Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Visser, Lynn Sayre
New York: Springer, 2015
616.025 VIS f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rosmini Nurdin
"Rumah Sakit Marinir Cilandak merupakan salah satu rumah sakit TNI - AL mempunyal tugas pokok memelihara dan meningkatkan kesehatan prajurit TNIAL/Non-AL, PNS dan keluarga serta masyarakat umum. Pelayanan Unit Gawat Darurat merupakan salah satu pelayanan kesehatan secara purna waktu dalam 24 jam. Salah satu standar dan prosedur adalah pelaksanaan triase UGD yang sangat penting untuk diketahui karena dapat menyeleksi dan menilai kegawatan dari setiap pasien untuk segera diberikan pertolongan sesuai dengan tingkat kegawatan dan kedaruratan kemudian dicatat hasil pemeriksaan pada lembaran gawat darurat.
Pengamatan awal penanganan 100 pasien, serta pengisian lembaran gawat darurat pasien tersebut, memberikan hasil yang tidak sesuai dengan prosedur triase, yaitu dimana tidak adanya klasifikasi penyakit sebanyak 66 %, selain itu terdapat ketidaklengkapan pencatatan pemeriksaan fisik dan identitas sebanyak 37 %.
Berdasarkan pengamatan tersebut diatas maka penulis ingin mengetahui kepatuhan dokter UGD dalam pelaksanaan prosedur triase pasien, yaitu dengan pengamatan dan pengisian kuesioner oleh dokter yang menangani pasien. Dalam pelaksanaan prosedur triase pasien oleh dokter UGD dapat dipengaruhi oleh faktor internal yang terdiri dari umur,jenis kelamin, pelatihan, senioritas, pengetahuan, sikap, dan faktor eksternal yang terdiri dari kebijakan, pengaturan shift jaga, jumlah kunjungan setiap shift jaga, dan supervisi dari pimpinan.
Setelah ditakukan uji statistik dengan Mann Withney test dan test korelasi Spearman rho dengan hasil yang dapat disimpulkan sebagai berikut; hubungan kepatuhan dengan umur, jenis kelamin, pelatihan, senioritas, pengetahuan, sikap, kebijakan, supervisi hasilnya tidak ada perbedaan kepatuhan dokter . Hubungan kepatuhan dengan shift jaga, dan jumlah kunjungan setiap shift jaga memberikan hasil ada perbedaan kepatuhan antara dokter yuang bertugas pada shift pagi dan shift sore, ada perbedaan kepatuhan dokter dengan jumlah kunjungan pasien yang banyak pada shift sore dibanding shift pagi.
Untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan yang ada di UGD perlu diupayakan agar dokter yang bertugas terutama pada shift sore adanya suatu orientasi yang berkaitan dengan pelaksanaan standar dan prosedur UGD umumnya dan prosedur triase khususnya, dengan harapan pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar yang ada dan dapat dipertanggung jawabkan.
Selanjutnya studi ini menganjurkan agar kualitas supervisi ditingkatkan sehingga dapat memberi motivasi para dokter untuk patuh terhadap SOP dan juga mengoreksi bila ada penyimpangan.

Some Factors Related to the Doctor's Compliance in Implementing Triase Standard and Procedures of Cilandak Marine Hospital's Emergency UnitCilandak Mariner Hospital is one of the Navy Hospitals, which main function is to maintain and promote the health of Indonesian Navy members/Non Navy members, Goverment Civil Servants(PNS), as well as Non-military/Public Clients. The Emergency Room's Unit (ER) is one of health services performed in 24 hours' fulltime operation. One of its standard operational and procedures is to operate the ER triase, which is very substantial to be recognized due to its ability to select and diagnose the seriousness of each patient's condition in order to decide promptly most proper treatment required in accordance with the seriousness and emergent condition of the patient. The obtained diagnoses will then be recorded directly on the emergency room's patient record.
Preliminary observation before this study showed that only 66 °k of 100 medical record at ER has information on sickness classification. Even Lower, only 37 % has information on physical examination and patien identification.
Doctors' compliance, according to some literatures, can be related/influenced by several factors, such as age of doctors, sex, training experiences, level of seniority, level of knowledge and attitudes. These can be labeded as internal factors. As external factors are existences of policy on the procedures, work shifting arrangement, patient work load and existence of supervision to the doctors themselves.
By using Mann Whitney Test and correlation Spearman rho, it is concluded that there is no significant relation ship bethween age, sex, training, seniority, knowledge, attitude, policy and supervision whith the doctor's compliance is Furthermore, there is significant relationship between working shift with the compliance (P
This study recommends that the hospital should conduct a refreshing training/meeting. Especially to those who are working on aftenoon/evining working-shift (i.e.contractual doctors). As a preliminary activity, the hospital should promote the triase procedures to all doctors.
Another recommendation is the hospital should improve the quality of supervision as to motivate and make any correction to the implementation of the triase procedures.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T5172
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Kurniawati
"Tenaga kesehatan yang bertugas di IGD memiliki tugas siaga selama 24 jam untuk menangani pasien yang jumlah dan tingkat keparahannya tidak dapat diprediksi. Dalam interaksi antara tenaga kesehatan dan pasien di IGD harus ada kesepakatan setiap langkah tata laksana penyakit. Kesepakatan tersebut dibangun dari saling berkomunikasi. Melalui komunikasi antara tenaga kesehatan dan pasien dengan berbagai latar belakang, maka diperlukan keterampilan komunikasi yang baik untuk mengatasi salah tafsir. IGD terdapat tiga kategori derajat keparahan penyakit pasien,  yaitu triase merah, triase kuning, dan triase hijau. Tekanan kepada tenaga kesehatan paling banyak berasal dari kategori triase merah, disusul dengan triase kuning dan kemudian triase hijau. Penilaian pasien dilakukan dengan cepat dan segera untuk mengetahui tingkat kegawatan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus dan menggunakan Model Komunikasi Antarpribadi Joseph A DeVito. Informan pada penelitian ini ada 11 informan, pengambilan data dengan wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara dan observasi non partisipatif. Penentuan informan mengacu pada prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequacy) yang kemudian dilakukan analisis data dengan analisis konten. Hasil yang didapatkan yaitu tidak ada perbedaan pola komunikasi pada triase merah setiap shift. Terdapat perbedaan pola komunikasi triase kuning shift pagi dengan shift sore. Kemudian, tidak terdapat perbedaan pola komunikasi pada triase hijau shift pagi dengan shift malam. Informan mengakui bahwa derajat keparahan penyakit membuat adanya perbedaan dalam berkomunikasi. Peneliti menemukan bahwa perbedaan pola komunikasi selain dari tingkat keparahan penyakit juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan pasien.

Health workers on duty at the emergency room have a 24-hour standby duty to treat patients whose number and severity cannot be predicted. In the interaction of health workers and patients in the emergency room, there must be agreement on every step of disease management. The agreement was built from communicating with each other. Through communication between health workers and patients with various backgrounds, good communication skills are needed to overcome misinterpretation. In the Emergency Room, there are three categories of patient severity, namely red triage, yellow triage, and green triage. Most of the pressure on health workers comes from the red triage category, followed by the yellow triage and then the green triage. Patient assessment is carried out quickly and immediately to determine the level of emergency. This research is a qualitative research with a case study approach and uses Joseph A DeVito's Interpersonal Communication Model. Informants in this study there were 11 informants, data collection by in-depth interviews using interview guidelines and non-participatory observation. The determination of informants refers to the principles of appropriateness and adequacy, which are then analyzed by means of content analysis. The results obtained are, there is no difference in communication patterns in the red triage for each shift. There are differences in the yellow triage communication pattern for the morning shift and the afternoon shift. Then, there are no differences in communication patterns in the green triage of the morning shift and the night shift. Informants acknowledged that the degree of severity of the disease made a difference in communicating. Researchers found that differences in communication patterns apart from the severity of the disease were also influenced by the patient's education level."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatriani
"Latar Belakang: Ketepatan triase pasien trauma di IGD sangat menentukan keberhasilan pelayanan yang diberikan dan menggambarkan kualitas pelayanan di RS tersebut. Tujuan: Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan triase pasien kode trauma di instalasi gawat darurat. Metode: Penelitian kohort retrospektif ini menggunakan total sampling terhadap 22 perawat triase yang melakukan aktivasi kode trauma pada pasien trauma kategori merah di IGD. Hasil: 22 responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden (63,6%) berusia kurang dari 33 tahun, secara rata berjenis kelamin laki-laki dan perempuuan (50,0%), sebagian besar responden (68,2%) memiliki tingkat pendidikan DIII, sebagian besar responden (63,6%) memiliki lama bekerja kurang dari 11 tahun, dan sebagian besar responden (54,5%) memiliki ketepatan dalam melakukan triase. Terdapat hubungan yang singnifikan antara lama bekerja dengan ketepatan triase (p 0,002; α 0,05), nilai OR=0,28 yang bermakna bahwa perawat dengan lama bekerja lebih dari sebelas tahun lebih berpeluang 0,28 kali untuk melakukan triase yang tepat. Tidak ada hubungan yang singnifikan atara tingkat pendidikan dengan ketepatan triase (p 0,381; α 0,05), dengan 7 (46,7%) perawat berpendidikan diploma dan 5 (71,4%) perawat dengan Pendidikan ners melakukan triase dengan tepat. Tidak ada hubungan yang singnifikan antara jenis kelamin dengan ketepatan triase (p 0,669; α 0,05), dengan 5 (45,5%) perawat perempuan dan 7 (63,6%) perawat laki-laki melakukan triase dengan tepat. Tidak ada hubungan yang singnifikan antara usia dengan ketepatan triase (p 0,204; α 0,05), dengan 6 (42,9%) perawat usia 33 tahun kebawah dan 6 (75%) perawat usia lebih dari 33 tahun melakukan triase dengan tepat.

Background: The accuracy of triage of trauma patients in the emergency department will determine the success of the services provided and describe the quality of services at the hospital. Objective: To identify the factors that influence the accuracy of triage of trauma code patients in the emergency department. Methods: This retrospective cohort study used a total sampling of 22 triage nurses who activated the trauma code in trauma patients with red category in the emergency department. Results: 22 respondents showed that most of the respondents (63.6%) were less than 33 years old, on average male and female (50.0%), most of the respondents (68.2%) had a DIII education level. most respondents (63.6%) have worked less than 11 years, and most respondents (54.5%) have accuracy in triage. There is a significant relationship between length of service and accuracy of triage (p 0.002; 0.05), OR = 0.28 which means that nurses with more than eleven years of service are 0.28 times more likely to perform appropriate triage. There was no significant relationship between education level and triage accuracy (p 0.381; 0.05), with 7 (46.7%) nurses with diploma education and 5 (71.4%) nurses with nursing education performing triage correctly. There was no significant relationship between gender and triage "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azkia Rahmah
"Pendahuluan: Pasien gawat darurat dengan kategori triase kuning (urgent) harus mendapatkan terapi dalam 30 menit. Waktu sejak kedatangan pasien hingga mendapatkan terapi disebut sebagai waktu tanggap pelayanan dokter. Pencapaian waktu tanggap pelayanan dokter dalam 30 menit untuk pasien dengan kategori triase kuning di IGD-RSCM belum mencapai 100%.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tercapainya waktu tanggap pelayanan dokter dalam 30 menit pada pasien non-trauma bertriase kuning di IGD-RSCM; pola kedatangan, kondisi kepadatan IGD, tercukupinya jumlah kebutuhan staf, ketepatan triase, waktu ketersediaan terapi dan adanya rujukan yang terkonfirmasi (SPGDT).
Metode: Penelitian ini adalah penelitian potong-lintang, menggunakan data retrospektif, dan melibatkan 105 subyek dengan triase tepat (kuning-kuning) dan 3 subyek dengan triase tidak tepat (hijau-kuning). Analisis bivariat antara hubungan ketepatan triase dengan waktu tanggap pelayanan dokter menggunaka seluruh subyek (108 subyek), sedangkan analisis bivariat lainnya menggunakan hanya subyek dengan triase tepat (105 subyek).
Hasil: Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kedatangan pasien di sore hari (p=0,032, PR=2,514; 95% CI: 1,128-5,603), tercukupinya jumlah kebutuhan EMO (p=0,021; PR=2,489; 95% CI: 1,230-5,035), dan waktu ketersediaan terapi (p<0,001) terhadap waktu tanggap pelayanan dokter. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kedatangan pasien di pagi dan malam hari (p=0,165, PR=0,459, 95% CI: 0,170-1,244 dan p=0,391, PR=0,566, 95% CI: 0,185-1,732, secara berurutan), kondisi kepadatan IGD (p=0,852; PR=1,172; 95% CI: 0,567-2,424), jumlah perawat (p=0,274; PR=0,480; 95% CI: 0,155-1,482), tercukupinya jumlah kebutuhan pemandu (p=0,094; PR=0,499; 95% CI: 0,244-1,018), ketepatan triase (p=0,484), dan adanya rujukan yang terkonfirmasi (SPGDT (p=0,524; PR=1,561; 95% CI: 0,302-8,067) terhadap waktu tanggap pelayanan dokter.
Kesimpulan: Kedatangan pasien di sore hari, tercukupinya jumlah EMO, dan waktu ketersediaan terapi berhubungan dengan tercapainya waktu tanggap pelayanan dokter dalam 30 menit. Hasil penelitian dan model yang disarankan dalam penelitian ini dapat digunakan oleh IGD-RSCM untuk mengembangkan pendekatan untuk perbaikan pencapaian waktu tanggap pelayanan dokter dalam 30 detik.

Introduction: Emergency departments (EDs) are facing challenges in providing high quality and timely patient care, so is Cipto Mangunkusumo Hospital ED.1 Every urgent patient coming to ED has to be assessed and treated within thirty minutes.2,3 Cipto Mangunkusumo Hospital ED has not optimally reached the standard time to initial treatment for its urgent patients.
Study objective: This study evaluates whether various factors are associated with time to initial treatment.
Method: This study uses retrospective cross-sectional study design, and includes 108 subjects.
Results: This study uses bivariate analyses and shows that there are associations between patients arrivals in the evening shift p=0,032, PR=2,514), adequacy of the number of physicians needed (p=0,021; PR=2,489), and medication turnaround time (p=0,021; PR=2,489) to the achievement of thirty-minute time to initial treatment. This study also shows that there are no associations between patients arrivals in the morning and night shifts, ED overcrowding conditions, number of nurses, adequacy of the number of porters needed, accuracy of triage, and presence of pre-hospital calls to the achievement of thirty-minute time to initial treatment.
Conclusion: Patients arrivals in the evening shift, adequacy of the number of physicians needed, and medication turnaround.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library