Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Herwandi
"Secara harfiah kaligrafi berasal dari istilah Yunani: kalligraphia (kilos = indah dan cantik, graphein = menulis) yang dapat diartikan sebagai seni menulis indah. Setiap membahas masalah kaligrafi tidak terlepas dari membicarakan tentang tulisan, terutama tulisan yang dibuat seindah mungkin, yang kadang kala disertai dengan dekorasi tambahan. Sementara itu, dalam khasanah ilmu pengetahuan terdapat istilah epigrafi yang membicarakan tentang tulisan. Kedua istilah itu meskipun sama-sama membicarakan tulisan, tetapi sesungguhnya terdapat perbedaan yang jelas yaitu pada penekanannya. Kaligrafi lebih menekankan terhadap tulisan indah sedangkan epigrafi terhadap tulisan (tak peduli indah atau tidak). Dalam epigrafi tak tertutup kemungkinan membicarakan kaligrafi, namun sebaliknya tak semua materi epigrafi dapat dimasukkan dalam bahasan kaligrafi.
Dalam masyarakat Islam, seni kaligrafi memakai huruf Arab yang disebut dengan seni khat, juga menonjolkan keindahan tulisan (Safadi l986: 13; Yudoseputro 1986: 115; Situmorang 1991: 67). Faruqi dan Faruqi (1986, 1999) menjelaskan bahwa kaligrafi Islam meskipun ada di antaranya yang berbentuk figural dan ornamental, namun menekankan terhadap keindahan tulisan berdasarkan estetika Islam, yaitu estetika yang memancing perenungan tentang suatu eksistensi yang lebih tinggi, menghindarkan penikmatnya dari yang personal dan "keduniawian" ke arah pemusatan pemikiran terhadap transendensi vertikal.3
Munculnya huruf Arab tak bisa dilepaskan dari perkembangan lebih lanjut dari huruf Nabatea di wilayah Arabia Utara, yang dapat digolongkan ke dalam kelompok huruf Semit (Baba 1992: 10-11; Wilson 1925: 11), diperkirakan telah muncul bersamaan dengan timbulnya bangsa Nabatea itu sendiri sekitar 150 tahun SM (Safadi 1986: 7-8). Meskipun begitu bukti-bukti arkeologis menunjukan penggunaan huruf Nabatea dalam inskripsi baru dijumpai sekitar abad ke-3 M, dengan ditemukan isnkripsi Umm al-Jima: berangka tahun 250 M, dan sampai abad ke-6 M masih dipergunakan dalam beberapa inskripsi seperti Namarah (328 M),4 Zabad (512 M), dan Haman (568 M), (Safadi 1986: 7-8; Akbar 1995: 12). Inskripsi-inskripsi itu mempunyai hubungan erat dengan muncul dan berkembangnya huruf Arab paling awal yang disebut huruf Jazm.5
Kaligrafi Islam erat kaitannya dengan sejarah muncul dan berkembangnya huruf Arab sampai huruf tersebut dipilih untuk menuliskan Al-Quran dan menjadi alat komunikasi, sehingga menjadi dikenal hampir di seluruh pelosok dunia seiring dengan perkembangan dan dinamika masyarakat Islam. Perkembangan tersebut erat kaitannya dengan tradisi tulis-menulis yang mendapat sokongan tak sedikit dari para intelektual dan penguasa di kota-kota "pusat" budaya Islam di Arabia, Andalusia, Sudan, Persia, bahkan di India dan Gina, sehingga di kota-kota dan wilayah tertentu muncul jenis-jenis tulisan dan huruf yang mampu menjadi identitasnya sendiri.
Kota Makkah dan Madinah dari masa Nabi Muhammad, sebagai pusat kebangkitan Islam banyak dikunjungi dan didiami oleh para intelektual yang berdatangan dari daerah sekitarnya.6 Di kota-kota ini telah hidup tradisi tulis-menulis dengan menggunakan huruf bersudut, yaitu huruf Jazm. Bahkan pada abad ke-7 M atas perintah Khalifah Utsman huruf ini dipergunakan untuk membuat lima salinan Al-Quran yang terkenal dengan ? Usmani dijadikan sebagai naskah baku penyalinan Al-Quran masa berikutnya. Empat dari lima salinan tersebut kemudian dikirim ke wilayah-wilayah yang dianggap penting yaitu ke Madinah, Bashrah, Kufah, dan Syria (Safadi 1986: 9; Sirodjuddin Ar 1992: 61, 72-75)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
D53
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeanett Verica
"[Artikel ini membahas gaya penulisan Djenar Maesa Ayu pada salah satu karyanya yang berjudul ”Nayla”, didasarkan pada konsep l’écriture féminine yang dikemukakan oleh salah satu feminis postmodernisme Prancis, Hélène Cixous. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah profil serta pemikiran Djenar Maesa Ayu dan novel ”Nayla” itu sendiri. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa dalam novel ”Nayla” yang ditulis oleh Djenar Maesa Ayu, konsep l’écriture féminine dapat ditemukan melalui dialog antartokoh serta tulisan-tulisan yang dihasilkan tokoh Nayla. Nayla dalam “Nayla” mencoba mendobrak ideologi patriarkal melalui tulisannya yang ditulis dengan bahasa perempuan.;

This article analyzes the writing style of Djenar Maesa Ayu in one of her novels, “Nayla”. This analysis is based on l’écriture féminine concept, a concept presented by a French postmodernism feminist, Hélène Cixous. The data collected for this analysis is obtained from Djenar Maesa Ayu’s profile, thought, and the novel entitled “Nayla” itself. As the result, this analysis would like to show that in “Nayla”, l’écriture féminine concept can be found within some parts, such as the dialogues and in certain Nayla’s writings. Nayla in “Nayla” tries to against patriarchal ideology with her writing which is written in woman language.;This article analyzes the writing style of Djenar Maesa Ayu in one of her novels, “Nayla”. This analysis is based on l’écriture féminine concept, a concept presented by a French postmodernism feminist, Hélène Cixous. The data collected for this analysis is obtained from Djenar Maesa Ayu’s profile, thought, and the novel entitled “Nayla” itself. As the result, this analysis would like to show that in “Nayla”, l’écriture féminine concept can be found within some parts, such as the dialogues and in certain Nayla’s writings. Nayla in “Nayla” tries to against patriarchal ideology with her writing which is written in woman language., This article analyzes the writing style of Djenar Maesa Ayu in one of her novels, “Nayla”. This analysis is based on l’écriture féminine concept, a concept presented by a French postmodernism feminist, Hélène Cixous. The data collected for this analysis is obtained from Djenar Maesa Ayu’s profile, thought, and the novel entitled “Nayla” itself. As the result, this analysis would like to show that in “Nayla”, l’écriture féminine concept can be found within some parts, such as the dialogues and in certain Nayla’s writings. Nayla in “Nayla” tries to against patriarchal ideology with her writing which is written in woman language.]"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kompas, 2017
808.8 BER
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
R. Djajusman Tanudikusumah
Bandung: Eresco, 1971
340 DJA c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Tran TV, 2002
384.55 JEL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Jenny Basaria
"ABSTRAK
Hasil penelitian menunjkkan bahwa mahasiswa PSB ketika membuat tulisan dalam bahasa Belanda masih sering melakukan kesalahan penggunaan kala. Tetapi secara umum terjadi peningkatan kemampuan penguasaan kala dengan semangkin tingginya tingkat mahasiswa, terbukti dengan semangkin kecilnya presentasi kesalahan sesuai dengan semangkin tingginya tingakat mahasiswa. Kesalahan menggunakan kala OTT tingkat I sebesar 1,16%; tingkat II. 2,8% dan tigkat III. 0,62%. Kesalahan penggunan kala VTT tingkat I sebesar 25,64%: tingkat II 16,13% dan tingkat III 10,81%...

"
1996
S15841
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berk`s, Marjan
Amsterdam: Uitgeverij Atlas, 2009
BLD 839.318 09 BER o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nesbitt, Alexander
New York: Dover Publications , 1957
411 NES h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bickham, George
New York: P. A. Struck, 1941
R 652 BIC u
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Walujo
Jakarta: LEPPENAS, 1981
320.9 IMA d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>