Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 2001
S29749
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktaviani
"Senyawa trifeniltimah asetat merupakan senyawa golongan trifeniltimah karboksilat yang mempunyai kegunaan antara lain sebagai insektisida, dengan mekanismenya sebagai antifeedant. Senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai antifeedant karena kemampuannya untuk mempengaruhi indera perasa dari serangga, sehingga keinginan untuk makan dari serangga tersebut akan menurun. Sintesis trifeniltimah asetat ini dilakukan dengan menggunakan material awal trifeniltimah klorida dalam pelarut aseton dan dengan penambahan natrium asetat berlebih. Produk yang dihasilkan berupa kristal yang berwarna putih, yaitu sebanyak 0,6327 g dengan kemurnian yang cukup baik, jika dilihat dari kromatogram yang dihasilkan dari GC, yaitu dengan luas area 100 %, persentase yield dari produk yang dihasilkan adalah 30,9 %. Karakterisasi juga dilakukan dengan menggunakan uji titik leleh, nilai kisaran titik leleh yang terbaik adalah 120,6 ? 124,6 0C, nilai tersebut didapatkan jika produk direfluks selama 3 jam. Begitu juga dengan serapan pada daerah infra merah, menunjukkan hasil yang mendekati dengan standar jika produk tersebut direfluks selama 3 jam, yaitu sudah tidak terdapat serapan pada daerah 300-400 cm-1, yang merupakan daerah serapan Sn-Cl. Identifikasi dengan GC yang menghasilkan satu puncak, kemudian dengan menggunakan detektor spektrometri massa, didapatkan fragmentasi dari senyawa trifeniltimah asetat hasil sintesis adalah adalah m/z 351 m/z 274 m/z 197 m/z 120. Selanjutnya senyawa trifeniltimah asetat tersebut diuji efektivitasnya sebagai antifeedant bagi ulat grayak. Hasilnya menunjukkan, bahwa dengan kenaikan konsentrasi, maka terjadi penurunan keinginan untuk makan dan karena konsumsi makanan berkurangl, maka ulat tersebut akan mati. Banyaknya ulat yang mati semakin besar jumlahnya, dengan kenaikan konsentrasi trifeniltimah asetat yang diberikan pada makanannya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pujiyanto
"ABSTRAK
Sintesis trifenilitimah format ini dilakukan dengan menggunakan material awal trifenilitimah klorida dalam pelarut aseton dan dengan penambahan natrium format berlebih. Produk yang dihasilkan berupa kristal bewarna putih kekuningan sebanyak 1.0395g dan persen hasil 50,37%.
Karakteristik senyawa yang dihasilkan dilakukan dengan menggunakan uji leleh sebagai uji awal, dengan nilai kisaran titik leleh terbaik pada 197-201'C (Literatur4: 200-201'Ç), yang didapatkan dengan pada waktu refluks 3 jam.
Produk tersebut kemudian dilakukan karakteristiknya dengan spektrofotometer IR, menunjukan terbentuknya ikatan SN-O pada bilangan gelombang, v= 446 cm-1 (Literatur8.12= 500-600cm1) dan adanya serapa gugus karboksil (-CO-O-) pada bilangan gelombang, v-1737cm1,1358cm-1 (Literatur8.12= 1735;1358cm1) identifikasi dengan GC yang menghasilkan satu puncak yang sesuai dengan hasil KLT yang terdapat hanya satu noda, hal ini menunjukan bahwa senyawa yang terbentuk murni tidak terjadi adanya dimmer atau polimer.
Hasil pengukuran dengan menggunakan detektor
spektrofotometer massa, didapatkan fragmentasi dari senyawa trifeniltimah formiat hasil sintesis adalah adalah m/z 351_. m/z 27 4 _. m/z 197 _. m/z 120. Kemudian diujikan sebagai insektisida pada bidang kehutanan yaitu sebagai bahan pencegah serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus) atau termisida terhadap ketahanan kayu.
Hasilnya menunjukkan, bahwa dengan kenaikan konsentrasi, terjadi penurunan kehilangan berat kayu karet, menaikkan mortalitas pada rayap dan .Penurunan derajat serangan. Dilihat dari hasil klasifikasi kelas keawetan kayu, ha!lya sedikit memberikan pengaruh pada kenaikan kelas awet dan ditinjau dari syarat senyawa sebagai bahan pencegah'serangan rayap tanah (termisida) menunjukkan kurang efektif karena belum memberikan efek kematian pada_ rayap ~50.%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abraham Hertanto
"ABSTRAK
Senyawa organotimah mempunyai banyak manfaat di berbagai bidang.
Salah satunya adalah penggunaan senyawa organotimah dalam bidang wood
preservative. Senyawa organotimah yang umum digunakan adalah TBTO (Tributil
timah Oksida). Hasil penggunaan senyawa ini sebagai pengawet kayu cukup
efektif, walaupun di kemudian hari dilarang penggunaanya di berbagai negara,
karena dianggap mencemari lingkungan dan dapat meracuni manusia. Oleh
sebab itu, digunakan senyawa organotimah dalam bentuk yang lain, yakni
trifeniltimah asetat, yang relatif aman terhadap lingkungan dalam batas-batas
tertentu. Walaupun senyawa ini masih mempunyai potensi yang cukup nyata,
dapat mencemari lingkungan dan meracuni manusia. Berdasarkan pemikiran
tersebut dilakukan sintesis TPTA(trifeniltimah asetat), karena selain banyak
digunakan sebagai insektisida, namun juga berfungsi sebagai fungisida. Senyawa
TPTA ini disintesis dengan 2 metode yang berbeda. Masing-masing metode ini
mempunyai kelebihan dan kekurangan, pada % hasil dan kemurnian produk TPTA
yang didapatkan. Pada metode I, yakni sintesis TPTA secara langsung
menggunakan TPTCl dan garam NaOCOCH3 berlebih didapatkan rata-rata hasil
produk yang didapatkan sebesar 79,6 % atau 1,268 gram. Selain itu pada proses
karakterisasinya, dengan uji titik leleh,didapatkan bahwa produk refluks 3 jam I,
sebagai produk dengan probability TPTA yang besar, sehingga kemudian produk
ini dikarakterisasi lebih lanjut dengan spectrometer FTIR dan GCMS. Hasilnya pada FTIR menghasilkan spectra pada bilangan gelombang 1737 cm-1 dan 1355
cm-1, yang merupakan spectra gugus O-C-O serta spectra di bilangan gelombang
576,72, yaitu ikatan antara Sn-O. Hal ini menunjukkan telah terbentuk ikatan
atom-atom tersebut pada senyawa TPTA yang dihasilkan. Selanjutnya pada
kromatogram GCMS, ada satu peak yang dominan pada waktu retensi 14,94
menit, dan fragmen-fragmen di m/z 351 m/z 274 m/z 197
m/z 120. Pada masing-masing fragmen, dapat dianalisi bahwa terjadi kehilangan
gugus fenil. Sedangkan pada metode II, yaitu sintesa TPTA menggunakan metode
Bock, didapatkan produk TPTA sebesar 83,33 % hasil atau 0,5 gram. Sintesa
dengan metode Bock, dilakukan 2 tahap; dimana dihasilkan TPTOH terlebih
dahulu. Selanjutnya TPTOH ini kemudian direaksikan dengan asam asetat glasial
berlebih menghasilkan senyawa trifeniltimah asetat (TPTA). Uji karakterisasi
produk sintesa Bock, memberikan hasil positif, yakni pada kedekatan temperatur
titik leleh dengan titik leleh literatur pada uji titik leleh, maupun pada pengukuran
FTIR dan GCMS. Pada pengukuran FTIR ini, produk sintesa Bock menghasilkan
spektrum pada bilangan gelombang 1738 cm-1 dan 1356 cm-1, yang merupakan
spektrum khas ikatan O-C-O maupun spektrum pada bilangan gelombang 559,68
cm-1, yang merupakan spektrum khas ikatan Sn-O. Keberadaan spektrum khas ini
merupakan petunjuk adanya senyawa TPTA. Selanjutnya pada karakterisasi
dengan GCMS, dihasilkan peak yang dominan pada waktu retensi 14,91 menit
dan fragmen di m/z 410 m/z 351 m/z 274 m/z 197
m/z 120. Adanya fragmen di m/z 410, memperkuat dugaan bahwa produk hasil
sintesis benar mempunyai TPTA. Selanjutnya produk hasil sintesa Bock kemudian
diaplikasikan pada kayu sebagai bahan anti rayap. Dengan dasar pertimbangan
bahwa produk sintesa Bock memiliki kemurnian yang tinggi, dikaji dari hasil
karakterisasi. Hasilnya terjadi penurunan % kehilangan berat kayu, kenaikan
mortalitas rayap dan penurunan derajat serangan rayap secara sigifikan, melalui
uji statistik yang dilakukan. Selain itu terjadi peningkatan ketahanan kayu sebesar
2 tingkat, dari kelas V menjadi kelas III. Sehingga dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa TPTA merupakan bahan anti rayap yang cukup efektif."
2007
S30655
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Senyawa trifeniltimah asetat termasuk golongan trifeniltimah
karboksilat tidak hanya memiliki kegunaan sebagai antifeedant namun juga
bersifat toksik, sehingga memiliki kemampuan untuk mempengaruhi indera
perasa serangga yang akan menurunkan keinginannya untuk makan dan
sifat toksiknya memiliki efek mematikan pada konsentrasi terendah yaitu 30
ppm.
Sintesis trifeniltimah asetat ini dilakukan dengan menggunakan
material awal trifeniltimah klorida dalam pelarut aseton dan dengan
penambahan natrium asetat berlebih. Produk yang dihasilkan berupa kristal
berwarna putih kekuningan sebanyak 0,5864 gram (hasil 57,4 %).
Karakterisasi senyawa yang dihasilkan dilakukan dengan
menggunakan uji titk leleh sebagai uji awal dengan nilai kisaran titik leleh
yang terbaik yaitu 119 -122 °C yang didapatkan pada waktu refluks 3 jam.
Pada serapan daerah inframerah menunjukkan hasil yang mendekati dengan
standar saat produk direfluks selama 3 jam yaitu dengan terdapatnya
serapan pada 500 – 600 cm-1 yang merupakan daerah serapan Sn-O.
Identifikasi dengan kromatografi gas (GC) yang menghasilkan satu
puncak yaitu pada Rt 15,25 dan dengan detektor spektrometri massa (MS)
diperoleh fragmentasi dari produk sebagai berikut: Ph3Sn Ph2Sn PhSn Sn
m/z 350 m/z 273 m/z 196 m/z 119
Ph C4H3+
m/z 77 m/z 51
Kemudian senyawa trifeniltimah asetat diuji efektivitasnya sebagai
antifeedant dan sifat toksiknya terhadap ulat grayak Spodoptera litura dengan
metode celup daun. Hasilnya menunjukkan bahwa seiring dengan
meningkatnya konsentrasi, nilai antifeedant factor (AF) juga makin meningkat
yang menunjukkan berkurangnya aktivitas makan. Hal ini dibuktikan melalui
uji dengan pilihan choice test. Selain itu dengan meningkatnya konsentrasi,
ulat juga makin banyak yang mati. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa
trifeniltimah asetat bersifat toksik dengan menggunakan metode tanpa pilihan
(no choice test)."
Universitas Indonesia, 2007
S30637
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library