Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Melina Hendratna
"ABSTRAK
Penyakit tuberkulosis paru (TB paru) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Berbagai upaya untuk memberantas penyakit ini telah dijalankan. Salah satu usaha adalah menemukan dan mengobati sumber penularan yaitu penderita dengan kuman tuberkulosis di dalam dahaknya. Yang menjadi masalah, puskesmas sebagai pelaksana program pemberantasan penyakit ini sebagian besar belum mempunyai sarana untuk melakukan pemeriksaan dahak baik secara mikroskopik maupun biakan. Sedangkan cara pengiriman dahak yang biasa dilakukan prosedurnya sulit dan biayanya mahal.
Penelitian ini bertujuan membuktikan bahwa cara pengiriman dahak kering pada kertas saring yang dikirimkan melalui pos merupakan cara pengiriman dahak yang dapat diandalkan.
Hipotesis yang dipakai dalam pene1itian ini adalah tidak terdapat perbedaan yang bermakna hasil pemeriksaan basil tahan asam (BTA) mikroskopik maupun biakan antara dahak segar dan dahak kering yang disimpan pada kertas saring yang dikirimkan nelalui pos.
Bahan penelitian adalah dahak yang berasal dari 100 penderita TB para yang berobat di Rumah Sakit Umum Pasar Reba antara bulan Mei-Agustus 1988. Masing-masing sampel dibagi dua, sebagian diletakkan pada kertas saring untuk kemudian dikirimkan melalui pos dan sebagian lagi tetap di dalam penampungnya. Kelompok sampel yang tetap di dalam penampungnya disebut kelompok kontrol sedangkan yang dikirinkan melalui pos disebut kelompok studi. Kedua kelompok sanpel tersebut dikirimkan ke subBagian Bakteriologi Bagian Patologi Klinik FKUI-RSCM Jakarta untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopik hasil tahan asam (BTA) menakai pewarnaan TAN THIAM HOK (TTH) dan pemeriksaan biakan BTA memakai cara dan media KUDOH. Semua pemeriksaan ini dikerjakan antara bulan Mei-Oktober 1988 di subBagian Bakteriologi Bagian Patologi Klinik FKUI-RSCM Jakarta."
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fachrudin Ali Achmad
"ABSTRAK
Untuk mengetahui hubungan antara variabel demografi, geografi, iklim, sosial ekonomi, fasilitas pelayanan kesehatan mikroskopis dan tenaga kesehatan terlatih dengan jumlah kasus TB paru BTA positif, perlu dilakukan penelitian di Jakarta Selatan tahun 2007-2009 dengan studi ekologi melalui pendekatan spasial dan menggunakan data sekunder. Data diolah secara statistik dengan uji korelasi Pearson, dan analisis spasial dengan tehnik Overlay. Hasil penelitian menunjukkan secara statistik tidak ada korelasi antara variabel yang diteliti, sedangkan secara spasial variabel kepadatan penduduk, keluarga miskin dan fasilitas pelayanan kesehatan mikroskopis berpengaruh terhadap jumlah kasus TB paru BTA positif di Kecamatan Tebet, dan di kecamatan lain variabel tidak berpengaruh.

ABSTRACT
To determine the relationship between demographic variables, geography, climate, socio-economic, microscopic health facilities and health personnel trained with the number of BTA positive pulmonary TB cases, need to do research in South Jakarta in 2007-2009 with a spatial approach to ecological studies and to use secondary data. Data was statistically analyzed by Pearson correlation test, and spatial analysis techniques Overlay. The results showed no statistically significant correlation between the variables studied, whereas the spatially variable population density, poor families and microscopic health facilities effect on the number of BTA positive pulmonary TB cases in the District of Tebet, and in other districts did not influence the variables.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T28839
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Rizkiyani
"Menurut data WHO,Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan Cina untuk jumlah terbanyak kasus TB di dunia. Pada tahun 1993, WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TB karena banyak penderita yang tidak berhasil disembuhkan sehingga pada tahun 1995 program Directlyb served Treatment Shortcourse (DOTS) diberlakukan termasuk di Indonesia dan angka kesembuhan nasional adalah 85%. Berdasarkan laporan tahunan tahun 2006 Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Barat, angka kesembuhan TB Paru BTA positif masih 69,1% dan di Kecamatan Palmerah baru mencapai 64,6%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan kesembuhan penderita TB paru BTA positif di puskesmas wilayah Kecamatan Palmerah tahun 2006.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari kartu pengobatan TB (TB-01) di puskesmas yang ada di Kecamatan Palmerah dengan desain studi crosssectional. Sampel penelitian berasal dari seluruh penderita TB paru BTA positif yang tercatat dalam formulir TB-01 pada tahun 2006. Analisis univariat bertujuan untuk menggambarkan distribusi frekuensi variabel dependen (kesembuhan) maupun variabel independen. Sedangkan analisis bivariat bertujuan untuk menjelaskan besarnya risiko (prevalenceratio) antara variabel independen dengan variabel dependen.
Hasilnyamenunjukkanbahwasebagianbesaradalahpenderitausiaproduktif(87,6%),penderita laki-laki (60,8%), penderitabaru (89,7%), penderita yang teratur berobat (83,5%), penderita yang taat memeriksakan dahak ulang (55,7%), penderita yang memiliki PMO (85,6%), penderita yang PMOnya berasal dari keluarga (96,4%), dan penderita yang jarak tempat tinggalnya dekat dengan puskesmas (91,8%). Sedangkan kekuatan hubungan yang paling besar untuk menentukan besarnya risiko adalah variabel keteraturan berobat (PR=9,9;CI=1,5-66,4).
Peran PMO sangat penting untuk proses kesembuhan seorang penderita TB BTA positif karena hanya TB BTA positif yang dapat menularkan penyakit tuberkulsis ke orang lain. Sehingga penyuluhan yang efektif untuk penderita maupun PMO sangat diperlukan, dan diharapkan petugas kesehatan lebih selektif dalam memilih PMO, jadi pemilihan PMO bukan hanya untuk dijadika nformalitas saja."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eni Istita
"Tuberkulosis ditetapkan sebagai penyebab kematian akibat agen infeksi tunggal terbesar kedua di dunia pada tahun 2022. Indonesia menempati peringkat kedua kasus tuberkulosis tertinggi di dunia, dengan kasus mencapai 724.309. Pada tahun 2021-2022, terdapat peningkatan 79,61% kasus tuberkulosis di Kecamatan Cilodong, Kota Depok. Kenaikan kasus tersebut mengakibatkan tingginya risiko penularan, sehingga diperlukan perilaku kesehatan untuk mencegah penularan tuberkulosis. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penularan tuberkulosis paru di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cilodong tahun 2024. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Data dikumpulkan dari lembar kuesioner 100 responden. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata perilaku masyarakat terhadap pencegahan penularan tuberkulosis dalam skala 100 adalah 80,3. Variabel yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penularan tuberkulosis paru meliputi jenis kelamin, pendapatan keluarga, pengetahuan, persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, isyarat untuk bertindak, dan efikasi diri, dengan nilai-p < 0,05. Usia tidak memiliki hubungan dengan perilaku pencegahan penularan tuberkulosis paru. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemberian informasi mengenai tuberkulosis paru kepada masyarakat dengan cakupan lebih luas agar dapat menekan angka kasus tuberkulosis.

Tuberculosis was the second leading cause of death from a single infectious agent globally in 2022. Indonesia ranked second worldwide for the highest number of tuberculosis cases, with 724,309 cases. In 2021-2022, there was a 79.61% increase in tuberculosis cases in Cilodong District, Depok City. This rise led to a high risk of transmission, necessitating health behaviors to prevent tuberculosis transmission. This study aims to analyze factors related to pulmonary tuberculosis transmission prevention behaviors in the working area of the UPTD Puskesmas Cilodong in 2024. The study used a quantitative method with a cross-sectional design. Data were collected from questionnaires distributed to 100 respondents. The average score for community behavior towards preventing tuberculosis transmission was 80.3 out of 100. Variables related to pulmonary tuberculosis transmission prevention behavior included gender, family income, knowledge, perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, cues to action, and self-efficacy, with a p-value < 0.05. Age did not relate to prevention behavior. Therefore, providing broader information about pulmonary tuberculosis to the society is necessary to help reduce tuberculosis cases. Public awareness and education efforts are crucial to mitigating the spread of this disease."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Vidiawaty
"Penyakit Tuberkulosis paru TB paru masih menjadi penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia, termasuk Indonesia. Angka penemuan kasus TB paru di wilayah Kecamatan Duren Sawit berada di urutan ketiga tertinggi yang ada di Kotamadya Jakarta Timur, yaitu mencapai 249 jiwa. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TB paru.Desain penelitian yang digunakan adalah kasus kontrol dengan jumlah sampel sebanyak 110 responden. Sampel penelitian terdiri dari 55 kelompok kasus dan 55 kelompok kontrol. Sampel yang digunakan adalah pasien yang terdata dan terdiagnosa sesuai dengan konfirmasi laboratorium di Puskesmas. Sampel berusia minimal 15 tahun, bertempat tinggal di wilayah Kecamatan Duren Sawit dan tidak merenovasi rumah sebelum terdiagnosa TB paru. Kriteria kasus adalah pasien Puskesmas yang terdiagnosa TB paru BTA sedangkan kriteria kelompok kontrol adalah pasien Puskesmas yang dinyatakan TB paru BTA - oleh petugas Puskesmas.Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian TB paru di wilayah Kecamatan Duren Sawit adalah jenis kelamin OR 4,3; 95 CI 1,9-9,9 , tingkat pendidikan OR 4,2; 95 CI 1,9-9,4 , pekerjaan OR 3,2; 95 CI 1,3-7,7 , perilaku merokok OR 3,3; 95 CI 1,5-7,6 , pencahayaan OR 17,5; 95 CI 6,0-51,1 , suhu OR 6,6; 95 CI 2,9-15,4 , kepadatan hunian OR 9,5; 95 CI 4,0-22,6.

Pulmonary tuberculosis TB is still the cause of the high number of morbidity and mortality in the world, including Indonesia. The number of pulmonary tuberculosis cases found in Duren Sawit subdistrict is the third highest in East Jakarta, reaching 249 people. The purpose of this study is to analyze factors related to pulmonary TB occurance.The research design used was case control with total 110 respondents. The study sample consisted of 55 case groups and 55 control groups. The samples used were patients who were recorded and diagnosed in accordance with laboratory confirmation at the Puskesmas Central Public Health . The sample is at least 15 years old, living in Duren Sawit sub district and not renovating the house before being diagnosed with pulmonary tuberculosis. Case criteria were Puskesmas Central Public Health patients who were diagnosed with pulmonary tuberculosis while the control group criteria were Puskesmas Central Public Health patients who have been declared pulmonary TB AFB by Puskesmas Central Public Health officers.The results of this study indicated that the risk factors affecting pulmonary TB occurance in Duren Sawit sub district are gender OR 4.3, 95 CI 1.9 9.9 , education level OR 4.2, 95 CI 1.9 9.4 , occupations OR 3.2, 95 CI 1.3 7.7 , smoking behavior OR 3.3, 95 CI 1.5 7.6 , exposure OR 9,5 95 CI 6,0 51,1 , temperature OR 6,6,95 CI 2,9 15,4 , occupancy density OR 9,5 95 CI 4, 0 22,6. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69011
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arinil Haq
"ABSTRAK
Tuberkulosis adalah penyakit yang menjadi salah satu perhatian global. Berbagai faktor dapat meningkatkan kejadian TB dan mempermudah penularan, salah satunya adalah faktor lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara ketinggian wilayah, kepadatan penduduk, dan rumah sehat dengan proporsi TB paru BTA positif di Kota Pariaman, Bukittinggi, dan Dumai tahun 2010-2016. Penelitian ini merupakan studi ekologi. Data kasus TB Paru BTA positif yang tercatat di Dinas Kesehatan Kota Pariaman, Bukittinggi, dan Dumai diolah secara agregat pada setiap kecamatan di wilayah Kota Pariaman, Bukittinggi, dan Dumai tahun 2010 sampai 2016. Sumber data pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota; Badan Pusat Statistik; serta Badan Informasi Geospasial. Data dianalisis dengan uji statistik dan analisis spasial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara ketinggian wilayah dengan proporsi TB paru BTA positif di Kota Bukittinggi dengan kekuatan hubungan yang kuat dan berpola negatif. Terdapat korelasi antara ketinggian wilayah dengan proporsi kasus TB paru BTA positif di Kota Pariaman, Bukittinggi dan Dumai ketika di analisis secara bersamaan. Tidak terdapat korelasi antara kepadatan penduduk dan rumah sehat dengan proporsi TB paru BTA positif di Kota Pariaman, Bukittinggi, dan Dumai tahun 2010-2016. Perlu adanya penyesuaian prioritas program yang ada sesuai dengan kondisi wilayah kota masing-masing berdasarkan ketinggian.

ABSTRACT
Tuberculosis is a disease that has become one of the global concerns. Various factors can increase the incidence of TB and facilitate transmission, one of which is environmental factors. This study aimed to determine the correlation between altitude, population density, and healthy homes with the proportion of smear positive pulmonary TB in Pariaman, Bukittinggi and Dumai in 2010 2016. This study is an ecological study. The data of smear positive pulmonary TB cases recorded in Public Health Office were processed in aggregate at each sub district in Pariaman, Bukittinggi and Dumai areas in 2010 until 2016. Data source in this research is secondary data obtained from Public Health Office Central Bureau of Statistics as well as the Geospatial Information Agency. Data were analyzed by statistical test and spatial analysis. The results of this study indicate that there is a correlation between altitude with the proportion of smear positive pulmonary TB in Bukittinggi with the strength of a strong relationship and a negative pattern. There is a correlation between altitude with the proportion of smear positive pulmonary TB in Pariaman, Bukittinggi and Dumai. There is no correlation between population density and healthy homes with proportion of smear positive pulmonary TB in Pariaman, Bukittinggi and Dumai in 2010 2016. It is necessary to adjust the priority of existing programs in accordance with the conditions of each city areabased on altitude."
Depok: 2018
T50109
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Khomeini Takdir
"ABSTRAK
Pendahuluan:
Interferon gamma (IFN-γ) merupakan sitokin penting dalam upaya mengeliminasi M. tuberculosis. Kadar IFN-γ pada pasien tuberkulosis (TB) ditemukan meningkat dan akan mengalami penurunan setelah menjalani terapi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kadar IFN-γ serum dan derajat kepositifan sputum basil tahan asam (BTA).
Metode:
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode rancangan potong lintang (cross sectional study). Penelitian dilakukan di RS. Wahidin Sudirohusodo dan RS. Labuang Baji Makassar mulai Juni 2013 sampai Maret 2014. Sampel dipilih dengan metode convenience accidental sampling. Sampel yang dianalisis berupa plasma penderita TB paru dan orang sehat di masyarakat yang diukur dengan teknik analisis Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis menggunakan SPSS for windows versi 17.0.
Hasil:
Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 88 subjek dengan 50 subjek TB paru dan 38 subjek kontrol. Berdasarkan pemeriksaan sputum BTA, ditemukan 4 (8%) subjek dengan BTA negatif, 7 (14%) subjek dengan 1 sampel BTA positif, 17 (34%) subjek dengan 2 sampel BTA positif, dan 22 (44%) subjek dengan 3 sampel BTA positif. Didapatkan kecenderungan peningkatan kadar IFN-γ seiring meningkatnya derajat kepositifan sputum BTA. Terdapat perbedaan bermakna kadar serum IFN-γ dengan derajat kepositifan sputum BTA pada pasien TB paru kasus baru.
Simpulan:
Kadar IFN-γ serum cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya derajat kepositifan sputum BTA."
Jakarta: Bidang Penelitian dan Pengembangan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
610 JPDI 5:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
M. Ali Hanafiah
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T57285
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Kiranti
"Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular yang berakibat fatal jika tidak segera disembuhkan. Pada tahun 2022 tingkat keberhasilan pengobatan tuberkulosis Provinsi DKI Jakarta sebesar 81% sedangkan target nasional sebesar 90%. Untuk meningkatkan cakupan keberhasilan pengobatan diperlukan upaya penanggulangan tuberkulosis. Agar upaya penanggulangan tuberkulosis berjalan efektif dan efisien, maka perlu manajemen program yang tepat. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran manajemen program penanggulangan tuberkulosis di Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu kualitatif dengan metode wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling yaitu menentukan informan yang dapat memberikan informasi atau data dengan mempertimbangkan aspek kesesuaian dan kecukupan mengenai masalah yang diteliti. Validasi data menggunakan triangulasi sumber dengan wawancara bersama berbagai macam informan dan triangulasi metode dengan telaah dokumen serta observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam manajemen program penanggulangan tuberkulosis, terdapat permasalahan diantaranya yaitu keterbatasan kader untuk melakukan investigasi kontak, terbatasnya tenaga pencatatan dan pelaporan pada fasyankes, masih terdapat fasyankes melaksanakan diagnosis TB tidak sesuai standar, belum terintegrasinya SITB dengan SITK, dan masih terbatasnya layanan untuk TB-RO. Untuk sarana dan prasarana telah tersedia dengan baik dan cukup. Saran yang dapat diberikan yaitu mengoptimalkan peran kader untuk melakukan investigasi kontak, menyediakan tenaga pencatatan dan pelaporan selain perawat dan tenaga yang bertugas dalam layanan TB di fasyankes, menyebarkan informasi terbaru kepada fasyankes melalui sosialiasi, segera mengintegrasikan SITB dengan SITK dan melakukan koordinasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan swasta untuk membuka layanan TB-RO.

Tuberculosis is one of the infectious diseases that is fatal if not cured immediately. In 2022, the success rate of tuberculosis treatment in DKI Jakarta Province is 81%, while the national target is 90%. To increase the scope of successful treatment, efforts to overcome tuberculosis are needed. In order for tuberculosis control efforts to run effectively and efficiently, proper program management is needed. Therefore, this study aims to determine the management picture of tuberculosis control programs at the DKI Jakarta Provincial Health Office. The type of research used in this research is qualitative with in-depth interview methods, observation and document review. Determination of informants using purposive sampling techniques, namely determining informants who can provide information or data by considering aspects of suitability and adequacy regarding the problem under study. Data validation using source triangulation by interviewing various informants and method triangulation with document review and observation. The results showed that in the management of the tuberculosis control program, there are problems including limited cadres to conduct contact investigations, limited recording and reporting personnel at health facilities, there are still health facilities carrying out TB diagnosis not according to standards, not yet integrated SITB with SITK, and still limited services for MDR-TB (multidrug-resistant tuberculosis). For facilities and infrastructure aspects are well and adequately available. Suggestions that can be given are optimizing the role of cadres to conduct contact investigations, providing recording and reporting personnel in addition to nurses and personnel on duty in TB services at health facilities, disseminating the latest information to health facilities through socialization, immediately integrating SITB with SITK and also coordinating with private health service facilities to open MDR-TB services."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astuti Yuni Nursasi
"[Pengendalian TB paru di Kota Depok masih berorientasi pada pelaksanaan program pengendalian TB nasional, belum terintegrasi dengan pelaksanaan Perawatan Kesehatan Masyarakat sehingga klien TB belum mandiri melakukan perawatan TB. Model P2K3 dikembangkan berdasarkan integrasi model perawatan diri, model perawatan berbasis komunitas dan pendekatan perawatan yang berpusat pada klien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pemberdayaan perawat, kader, keluarga dan klien (P2K3) terhadap tingkat kemandirian klien dalam perawatan TB Paru, menggunakan desain kuasi eksperimen pre-post test pada dua kelompok. Penelitian dilakukan di 15 wilayah kerja Puskesmas di Kota Depok dengan kasus TB tertinggi. Penelitian terdiri dari tahap pengembangan model dan pengujian efektivitas model. Sampel diambil secara purposif sebanyak 108, terdiri dari 54 kelompok kontrol dan 54 kelompok intervensi. Hasil menunjukkan model P2K3 efektif untuk meningkatkan kemandirian klien TB Paru sebesar 40,2%. Penerapan model ini perlu didukung dengan kebijakan pelayanan kesehatan dari Dinas Kesehatan. Model P2K3 dan modulnya direkomendasikan digunakan oleh perawat di komunitas sebagai acuan pemberdayaan kader, keluarga dan klien TB Paru;

Pulmonary tuberculosis control in Depok has not been integrated to the implementation of the Community Health Care Program, so that the clients? self-care independence in their TB treatment still low. The nurse, community workers, family and clients empowerment model was developed based on integration of self-care model, community based care model, and patient centered care approach. This study aims to determine the effectiveness of nurse, health volunteers, family and clients empowerment model to the level of pulmonary tuberculosis clients? self-care independence that applied quasi-experimental design with nonequivalent group pretest-posttest method. This study consisted of model development and testing of the model?s effectiveness. It was held in 15 areas of Public Health Centers in Depok that have high prevalence of TB cases. The samples size were 108 that taken purposively. It was consisted of 54 the control group and 54 intervention group. The result showed that the model is effective for improving pulmonary tuberculosis clients? level of self-care independence as 40,2%. The application of this model needs to be supported by the policy of the Health Office Authority. This model was recommended to implement by nurses in the community as referral to empower community workers, family and pulmonary TB clients;Pulmonary tuberculosis control in Depok has not been integrated to the implementation of the Community Health Care Program, so that the clients’ self-care independence in their TB treatment still low. The nurse, community workers, family and clients empowerment model was developed based on integration of self-care model, community based care model, and patient centered care approach. This study aims to determine the effectiveness of nurse, health volunteers, family and clients empowerment model to the level of pulmonary tuberculosis clients’ self-care independence that applied quasi-experimental design with nonequivalent group pretest-posttest method. This study consisted of model development and testing of the model’s effectiveness. It was held in 15 areas of Public Health Centers in Depok that have high prevalence of TB cases. The samples size were 108 that taken purposively. It was consisted of 54 the control group and 54 intervention group. The result showed that the model is effective for improving pulmonary tuberculosis clients’ level of self-care independence as 40,2%. The application of this model needs to be supported by the policy of the Health Office Authority. This model was recommended to implement by nurses in the community as referral to empower community workers, family and pulmonary TB clients;Pulmonary tuberculosis control in Depok has not been integrated to the implementation of the Community Health Care Program, so that the clients’ self-care independence in their TB treatment still low. The nurse, community workers, family and clients empowerment model was developed based on integration of self-care model, community based care model, and patient centered care approach. This study aims to determine the effectiveness of nurse, health volunteers, family and clients empowerment model to the level of pulmonary tuberculosis clients’ self-care independence that applied quasi-experimental design with nonequivalent group pretest-posttest method. This study consisted of model development and testing of the model’s effectiveness. It was held in 15 areas of Public Health Centers in Depok that have high prevalence of TB cases. The samples size were 108 that taken purposively. It was consisted of 54 the control group and 54 intervention group. The result showed that the model is effective for improving pulmonary tuberculosis clients’ level of self-care independence as 40,2%. The application of this model needs to be supported by the policy of the Health Office Authority. This model was recommended to implement by nurses in the community as referral to empower community workers, family and pulmonary TB clients, Pulmonary tuberculosis control in Depok has not been integrated to the implementation of the Community Health Care Program, so that the clients’ self-care independence in their TB treatment still low. The nurse, community workers, family and clients empowerment model was developed based on integration of self-care model, community based care model, and patient centered care approach. This study aims to determine the effectiveness of nurse, health volunteers, family and clients empowerment model to the level of pulmonary tuberculosis clients’ self-care independence that applied quasi-experimental design with nonequivalent group pretest-posttest method. This study consisted of model development and testing of the model’s effectiveness. It was held in 15 areas of Public Health Centers in Depok that have high prevalence of TB cases. The samples size were 108 that taken purposively. It was consisted of 54 the control group and 54 intervention group. The result showed that the model is effective for improving pulmonary tuberculosis clients’ level of self-care independence as 40,2%. The application of this model needs to be supported by the policy of the Health Office Authority. This model was recommended to implement by nurses in the community as referral to empower community workers, family and pulmonary TB clients]
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
D2005
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>