Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ester Yeni Wijayanti
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan dari peningkatan perilaku proaktif dengan intensi turnover pada Management Trainee MT di PT ldquo;X rdquo;, untuk menentukan intervensi apa yang dapat dilakukan untuk membantu menurunkan intensi turnover. Pengukuran awal dilakukan untuk mengetahui hubungan antara perilaku proaktif dengan intensi turnover pada MT. Hasil dari 15 orang MT ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku proaktif dengan intensi turnover pada MT di PT ldquo;X rdquo; dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.038 dan nilai signifikansi 0.005 p

ABSTRACT
This research was conducted to measure the correlation of proactive behavior with turnover intention in order to determine what intervention can be done to help reducing turnover intention on Managment Trainee at PT ldquo X rdquo . First, the data revealed that there was a significant negative correlation between proactive behavior and turnover intention with a correlation coefficient of 0.038 and a significant value of 0.005 p "
2017
T47555
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Embong Wicaksono
"Latar belakang: USG Doppler kerap dipakai untuk skrining awal Chronic Limb Threatening Ischemia (CLTI) dan dapat juga memantau respons terapi selama follow-up. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), sebagai pusat rujukan nasional dan Pusat Pendidikan Subspesialis Bedah Vaskular Endovaskular, Trainee bedah vaskular-endovaskular menjalani pendidikan mereka. Penting bagi Trainee Bedah Vaskular untuk mengkorelasikan temuan klinis dengan hasil USG Doppler, sehingga supervisi  semester 4 terhadap semester 1 menjadi krusial. Namun, dampak pengalaman terhadap akurasi USG Doppler, terutama pada pasien Chronic Limb-Threatening Ischemia (CLTI), antara Trainee semester 1 dan 4 masih belum ada, termasuk kekurangan data dan SOP terkait durasi supervisi.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang untuk menguji diagnosis CLTI melalui USG oleh trainee semester 1 dan 4, dibandingkan dengan CT Angiografi (CTA) sebagai standar.

Hasil: Total ada 31 pasien (62 tungkai) yang dibagi ke dalam dua kelompok dan diamati menggunakan USG oleh trainee dari kedua semester tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesesuaian temuan oklusi arteri berdasarkan USG dibandingkan dengan CTA lebih tinggi pada trainee semester 4. Selain itu, korelasi dalam penentuan derajat stenosis antara USG dan CTA lebih kuat pada semester 4. Hasil uji diagnosis menunjukkan bahwa secara keseluruhan trainee semester 4 memiliki akurasi diagnosis USG yang lebih tinggi dibandingkan trainee semester 1 di semua segmen arteri tungkai bawah.

Kesimpulan: Terdapat perbedaan keluaran , akurasi USG oleh semester 1 dan 4 dengan angka yang tidak jauh berbeda dalam mendiagnosis CLTI, Pada Penelitian ini peneliti juga menyarankan perlunya supervisi antara semester 1 dan 4 agar ada transfer ilmu dan patient safety

 



Background: Doppler Ultrasound (USG) is frequently used for screening Chronic Limb Threatening Ischemia (CLTI)  and monitoring therapy response during follow-up. At Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM), a national referral center dan center Education of Vascular and Endovarcular Surgery, vascular-endovascular surgery trainees undergo their education. It is crucial for these trainees to correlate clinical findings with Doppler USG results, hence supervision of the forth to first semester is essential. However, the impact of experience on the accuracy of Doppler USG, especially in patients with Chronic Limb-Threatening Ischemia (CLTI), between first and fourth semester trainees is still unclear, including the lack of data and Standard Operating Procedures (SOPs) regarding the duration of supervision.

Method: This study employed a cross-sectional method to test PAD diagnosis through USG performed by first and fourth semester trainees, compared with CT Angiography (CTA) as the gold standard.

Results: A total of 31 patient (62 lower limb) were divided into two groups and observed using USG by trainees from both semesters. The study results indicated that the concordance of arterial occlusion findings based on USG compared with CTA was higher in fourth semester trainees. Furthermore, the correlation in determining the degree of stenosis between USG and CTA was stronger in the fourth semester. The diagnostic test results showed that overall, fourth semester trainees had higher USG diagnostic accuracy compared to first semester trainees in all lower limb arterial segments.

Conclusion: There are differences in the output and accuracy of ultrasound user in fourth dan first semester trainees which are not much different result in diagnosing CLTI,  in this study researchers also suggest the need for supervision between semesters first and fourth so that there will be a knowledge transfer and patient safety.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cherly Kemala Ulfa
"ABSTRAK
Rancangan pelatihan yang diperolah diharapkan dapat menjadi solusi untuk
mengatasi permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh supervisor PT. X dalam
melaksanakan tugas, (imgsi dan tanggung jawabnya sebagai supervisor.
Adapun beberapa permasalahan dan kendala yang dialami oleh supervisor PT. X
pada umnmnya disebabkan karena kurang terampilnya supervisor dalam
melaksanakan keterampilan manajerial dan keterampilan berhubungan dengan
lTl8I]llSl8
Oleh sebab itu pemberian supervisory training bertujuan mengajarkan, melatih
dan mcningkatkan keterampilan manajerial dasar yang sangat pcnting dalam
pelaksanaan tugas, iimgsi dan tanggungjawab supervisor. Adapun materi yang
ada dalam supervisory training mencakup keterampilan dasar manajerial yang
dibutuhkan oleh supervisor yakni Keterampilan Kepemimpinan, Memotivasi
Bawahan, Pengambilan Keputusan, Keterampilan Komunikasi, Teamwork dan
Manajemen Konflik

ABSTRACT
he focus of the study is a supervisory training planning as one of subject of
management trainee program in PT.X. Since 2001 PT. X management attend the
Management Development Program as known Management Trainee to get
potential employees as supervisors. Beside that, the purpose of the training is
creating a future leader of the company.
The planning porpuse as a solution to solve supervisor problems related to lack of
managerial skill which need to do their jobs, functions and responsibilities. So this
supervisory training will focus to deliver the management skill such as leadership,
communication etc.
Tl1crcf`orc, the subjects in the supervisory training are leadership skill, subordinate
motivating skill, decision making skill, communication skill, teamwork, and
management conflict as important basic managerial skill to the Supervisors

"
2007
T34072
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vincent Indika Ardanni
"Perilaku kerja inovatif berperan penting dalam keberlanjutan perusahaan. Ambidextrous leadership diduga merupakan salah satu prediktor yang berperan dalam perilaku kerja inovatif pada management trainee. Penelitian ini berfokus pada management trainee karena karakteristik yang unik dari management trainee sebagai bagian dari pengembangan talenta di perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ambidextrous leadership beserta perilaku kepemimpinan terbuka dan tertutup sebagai dimensi-dimensinya dalam memprediksi perilaku kerja inovatif pada management trainee. Untuk melakukan penelitian ini, peneliti merekrut 206 management trainee sebagai partisipan untuk mengisi kuesioner yang disebarkan secara daring. Pengujian hipotesis dengan metode statistik regresi berganda menemukan bahwa ambidextrous leadership tidak dapat memprediksi perilaku kerja inovatif. Di sisi lain, ambidextrous leadership yang ditelaah melalui dimensi-dimensinya, yaitu perilaku kepemimpinan terbuka dan tertutup, mampu memprediksi perilaku kerja inovatif. Implikasi dari hasil studi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada organisasi terkait pengelolaan program management trainee.

Innovative work behavior plays a crucial role in the sustainability of the company. Ambidextrous leadership is presumed to be one of the variables that play a role in predicting innovative behavior among management trainees. The present study focuses on management trainees because of the unique characteristics of management trainees as part of talent development in the company. The present study aims to investigate the role of ambidextrous leadership and its dimensions, namely opening and closing leadership behaviors, on innovative work behavior among management trainees. To conduct this study, 206 management trainees were recruited to fill out a questionnaire distributed online. Hypotheses testing using multiple regression analysis shows that ambidextrous leadership cannot predict innovative work behavior. On the other hand, ambidextrous leadership examined through its dimensions, namely opening and closing leadership behaviors, significantly predict innovative work behavior. The implication of these findings is expected to be able to contribute to organizations concerning the management of management trainee programs."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zidan Raleto Seno
"Inovasi merupakan salah satu target yang diharapkan dari management trainee yang merupakan calon pemimpin masa depan dari perusahaan. Namun, belum banyak penelitian yang membahas mengenai faktor-faktor yang dapat memengaruhi perilaku kerja inovatif pada management trainee. Penelitian kuantitatif cross-sectional ini bertujuan untuk mengetahui peran empowering leadership sebagai moderator dalam efek stres terhadap perilaku kerja inovatif. Data diperoleh dari 174 peserta aktif program management trainee dari berbagai perusahaan menggunakan skala IWB-9, PSS-10, dan LEB-12 yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,7–0,9. Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa persepsi stres tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku kerja inovatif pada management trainee (β=0,04, t=0,56, p=0,58). Empowering leadership juga tidak berperan sebagai moderator dalam efek tersebut (β=-0,03, t=0,07, p=0,68), tetapi memiliki pengaruh secara langsung terhadap perilaku kerja inovatif (β=0,55, t=7,92, p<0,001). Penelitian menyimpulkan bahwa kondisi negatif tidak memiliki efek langsung terhadap perilaku kerja inovatif yang dilakukan oleh management trainee. Penelitian selanjutnya perlu untuk mengeksplorasi karakteristik individual positif yang dapat membantu management trainee mempertahankan perilaku kerja inovatif di tengah kondisi kerja yang menuntutnya untuk menampilkan performa yang lebih dibandingkan karyawan yang lain.

Innovation is one of the targets expected of management trainees, who are expected to become future leaders of the company. However, not many studies have discussed the factors that can influence innovative work behavior in management trainees. This cross-sectional quantitative study aims to determine the role of empowering leadership as a moderator in the effect of stress on innovative work behavior. The data were obtained from 174 active participants of management trainee programs from different companies using the IWB-9, PSS-10, and LEB-12 scales, which had been adapted into Indonesian with a reliability coefficient of 0.7-0.9. The results of the multiple linear regression test indicated that perceived stress did not significantly influence innovative work behavior in management trainees (β=0.04, t=0.56, p=0.58). Empowering leadership was also found to have no moderating effect on this relationship (β = -0.03, t = 0.07, p = 0.68), but did exert a direct influence on innovative work behavior (β = 0.55, t = 7.92, p < 0.001). The study concluded that negative conditions do not have a direct effect on the innovative work behavior of management trainees. Future research should investigate the role of positive individual characteristics in enabling management trainees to maintain innovative work behavior in the midst of work conditions that require them to perform more than other employees."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasnah Hidayati
"Balai Latihan Kerja merupakan unit pelaksana teknis berupaya untuk mempersiapkan calon tenaga kerja dengan memberikan pelatihan agar peserta mempunyai bekal untuk bersaing di dunia kerja. Agar hasil pelatihan sesuai dengan kebutuhan pelatihan, maka perlu dievaluasi pelaksanaan pelatihannya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini berusaha untuk menguji efektifitas pelatihan yang diselenggarakan oleh BLKKP Yogyakarta yang diperoleh dari penilaian peserta pelatihan.
Adapun tujuan penelitian adalah untuk menguji penilaian responden terhadap pelaksanaan pelatihan dan pengarah pelatihan terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan. Unit analisis penelitian ini adalah peningkatan pengetahuan dan keterampilan responden selama mengikuti pelatihan. Peningkatan pengetahuan atas keterampilan responden dengan menggunakan indikator skor prates dan pastes yang diperoleh responden selama mengikuti pelatihan.
Analisis statistik t - test dipergunakan untuk menguji pengaruh pelatihan terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan responden. Analisis frekuensi prosentase digunakan untuk mengkaji penilaian responden terhadap pelaksanaan pelatihan. Sedangkan analisis regresi dipergunakan untuk mengkaji hubungan masing - masing variabel prediktor. F - test dipergunakan untuk menguji signifikansi hubungan masing - masing variabel. Sedangkan analisis regresi berganda dipergunakan untuk menganalisis sumbangan keempat variabel terhadap peningkatan efektifitas pelatihan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian responden terhadap pelaksanaan pelatihan cukup baik sehingga dapat disimpulkan pelaksanaan pelatihan oleh BLKKP Yogyakarta cukup efektif. Dari hasil analisis diperoleh hasil masing - masing variabel prediktor mempunyai hubungan dan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan efektifitas pelatihan. Sedangkan dari hasil regresi berganda diperoleh hasil bahwa keempat variabel prediktor mempunyai hubungan yang sangat signifikan yaitu sebesar R = 0,785 dengan nilai koefisien determinasi R2 -- 0,617 yang berarti keempat variabel prediktor memberikan kontribusi sebesar 61,7 % terhadap peningkatan efektifitas pelatihan. Dengan demikian peningkatan efektifitas pelatihan yang dapat dijelaskan oleh keempat variabel prediktor sebesar 61,7 % sedangkan sisanya sebesar 38,3 % dijelaskan oleh variabel lain yang belum diteliti dalam penelitian ini."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T2495
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marisya Pratiwi
"Penelitian ini fokus pada usaha untuk menurunkan intensi turnover pada executive trainee di PT.EVP. Tingkat turnover 61,9% diidentifikasi karena ketidakjelasan informasi yang diperoleh executive trainee terkait pekerjaan mereka sebagai sales manager. Penelitian dilakukan untuk melihat hubungan role ambiguity dan intensi turnover, dengan menggunakan Role Ambiguity Scale (Rizzo, House dan Lirtzman, 1970) dan Withdrawal Cognition (Tang, Kim & Tang, 2000). Hasil penelitian pada 33 executive trainee menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan antara role ambiguity dengan intensi turnover (p<0,01). Oleh karena itu, intervensi dilakukan dengan menyusun dan menyosialisasikan uraian jabatan (job description) kepada para executive trainee. Uji perbedaan dilakukan kepada kelompok executive trainee yang diberikan sosialisasi dan tidak diberikan sosialisasi, dan hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor role ambiguity dan intensi turnover yang signifikan antara kedua kelompok; kelompok intervensi memiliki skor role ambiguity dan intensi turnover yang lebih rendah. Dengan demikian, perusahaan perlu melakukan sosialisasi uraian jabatan sales manager dalam program pelatihan executive trainee.

This study focused on the efforts to reduce turnover intention among executive trainee at PT EVP. Turnover rate 61,9% was identified because of the lack of informations related to their job as sales manager. This study measured the correlation between role ambiguity and intention to turnover using Role Ambiguity Scale (Rizzo, House dan Lirtzman,1970) and Withdrawal Cognition (Tang, Kim & Tang, 2000). The results of the study on 33 executive trainees showed a positive and significant relationship between role ambiguity and turnover intention (p<0.01). Therefore, intervention was held to redesign and socialize job description to the executive trainees. Researcher conducted a mean differences test on executive trainees groups who did and didn?t receive socialization, and the result showed that there were score differences in role ambiguity and intention to turnover between the two groups; the group which received the intervention had lower score of role ambiguity and intention to turnover. Thus, company needs to do job description socialization for sales manager on executive training program."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T41748
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Larasati Puspita Dewi
"Fenomena war for talent merupakan suatu kondisi yang akan terus terjadi dan harus dihadapi oleh setiap perusahaan. Jawaban untuk menghadapi war for talent adalah dengan mengimplementasikan manajemen talenta dengan baik. Seluruh upaya yang dilakukan akan membentuk proses yang berkesinambungan dan berdampak besar bagi perusahaan dan karyawan. Perusahaan berupaya untuk dapat menjadi tempat kerja yang dipilih oleh para best talent. Untuk menghadapi fenomena tersebut, PT Bank BRI sebagai salah satu perusahaan BUMN terbesar di Indonesia, memiliki program unggulannya yaitu BRILiaN Future Leader Program (BFLP). Program ini dilakukan dengan tujuan untuk menarik para best talent dan menjadikan mereka sebagai future leader. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis terkait manajemen talenta dalam program BFLP dalam menghadapi fenomena war far talent dengan menggunakan teori manajemen talenta oleh Armstrong & Taylor (2020). Metode penelitian ini adalah kualitatif post positivist, kemudian teknik pengumpulan data didapatkan dengan cara wawancara mendalam (data primer) dan studi dokumentasi (data sekunder). Berdasarkan hasil penelitian, program BFLP sudah berjalan dengan baik untuk menghadapi fenomena war for talent, hal ini dapat dilihat dari berbagai upaya perusahaan menarik best talent, melakukan proses rekrutmen, memberikan pendidikan, memberikan evaluasi dan penilaian, mengkategorisasikan karyawannya, dan juga berupaya mempertahankan para best talent yang sudah mereka dapatkan serta kembangkan. Walaupun begitu, perusahaan harus bersikap fleksibel dalam menghadapi dinamika lingkungannya.

The phenomenon of the war for talent is a condition that will continuously occur and must be faced by every company. The solution to facing the war for talent is to implement effective talent management. All efforts made will form a continuous process that has a significant impact on both the company and its employees. Companies strive to become the workplace chosen by the best talents. To address this phenomenon, PT Bank BRI, as one of the largest state-owned enterprises (BUMN) in Indonesia, has its flagship program, the BRILiaN Future Leader Program (BFLP). This program aims to attract the best talents and develop them into future leaders. Therefore, this research was conducted to analyze talent management in the BFLP program in facing the war for talent phenomenon using the talent management theory by Armstrong & Taylor (2020). This research method is post-positivist qualitative, with data collection techniques obtained through in-depth interviews (primary data) and documentation studies (secondary data). Based on the research results, the BFLP program has been running well to address the war for talent phenomenon. This is evident from the company's various efforts to attract the best talents, conduct recruitment processes, provide education, offer evaluations and assessments, categorize its employees, and strive to retain the best talents they have acquired and developed. However, the company must remain flexible in facing the dynamics of its environment."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlangga Maulana
"Penelitian ini menunjukkan bagaimana proses pembelajaran budaya di LPK Putra Maju Lembang, Jawa Barat. Penelitian ini berargumen bahwa proses pembelajaran budaya sudah dilakukan sejak masa pelatihan di Indonesia dan melatarbelakangi pembentukan kompetensi lintas budaya. Penelitian ini menggunakan metode etnografi di antaranya pengamatan terlibat, pengumpulan data sekunder, dan wawancara mendalam kepada tujuh informan yang terdiri dari lima trainee dan dua sensei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran budaya dilakukan dengan cara memberikan materi nihonjijjou baik di dalam maupun luar kelas LPK Putra Maju Lembang. Strategi pembelajaran budaya menekankan kepada peran senpai, pensuasanaan tempat kerja, cerita kesuksesan senpai hingga musik dan film sebagai media pembelajaran. Proses pembelajaran budaya berdampak terhadap pembentukan kompetensi lintas budaya. Trainee mampu untuk mengidentifikasi dan menerima kebudayaan korporasi Jepang pada kehidupan sehari-harinya. Penelitian ini menawarkan siklus pembelajaran budaya yang terjadi selama pelatihan trainee di Indonesia maupun di Jepang.

This study shows the cultural learning process at LPK Putra Maju Lembang, West Java. This study argues that the cultural learning process has been carried out since the training period in Indonesia and prompt the formation of intercultural competencies. This study used ethnographic methods, including participant observation, secondary data collection, and in-depth interviews with seven informants consisting of five trainees and two sensei. The results show that the cultural learning process was carried out by providing nihonjijjou materials both inside and outside of the LPK Putra Maju Lembang classes. The cultural learning strategies emphasize senpai's role, workplace atmosphere, senpai's success stories, also music and films as learning media. The cultural learning process has an impact on the formation of intercultural competencies. Trainees are able to identify and accept the Japanese corporate culture in their daily life. This study offers a cultural learning cycle that occurs during trainee training in Indonesia and Japan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library