Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bagyo Witjaksono
"ABSTRAK
Untuk menekan laju pertambahan penduduk Indonesia yang cepat yaitu 2,32 pertahun diperlukan usaha menurunkan angka kelahiran melalui Program Nasional Keluarga Berencana (PHKB). Dalam pelaksanaannya PHKB mengalami banyak hambatan karena belum ditemukannya kontrasepsi ideal yang bebas dari efek samping dan kegagalan. Beberapa peneliti melaporkan adanya perubahan-perubahan faktor pembekuan darah karena efek estrogen yang ada dalam kontrasepsi pil. Sedangkan efek progesteron lebih sedikit dibandingkan estrogen.
Penelitian ini bertujuan menyelidiki pengaruh pemakaian kontrasepsi Norplant yang berisi hormon progesteron terhadap parameter pembekuan darah, disamping itu untuk bahan perbandingan dilakukan penelitian pada kelompok pemakai kontrasepsi pil kombinasi.
Penelitian dilakukan pada 6 kelompok individu. Kelompok 1 (kontrol) terdiri dari 25 orang diambil dari donor darah PHI dan paramedis RSCH. Kelompok 2 sampai dengan 5 adalah pemakai kontrasepsi Horplant 2th,3th,4th dan 5 th dari Klinik Raden Saleh. Kelompok 2 dan 3 masing-masing 25 orang sedangkan kelompok 4 dan 5 masing-musing 20 orang. Kelompok 6 terdiri dari 25 orang pemakai kontrasepsi pil kombinasi Noriday 5 th dari Rumah Sakit AURI Halim. Terhadap masing-masing kelompok diperiksa masa protrombin plasma, masa tromboplastin parsial teraktivasi, kadar fibrinogen, aktivitas AT III, aktivitas F VII dan X. Perbandingan antara masing-masing kelompok dilakukan dengan uji statistik anova dan Scheffe 5 test. Pemeriksaan dilakukan antara bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 1987 di Bagian Patologi Klinik FKUI-RSCH Jakarta.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa pada pemakaian Norplant selama 5 tahun semua parameter pembekuan darah yang diperiksa tidak berbeda bermakna dengan kontrol walaupun ada kecenderungan pemendekan masa protrombin plasma dan masa tromboplastin parsial teraktivasi, peningkatan kadar fibrinogen dan penurunan aktivitas AT III. Selain itu pada pemakaian kontrasepsi pil kombinasi semua parameter pembekuan darah yang diperiksa berbeda bermakna bila dibandingkan kelompok kontrol.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pemakaian Horplant aman sampai dengan 5 tahun. Setelah 5 tahun dianjurkan pemeriksaan masa protrombin plasma, masa tromboplastin parsial teraktivasi, kadar fibrinogen dan aktivitas AT III secara berkala tiap tahun sekali.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Norplant lebih aman daripada kontrasepsi pil kombinasi.
"
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayuningsih Dharma Setiabudy
Depok: UI-Press, 2005
PGB 0053
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Priyana
"Permasalahan
Jumlah penduduk di kota kota besar di Indonesia khususnya di Jakarta meningkat dengan pesat dari tahun ke tahun. Kepadatan lalu lintas yang meningkat cenderung meningkatkan angka kecelakaan lalu lintas. Akibatnya kebutuhan akan darah transfusi juga turut meningkat. Hal tersebut terbukti dari meningkatnya jumlah permintaan akan darah transfusi baik di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) maupun di Palang Merah Indonesia (PMI). Selain untuk mengatasi perdarahan akibat kecelakaan lalu lintas, banyak keadaan lain yang memerlukan darah seperti perdarahan pada persalinan dan operasi. Pada beberapa penyakit hanya diperlukan bagian tertentu dari darah, oleh karena itu dilakukan usaha pemisahan darah menjadi komponen-komponen darah seperti konsentrat sel darah merah, konsentrat trombosit, konsentrat leukosit dan plasma. Dengan memisahkan darah menjadi komponen-komponen darah, maka pemakaian darah dapat lebih efisien, karena 1 kantung darah donor dapat digunakan oleh beberapa penderita sesuai dengan kebutuhan.
Di Indonesia darah untuk transfusi disediakan dan diproses oleh Lembaga Transfusi Darah Palang Merah Indonesia DKI Jakarta (LTD PMI DKI Jakarta). Darah tersebut berasal dari para donor sukarela yang dengan ikhlas menyumbangkan darahnya demi kemanusiaan. Untuk memenuhi permintaan darah yang makin meningkat, LTD PMI berusaha meningkatkan jumlah produksinya dengan meningkatkan jumlah donor darah (tabel 1 dan 2).
Agar dapat melayani permintaan darah setiap waktu, LTD harus mempunyai persediaan darah yang disimpan. Darah simpan ini diperlukan pada saat kebutuhan meningkat, pada saat jumlah donor menurun seperti pada bulan puasa dan untuk memenuhi permintaan akan golongan darah yang langka.
Walaupun LTD PMI DKI Jakarta telah berhasil meningkatkan jumlah produksinya untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat, tetapi kualitas produk PMI belum pernah diteliti. Padahal seperti pada pengobatan lain, keberhasilan pemberian darah atau komponennya tidak hanya tergantung pada kuantitasnya saja tetapi juga dari kualitasnya (1,2,3)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T5396
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fenny Yunita
"Indonesia tercatat sebagai negara dengan kass demam berdarah dengue tertinggi di Asia Tenggara. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan keadatan penduduk. Carica papaya L. yang termasuk dalam suku Caricaceae adalah tanaman yang dibudidayakan secara luas di Indonesia dan memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Bagian daun diyakini dapat meningkatkan jumlah trombosit dan bermanfaat bagi pasien demam dengue, namun bukti-bukti ilmiah masih sedikit.
Penelitian ini bertujuan membuktikan pengaruh kapsul ekstrak daun C. papaya bagi pasien demam dengue. Penelitian menggunakan desain Expertimental Randomized Clinical Trial, dengan sampel berjumlah 80 subyek yang dibagi menjadi 2 kelompok masing-masing 40 subyek, terdiri atas kelompok kontrol dan perlakuan (mendapat kapsul ekstrak daun C. papaya 3 kali 2 kapsul sehari).
Hasil penelitian menunjukkan kapsul ekstrak daun C. papaya dapat meningkatkan jumlah trombosit (p value = 0,0001), mempertahankan stabilitas hematokrit pada nilai normal, mempersingkat masa rawat inap (p value = 0,0001) pasien dengue, serta mempercepat peningkatan jumlah trombosit dibandingkan dengan kelompok kontrol."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T29989
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Purwanto
"Agregasi trombosit perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan resiko
serangan jantung dan stroke. Agregasi trombosit merupakan peristiwa ..
penempelan trombosit satu dengan yang lainnya sehingga menimbulkan
gumpalan.
Obat-obatan untuk mengatasi agregasi trombosittelah banyak tersedia di
pasaran tetapi beberapa di antaranya masih berharga cukup mahal. Selain itu
ada efek samping cukup serius yang dapat ditimbulkan. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan alternatif lain obat-obatan anti agregasi trombosit. Salah satunya
yang berasal dari bahan alam. Telah diteliti adanya aktiv,itas anti agregasi
trombosit dari beberapa tanaman yang diperkirakan mampu menghambat
agregasi trombosit.
Penelitian dilakukan terhadap 10 macam tanaman yang diketahui
berkhasiat obat yaitu : kucai, bawang lokio, daun salam, kumis kucing,
temulawak, seledri, tapak dara, daun dewa, cincau, dan kemangi dengan terlebih dahulu membuat ekstrak etanol dari tanaman4anaman tersebut. Selain itu
digunakan pula Platelet Rich Plasma (PRP) yang didapat dari darah kelinci. Bila
suatu:pengi_nd"Yksi .. ditambahkan ke PRP maka PRP akan mengendap akibat
agr,egasj trombosit. Proses agregasi ini kemudian coba dihambat dengan
pemberjan ~kstrak tanaman. Untuk melihat proses ini digunakan suatu alat yang
disebut agregometer. Dari pengukuran diketahui ada 5 tanaman yang
memberikan aktivitas anti agregasi trombosit yaitu kucai, bawang lokio, seledri,
tapak dara dan cincau. Dari 5 tanaman tersebut cincau -ternyata memberikan
aktivitas yang paling baik dibandingkan dengan aspirin. Tanaman tersebut
kemudian difraksinasi dengan kromatografi kolom untuk kemudian diuji kembali
aktivitasnya . Dari hasil uji aktivitas diketahui bahwa 5 dari 7 fraksi yang diuji
menunjukkan adanya aktivitas anti agregasi trombosit"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evira Putricahya, authot
"Human platelet antigen (HPA) merupakan salah satu antigen yang berpengaruh dalam keberhasilan transfusi trombosit, selain human leukocyte antigen (HLA). Ketidakcocokkan HPA akan menyebabkan platelet transfusion refractoriness (PTR). Berdasarkan penelitian sebelumnya, diketahui bahwa HPA alel 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 15 sering dikaitkan dengan proses terjadinya PTR. Penelitian bertujuan untuk mengetahui frekuensi gen pada HPA alel 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 15 pada populasi Indonesia dan membuat panel data HPA alel 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 15 dari donor, khususnya donor lestari, untuk peningkatan pelayanan transfusi trombosit di Indonesia. Genotyping dilakukan dengan menggunakan metode polymerase chain reaction- sequence specific primer (PCR-SSP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada populasi Indonesia, frekuensi gen HPA 1a dan 1b sebesar 0,97% dan 0.03%; frekuensi gen HPA 2a dan 2b sebesar 0,94% dan 0,06%; frekuensi gen HPA 3a dan 3b sebesar 0,52% dan 0,48%; frekuensi gen HPA 4a dan 4b sebesar 0,95% dan 0,05%; frekuensi gen HPA 5a% dan 5b% sebesar 0,97% dan 0,03%; frekuensi gen HPA 6a dan 6b sebesar 0,95% dan 0,05%; dan frekuensi gen HPA 15a dan 15b sebesar 0,51% dan 0,49%.

Human platelet antigen (HPA) is one of the antigens that influences the success of platelet transfusion, in addition to human leukocyte antigen (HLA). Human Platelet Antigen mismatch leads to platelet transfusion refractoriness (PTR). Based on previous research, it is known that the HPA alleles of 1, 2, 3, 4, 5, 6, and 15, are linked to the PTR process. This aims of this research are to determine the genotypes of HPA alleles 1, 2, 3, 4, 5, 6, and 15, and also to estimate the frequency of those alleles in Indonesia. The results will be put into the data panel, for improvement in platelet transfusion services for sustainable donors. Polymerase Chain Reaction-Sequence Specific Primers (PCR-SSP) was used in this research for allele detection. The result shows the frequency of those alleles are as follows; the frequency of HPA gene 1a and 1b are 0.97 and 0.03; HPA gene 2a and 2b are 0.94 and 0.06, HPA gene 3a and 3b are 0.52 and 0.48, HPA gene 4a and 4b are 0.95 and 0.05, GPA gene 5a and 5b are 0.97 and 0.03, HPA gene 6a and 6b are 0.95 and 0.05, and HPA gene 15a and 15b are 0.51 and 0.49.;Human platelet antigen (HPA) is one of the antigens that influences the success of
platelet transfusion, in addition to human leukocyte antigen (HLA). Human
Platelet Antigen mismatch leads to platelet transfusion refractoriness (PTR).
Based on previous research, it is known that the HPA alleles of 1, 2, 3, 4, 5, 6, and
15, are linked to the PTR process. This aims of this research are to determine the
genotypes of HPA alleles 1, 2, 3, 4, 5, 6, and 15, and also to estimate the
frequency of those alleles in Indonesia. The results will be put into the data panel,
for improvement in platelet transfusion services for sustainable donors.
Polymerase Chain Reaction-Sequence Specific Primers (PCR-SSP) was used in
this research for allele detection. The result shows the frequency of those alleles
are as follows; the frequency of HPA gene 1a and 1b are 0.97 and 0.03; HPA gene
2a and 2b are 0.94 and 0.06, HPA gene 3a and 3b are 0.52 and 0.48, HPA gene 4a
and 4b are 0.95 and 0.05, GPA gene 5a and 5b are 0.97 and 0.03, HPA gene 6a
and 6b are 0.95 and 0.05, and HPA gene 15a and 15b are 0.51 and 0.49.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52929
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willy
"Latar Belakang: Pelepasan gelembung gas inert akibat supersaturasi jaringan dengan perubahan tekanan dipercaya sebagai penyebab decompression sickness. Gelembung gas dapat dideteksi melalui USG Doppler tetapi sensitivitas dan spesifisitas terhadap decompression sickness dipertanyakan. Perubahan fisiologis tubuh berupa peningkatan agregasi trombosit diduga berperan dalam terjadinya decompression sickness. Peningkatan agregasi trombosit terbukti pada penyelaman 60 msw.
Tujuan: untuk membuktikan penyelaman tunggal dekompresi 280 kPa dapat mengakibatkan peningkatan agregasi trombosit.
Metode: Penelitian eksperimental desain cross over dengan melibatkan delapan belas penyelam laki-laki dislambair. Semua penyelam akan melakukan penyelaman kering dengan udara pada tekanan 280 kPa selama 80 menit dengan kontrol masuk ke dalam RUBT tanpa ditekan pada periode pertama. Pada periode kedua kelompok perlakuan dan kontrol ditukar. Prosedur dekompresi disesuaikan dengan prosedur tabel dekompresi US Navy Revisi 6. Pengambilan darah dilakukan sebelum perlakuan, setelah periode pertama, dan setelah periode kedua. Pemeriksaan agregasi trombosit menggunakan induktor ADP, kolagen dan epinefrin.
Hasil: Setelah penyelaman tunggal dekompresi 280 kPa selama 80 menit secara signifikan meningkatkan persentase agregasi maksimal trombosit dengan induktor ADP dari 86.94 ± 4.11 menjadi 90.46 ± 3.41, dengan induktor kolagen dari 91.94 ± 2.62 menjadi 94.69 ± 2.25, dan induktor epinefrin dari 86.65 (22.10-93.8) menjadi 90.25 (31-95.9) pada kelompok sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Tidak ditemukan peningkatan signifikan persentase agregasi maksimal trombosit pada kelompok sebelum perlakuan dengan kontrol.
Kesimpulan: Penyelaman tunggal dekompresi 280 kPa selama 80 menit meningkatkan persentase agregasi maksimal trombosit dengan induktor ADP, kolagen, dan epinefrin.

Background: The release of inert gas bubbles due to changes in tissue?s supersaturating with pressure change is believed to be the cause of decompression sickness. Gas bubbles can be detected by Doppler ultrasonography but sensitivity and specificity is poorly defined. Increased of platelet aggregation is estimated have a role in DCS. Increasing platelet aggregation has been proved in dive with depth 60 MSW.
Aim: To prove that a single decompression dives 280 kPa can lead to increased platelet aggregation.
Methods: Experimental studies with a cross-over design involving eighteen male dislambair divers. All divers will dive in air compression chamber at a pressure of 280 kPa for 80 minutes with control entry into air compression chamber without pressure in the first period. In the second period, treatment and control group exchanged. Decompression procedures adapted to the US Navy decompression tables procedures 6th Revision. Taking blood performed before the intervention, after first period, and after second period. Examination of platelet aggregation using inductors ADP, collagen and epinephrine.
Result: A single decompression dive 280 kPa for 80 minutes significantly increased the percentage of maximal platelet aggregation with ADP inductor from 86.94±4.11 to 90.46±3.41, with a collagen inductor from 91.94±2.62 to 94.69±2.25, and epinephrine inductor from 86.65 (22.10-93.8) to 90.25 (31-95.9) in before and after treatment group. Increasing percentage of maximal platelet aggregation was not significant in the before treatment group and control group.
Conclusion: A single decompression dive 280 kPa for 80 minutes can lead to increase the percentage of maximal platelet aggregation with ADP, collagen, and epinephrine inductors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hubertus Hosti Hayuanta
"Pasien sirosis hati perlu dievaluasi secara berkala untuk menentukan adanya varises esofagus (VE) dan ukurannya (besar atau kecil), karena VE besar membutuhkan penatalaksanaan yang lebih agresif. Evaluasi ini dilakukan dengan endoskopi yang tidak selalu ada, invasif, dan berbiaya tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemeriksaan yang non invasif, lebih murah, dan lebih mudah diakses untuk menentukan besarnya VE. Parameter yang diteliti adalah hitung trombosit, prothrombin time (PT), kadar albumin, dan bilirubin. Desain penelitian adalah potong lintang dengan 64 subjek, terdiri atas 24 pasien sirosis hati dengan VE besar dan 40 tanpa VE besar.
Pada penelitian ini didapatkan perbedaan bermakna pada hitung trombosit, PT, dan kadar albumin antara kedua kelompok, sedangkan kadar bilirubin tidak memberikan perbedaan yang bermakna. Untuk parameter hitung trombosit didapatkan besar area under the curve untuk memprediksi VE besar sebesar 80,9%, dengan cutoff 89,5 x 103/μL didapatkan sensitivitas 79,2% dan spesifisitas 75,0%; PT 68,4%, dengan cutoff 14,05 detik didapatkan sensitivitas 70,8% dan spesifisitas 67,5%; kadar albumin 76,6%, dengan cutoff 3,275 g/dL didapatkan sensitivitas 70,8% dan spesifisitas 75,0%. Model prediksi sirosis hati dengan VE besar adalah P = 1/(1 + Exp-Logit (y)) dengan Logit (y) = 11,989 ? 0,026 x hitung trombosit ? 2,243 x kadar albumin - 0,184 x PT.

Patients with liver cirrhosis require periodic evaluation to determine the presence and size of esophageal varices (EV), because the large ones demand more aggressive management. Evaluation is done using endoscopy, which is not always available, invasive, and costly. This study aims to acquire tests that are noninvasive, cheaper, and more accessible to determine the size of EV. Studied parameters were platelet count, prothrombin time (PT), albumin, and bilirubin level. The study design was cross sectional with 64 subjects, consisted of 24 liver cirrhotic patients with large VE and 40 without.
This study found significant difference in platelet count, PT, and albumin level between both groups, while bilirubin level was not. The size of area under the curve for platelet count to predict large VE was 80.9%, cutoff 89.5 x 103/μL (sensitivity 79.2%, specificity 75.0%), PT 68.4%, cutoff 14.05 seconds (sensitivity 70.8%, specificity 67.5%), and albumin level 76.6%, cutoff 3.275 g/dL (sensitivity 70.8%, specificity 75.0%). Prediction model for liver cirrhosis with large VE was P = 1/(1 + Exp-Logit (y)) with Logit (y) = 11.989 ? 0.026 x platelet count ? 2.243 x albumin level - 0.184 x PT.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Sundari
"Jumlah perokok dan jumlah rokok yang dikonsumsi mengalami peningkatan
dari waktu ke waktu. Rokok dapat memengaruhi trombosit yang dapat
menyebabkan gangguan kardiovaskular. Penelitian ini merupakan penelitian
potong lintang yang bertujuan untuk menganalisis lama merokok dan
jumlah rokok yang dikonsumsi terhadap jumlah trombosit, mean platelet
volume (MPV), platelet distribution width (PDW), platelet crit (PCT), dan
platelet large cell ratio (PLCR). Penelitian dilakukan di Pabrik Garmen
Cimahi pada tahun 2014 yang diikuti oleh 31 laki-laki perokok aktif berusia
19 - 50 (32,97 + 10,28) tahun, 70,9% di antaranya sebagai perokok sedang.
Analisis data dilakukan secara deskriptif, uji normalitas Shapiro-Wilk, dan uji
korelasi Spearman?s rho. Peserta telah merokok selama minimal dan maksimal
dengan rata-rata (+ SB), yaitu 3 - 25 tahun (10,48 + 6,33) dan konsumsi
rokok sebanyak 5 - 25 batang per hari (13,10 + 4,99). Jumlah trombosit
171 - 422 (280,9 + 56,2) x 10^3 sel/mm3, MPV 8,8 - 13,6 (10,14 + 0,93)
fL, PDW 8,7 - 13,8 (10,27 + 1,22) fL, PLCR 14,4 - 38,8% (24,91 + 5,46), dan
PCT 0,1 - 0,4%(0,28 + 0,06). Sebaran ukuran trombosit ditemukan normal,
namun dengan ukuran besar sesuai nilai MPV dan PLCR yang tinggi. PCT
normal berkorelasi sangat kuat dengan jumlah trombosit. Jumlah batang
rokok yang dikonsumsi berkorelasi lemah dengan lamanya merokok. Lama
merokok dan jumlah rokok yang dikonsumsi berkorelasi negatif dengan
jumlah trombosit, MPV, PDW maupun PLCR.
Number of smokers and cigarette consumption are increasing from time to
time. Cigarettes influence thrombocytes which may cause cardiovascular
disorder. This study was a cross sectional study aiming to analyze smoking
period and cigarette consumption number toward the number of thrombocytes,
MPV, PDW, PCT and PLCR. This study was conducted at Cimahi
Garment Factory in 2014 participated by 31 active male smokers in age of
19 - 50 (32,97+10,28) years old in which 70,9% of them were medium
smokers. Data analysis was conducted descriptively, using Shapiro-Wilk
normality test and Spearman?s rho correlation test. Participants had been
smoking for the minimum and maximum 3 - 25 (10.48 + 6.33) years and 5 -
25 (13.10 + 4.99) cigarettes in average per day. The number of thrombocytes
was worth 171 - 422 (280,9 + 56,2)x10^3 cells/mm3, MPV 8.8 - 13.6
(10.14 + 0.93) fL, PDW 8.7 - 13.8 (10.27+ 1.22) fL, PLCR 14.4 - 38.8%
(24.91 + 5.46) and PCT 0.1 - 0.4% (0.28 + 0.06). PDW was found normal
with the giant shape in accordance with the high MPV and PLCR value. PCT
was normal correlated strongly with thrombocyte number. The cigarette consumption
number had a weak correlation with the smoking period. The
smoking period and the cigarette consumption number had a negative correlation
with the number of thrombocytes, MPV, PDW and PLCR."
Universitas Jenderal Achmad Yani, Fakultas Kedokteran, Program Studi Pendidikan Dokter Laboratorium Patologi, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>