10–30%), ratio of solvent to powder (15–25 mg/L), and extraction time (10–30 minutes). The analysis of curcuminoid and xanthorrhizol was performed using High-Performance Liquid Chromatography. Choline chloride-sucrose showed the highest result for extraction. The optimal conditions were obtained at 10% of water percentage, 25 mL/g ratio of solvent to powder, and 20 minutes of extraction time. The extraction results obtained in the maceration methods with 96% ethanol extract showed the curcuminoid and xanthorrhizol level is higher than NADES-UAE. Based on the result, it can be concluded that choline chloride-sucrose based NADES can be used as an alternative to organic solvent to extract curcuminoid and xanthorrhizol.

"
Depok: Fakultas Farmas Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Kusumaningtyas
"Beberapa penelitian melaporkan bahwa ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) dan ekstrak kulit batang mimba (Azadirachta indica A. Juss) masing-masing menunjukkan aktivitas gastroprotektif baik pada uji preklinik maupun klinik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas gastroprotektif kombinasi ekstrak rimpang kunyit dan kulit batang mimba pada tikus yang diinduksi dengan asetosal. Penelitian ini menggunakan tikus jantan galur Sprague Dawley dengan berat badan 100- 150 gram sebanyak 32 ekor yang dibagi menjadi 8 kelompok dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL); kelompok I, II, III, IV, V, dan VI diberikan kombinasi ekstrak selama 7 hari sebelum diinduksi, kelompok VII sebagai kontrol negatif diberikan CMC 1% selama 7 hari sebelum dinduksi, kelompok VIII sebagai kontrol normal diberikan larutan CMC 1% dan tidak diinduksi dengan asetosal. Delapan jam setelah perlakuan, tikus dibedah dan dilakukan pengujian pada organ lambung meliputi perhitungan indeks ulkus, pemeriksaan keasaman lambung, determinasi mukus, dan pengamatan histologi. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa pemberian kombinasi ekstrak rimpang kunyit (50 mg/kg bb) dan ekstrak kulit batang mimba (250 mg/kg bb) dapat menurunkan indeks ulkus secara signifikan, pembentukan mukus yang tinggi, serta didukung dengan hasil pengamatan histologi, yakni tidak ditemukannya perubahan bentuk dan ukuran sel parietal yang bermakna jika dibandingkan dengan kontrol normal.

Some studies reported that turmeric (Curcuma domestica Val.) rhizome and neem (Azadirachta indica A. Juss) bark extracts which each of them demonstrated strong gastroprotective activities on both preclinical and clinical studies. The objective of this study was to investigate the gastroprotective effect of turmeric rhizome and neem bark extracts on acetosal-induced gastric mucosal lesions in rats. Thirty two male Sprague Dawley rats 100-150 g bw used in the study were divided into 8 groups using Complete Randomized Design (CRD) method; group I, II, III, IV, V and VI received combination extracts orally in various doses for 7 days before acetosal, group VII served as negative control received orally 1% CMC for 7 days before acetosal, group VIII received orally 1% CMC solution and served as normal control. Eight hours after treatment, animals were sacrificed and the stomach were taken to measure ulcer index, gastric acid determination, mucus determination and histology examination. The result suggests that pretreatment with combination of turmeric rhizome (50 mg/kg bw) and neem bark extract (250 mg/kg bw) and was observed significantly reduced the ulcer index, demonstrated high mucus production, also suppported by histopatological examination with no significantly changing on parietal cells microscopic appearance compared with normal control."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S32936
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Brahmantia Brava Prajitno
"Inhibisi merupakan salah satu metode penghambatan laju korosi, salah satu jenis dari inhibitor adalah inhibitor organik yang memiliki sifat biodegradable sehingga bersifat lebih ramah lingkungandan relatif lebih murah dibandingkan inhibitor anorganik.Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari perilaku inhibisi dari campuran ekstrak melinjo dan kunyit pada pipa baja API-5L di lingkungan NaCl 3,5% dengan menggunakan metode kehilangan berat dan polarisasi.
Dalam penelitian ini variasi kadar ekstrak melinjo dan kunyit dicampur dengan berbagai kadar. Sebagai single inhibitor melinjo menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi dari sebagian besar kadar campuran. Pada percobaan polarisasi efisiensi terbaik ada pada campuran 6 ml kedua ekstrak dengan acampuran 8 ml kedua ekstrak sebagai efisiensi kedua terbaik.

Inhibition is one of corrosion protection method, one kind of corrosion inhibitor is organic inhibitor which has biodegradable characteristic thus the inhibitor is environmental friendlier than conventional inorganic inhibitor. This research was done to study the inhibition activity of combination between melinjo and turmeric extract for API-5L steel pipe in NaCl 3,5% environment. Weight loss and polarization method were used to measure the inhibitor efficiency.
In this study concentration of melinjo extract and turmeric extract were varied.It was found that as a single inhibitor melinjo extract has more efficiency than the combination inhibitor. In polarization method it was found that the combination of 6 ml of the two extract has the highest efficiency followed by the combination of 8ml.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59628
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Gabriella Bunga Kartika
"[ABSTRAK
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit mematikan di dunia. Pengembangan ekstrak kunyit sebagai tanaman yang memiliki aktivitas antiproliferasi dan toksisitas rendah dilakukan guna meminimalisasi efek samping terapi kanker. Ekstrak kunyit dienkapsulasi dengan liposom, sebuah vesikel lipid bilayer yang berfungsi sebagai pembawa obat kanker dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh enkapsulasi ekstrak etanol kunyit terhadap aktivitas antiproliferasi sel kanker payudara T47D secara in vitro. Liposom dibuat dengan metode lapis tipis dan dikecilkan ukuran partikelnya dengan ekstrusi. Bahan yang digunakan adalah fosfatidilkolin, kolesterol, dan ekstrak kunyit. Optimasi liposom dibuat dalam tiga formulasi dengan perbedaan jumlah ekstrak. Formulasi paling optimal adalah formulasi dengan jumlah ekstrak paling sedikit, dilihat dari parameter fisik, yaitu endapan paling halus dan waktu pengendapan paling lama. Liposom dievaluasi ukuran partikel dan zeta potensialnya dengan DLS, morfologinya dengan TEM, dan efisiensi penjerapannya dengan dialisis. Formulasi paling optimal diuji aktivitas antiproliferasinya dan dibandingkan dengan ekstrak yang tidak dienkapsulasi liposom dengan metode MTT. Hasilnya terdapat pengaruh penurunan aktivitas antiproliferasi ekstrak yang dienkapsulasi liposom. IC50 liposom ekstrak adalah 45,762 ppm dan IC50 ekstrak adalah 36,399 ppm. Ukuran partikel liposom adalah di bawah 445 nm. Zeta potensial liposom adalah -7,51 mV. Morfologi liposom adalah LUV dan MVV. Efisiensi penjerapan liposom adalah 63,80%.

ABSTRACT
, Breast cancer is one of deadliest diseases in world. Development turmeric extract
as plants that have antiproliferative activity and low toxicity have done to
minimize cancer therapy side effects. Turmeric extract encapsulated with
liposome, a vesicle lipid bilayer that have function as cancer drug carrier in body.
This research aimed to determine encapsulation effect of turmeric ethanol extract
against antiproliferative activity in T47D breast cancer cells through in vitro
assay. Liposomes was made using thin layer method and particle size reduced by
extrusion. Materials was used phosphatidylcholine, cholesterol, and turmeric
extract. Optimization liposomes was made in three formulations with different
numbers of extracts. Most optimal formulation was formulation with minimum
extracts, judging from physical parameters which have smallest precipitates and
longest settling time. Evaluation liposome particle size and zeta potential was
used DLS, morphology was used TEM, and entrapment efficiency was used
dialysis. Most optimal formulation was tested their antiproliferative activity
compared with not encapsulated extracts used MTT method. There was decreased
antiproliferative activity of encapsulated extracts. IC50 encapsulated extracts was
45,762 ppm and IC50 extracts was 36,399 ppm. Liposome particle size was below
445 nm. Zeta potential was -7,51 mV. Morphology was LUV and MVV.
Entrapment efficiency was 63,80%.]
"
2015
S58775
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>