Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tuti Haryanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik penduduk muda yang tidak bekerja dan tidak sekolah (NEE) dengan menggunakan metode multinomial logit dan data Susenas 2012. Hasilnya menunjukkan ada perbedaan karakteristik antara NEE aktif (aktif mencari kerja tapi belum bekerja) dan NEE tidak aktif (tidak aktif mencari kerja dan tidak sekolah).
Jenis kelamin dan status kawin besar pengaruhnya terhadap probabilitas menjadi NEE aktif atau NEE tidak aktif. Ditemukan bahwa probabilitas menjadi NEE aktif akan meningkat pada laki-laki berstatus belum kawin sementara wanita berstatus kawin lebih cenderung menjadi NEE tidak aktif. Capaian pendidikan juga membedaan probabilitas menjadi NEE aktif atau NEE tidak aktif.

This study analyzed the characteristics that determine the probability of young population that are not employed and not in education (NEE) using Multinomial Logistic Method and the 2012 National Economic and Social Survey (Susenas). Result shows different findings that determines the young NEE active (actively searching for work but not yet employed) and NEE inactive (not actively searching for work nor in education).
Sex, male or female, and marital status highly determines the probability to be NEE active or inactive. The findings point out that the probability to be NEE active are higher among the single young men while women who are married to be NEE inactive. Education attainment also distinguish the probability to be NEE active or inactive.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reno Dewina
Depok: Universitas Indonesia, 1985
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Dheatami
"Perkembangan kognitif anak prasekolah yang terhambat akan berdampak pada prestasi anak di sekolah. Kehadiran ibu pada masa ini sangat penting bagi anak karena 85% karakter anak dibentuk pada masa prasekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh ibu bekerja dan tidak bekerja dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah di TK Kelurahan Harjamukti Depok.
Desain penelitian adalah cross sectional pada150 responden ibu dan anaknya yang berusia 3-6 tahun. Pengambilan sampel dengan teknik cluster sampling. Pola asuh yang diberikan ibu bekerja yaitu demokratis (94,4%) dan permisif (5,6%), sedangkan pada ibu tidak bekerja demokratis (91,0%), permisif (6,4%), dan otoriter (2,6%). Analisis data menggunakan chi-square (α = 0,05) didapatkan hubungan pola asuh ibu bekerja dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah (P=0,437), sedangkan pada ibu tidak bekerja (P=0,286).
Hubungan pola asuh ibu bekerja dan tidak bekerja dengan perkembangan kognitif adalah tidak signifikan. Akan tetapi, setiap ibu harus mengetahui pola asuh yang tepat yang dapat menunjang perkembangan kognitif anak. Selain itu, tenaga kesehatan juga dapat mengedukasi orang tua terkait pola asuh yang tepat bagi perkembangan kognitif anak usia prasekolah.

Hampered cognitive development of preschool children will have an impact on children's achievement in school. Mother's presence is very important for children because 85% of the children's character is formed in the preschool years. This study aims to determine the relationship of parenting of working mother and unemployed mother with the cognitive development of preschool children in Village Harjamukti Kindergarten Depok.
The study design was cross-sectional in 150 respondents of mothers and their children aged 3-6 years. Sampling used was cluster sampling. Parenting given by the working mothers are authoritative (94.4%) and permissive (5.6%), while parenting given by the unemployed mothers are authoritative (91.0%), permissive (6.4%), and authoritarian (2.6 %). Data analysis used chi-square (α = 0.05) showed obtained relationship of working mother parenting with cognitive development of preschool children (P = 0.437), of while the unemployed mother (P = 0.286).
Relationship of working mother and unemployed mother parenting with cognitive development is not significant. However, every mother should know the appropriate parenting which can support the child's cognitive development. In addition, health care providers can also educate parents about appropriate parenting for the cognitive development of preschoolers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63751
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hidayat Martin
"Seiring dengan perkembangan zaman terjadi pergeseran dalam kehidupan bermasyarakat kita. Peran seorang ibu yang dulu hanya sebagai pengatur urusan rumah tangga kini telah bertambah karena semakin banyak ibu yang bekerja di luar rumah. Dengan bekerja di luar rumah maka waktu ibu untuk bertemu dan mengasuh anak berkurang. Terbatasnya waktu pertemuan anak dengan ibunya membawa pengaruh pada perkembangan anak. Hoffman (1989, dalam Berk 1991) menyatakan bahwa ibu bekerja lebih menekankan kemandirian pada anaknya sehingga anak akan mencapai kemandirian yang lebih baik.
Penelitian ini ingin menguji apakah benar bahwa anak yang ibunya bekerja berbeda tingkat kemandiriannya dengan anak yang ibunya tidak bekerja. Subyek penelitian ini adalah anak usia 3-5 tahun yang ibunya bekerja full time, dan anak usia 3-5 tahun yang ibunya tidak bekerja. Subyek diambil yang berusia 3-5 tahun, karena pada usia Ini diharapkan anak sudah melewati tahap autonomy vs shame and doubth. (Erikson 1963).
Kemadirian anak usia 3-5 tahun ini diukur dengan menggunakan kuesioner skala kemandirian yang disusun berdasarkan 4 aspek kemandirian, Aspek-aspek tersebut didapatkan dari berbagai literatur yang didasarkan pada teori Erikson dan Bandura. Ke-4 aspek tersebut adalah self regulation, self control, self efficacy, dan self determination. Dari hasll uji coba diperoleh 44 Item yang valid dan reliabel untuk mewakili aspekaspek kemandirian dengan angka reliabilitas 0.8945. alat tersebut diberikan pada 48 anak-anak usia 3-5 tahun yang ibunya bekerja full time dan 48 anak usia 3-5 tahun yang ibunya tidak bekerja.
Setelah data terkumpul dan dilakukan analisis diperoleh hasil yang menunjukkan adanya perbedaan yang siknifikan pada tingkat kemandirian antara anak yang ibunya bekerja full time dangan anak yang ibunya tidak bekerja. Selain itu dari data tambahan juga diperoleh informasi bahwa tidak terdapat perbedaan kemandirian yang signifikan antara anak laki-laki dan perempuan, dan juga pada anak yang anak sulung dan bukan sulung. Tetapi terdapat perbedan kemandirian antara anak yang mempunyai pengasuh dan tidak mempunyai pengasuh, serta anak yang sudah mengikuti pendidikan (pra sekolah) dan anak yang tidak mengikuti pendidikan pra sekolah.
Kami berharap penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak untuk menambah pengetahuan dan memberikan masukan pada ibu yang berkerja dan juga bagi ibu yang tidak bekerja. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar dibuat alat yang lebih balk lagi, yaitu yang jumlah itemnya lebih banyak dan seimbang antara yang satu dengan aspek yang lain."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2958
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktavia Risna Damayanti
"Dalam dunia ini, manusia diciptakan sebagai mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, seperti yang dikatakan oleh Turner dan Helms (1995) bahwa mencari dan menjalin hubungan dengan orang lain adalah naluri seorang manusia. Jalaludin Rakhmat (1988) dalam bukunya Psikologi Komunikasi menyebutkan pula bahwa manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri sehingga selalu ingin berhubungan dengan orang lain secara positif.
Ternyata, tidak semua orang dapat memiliki kehidupan sosial yang mulus. Cutrona (dalam Peplau dan Perlman, 1982) mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa keadaan loneliness, merupakan keadaan yang dapat dihasilkan akibat ketidakterpenuhinya kebutuhan interaksi seorang individu. Loneliness, dapat menyebabkan akibat yang buruk seperti alkoholisme, bunuh diri dan berbagai gejala penyakit (Perlman dan Peplau, 1982).
Kebutuhan interaksi yang intim seorang individu dapat dipenuhi lewat lembaga perkawinan, dimana disebutkan oleh Cox (dalam Brehm, 1992) bahwa interaksi sosial dalam perkawinan merupakan bentuk interaksi yang mempunyai sifat paling intim bila dibandingkan dengan bentuk interaksi lain. Menurut penelitian Freedman (dalam Brehm, 1992), dalam suatu perkawinan para istri mengalami loneliness lebih besar daripada para suami.
Menurut Fischer dn Philip (dalam Brehm, 1992), wanitalah yang rentan terhadap loneliness apabila ikatan intim atau pernikahan tersebut mengurangi akses mereka pada jaringan sosial yang lebih luas. lnilah yang disebut sebagai isolasi sosial, dimana salah satu kelompok istri yang mengalaminya adalah mereka yang tidak bekerja atau yang lazim disebut ibu rumah tangga.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran loneliness pada ibu rumah tangga tengah baya yang tidak bekerja. Subyek yang dipilih adalah mereka dengan usia 40-60 tahun atau pada masa middle adulthood dan tidak bekerja atau tidak memiliki penghasilan sendiri.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, dengan menggunakan alat Revised UCLA Loneliness Scale yang terdiri dari 20 item. Alat ini mengandalkan penilaian subyek terhadap dirinya sendiri yang berarti memiliki kelemahan dapat terjadi kemungkinan faking good atau subyek berusaha terlihat baik di mata orang lain.
Hasil penelitian yang didapatkan ternyata, rata-rata dari 80 orang ibu rumah tangga tengah baya yang tidak bekerja tersebut mengalami loneliness, hanya saja pada tingkat yang rendah atau kadar loneliness-nya rendah. Ada beberapa kemungkinan yang dapat menjelaskan hasil penelitian ini, tetapi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang relevan.
Penjelasan pertama, wanita memfokuskan perkembangan dirinya pada perkembangan keluarganya (Kelly & Noen dalam Turner & Helms, 1995), sehingga kesuksesan anggota keluarganya merupakan kesuksesan bagi dirinya, hal tersebut dapat menjadi penyebab rendahnya tingkat loneliness pada rata-rata subyek. Penjelasan kedua, seperti diungkapkan Frieze (1978), wanita masih menilai sumber kepuasannya adalah perkawinan dan anak-anaknya sehingga tanpa bekerjapun mereka telah memperoleh kepuasan hidup. Memiliki anak, dapat menjadi penjelasan selanjutnya, dengan demikian salah satu tugas perkembangannya, yaitu membantu anak-anaknya yang sedang bertumbuh menjadi orang dewasa yang matang secara sosial (Duvall dalarn Pikunas, 1976) dapat terlaksana dengan baik.
Peningkatan kualitas dalam pernikahan yang umumnya terjadi pada masa ini seperti yang diungkapkan oleh Pikunas (1976), merupakan penjelasan selanjutnya, sebab dengan demikian perasaan lonely seseorang cenderung dapat terobati. 80 % subyek mengikuti aktivitas di luar rumah juga dapat menjadi penjelasan terhadap hasil penelitian, sebab, aktivitas tersebut dapat membantu subyek menjaga jaringan sosialnya dengan masyarakat di sekitarnya. Hal selanjutnya yang dapat pula menjadi penjelasan adalah tingkat pendidikan subyek yang mayoritas atau 61.25 % adalah lulusan SLTA, karena menurut Peplau dan Perlman (1982) seseorang yang berpendidikan rendah akan cenderung terisolir."
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Menur Karen K.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T38019
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Arreta
"Pendekatan “Gender dan Pembangunan” telah lama diupayakan guna inklusi partisipasi perempuan dalam ketenagakerjaan. Namun, TPAK Indonesia 2021 menunjukkan hanya 39,19% perempuan menempati pekerjaan sektor formal. Motivasi dan faktor determinan partisipasi kerja akan dikaji lebih lanjut oleh studi ini khususnya pada pekerjaan domestik yang diemban perempuan. Menggunakan dataset SUSENAS tahun 2019 hingga 2021, hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan domestik yang diproksikan oleh jumlah balita bersifat negatif dan signifikan memengaruhi keputusan bekerja perempuan pada kedua sektor pekerjaan. Sementara, kehadiran disabilitas dan jumlah orang tua berusia lanjut tidak signifikan menjelaskan keputusan bekerja perempuan di sektor formal, namun menurunkan keputusan bekerja di sektor informal.

The Gender and Development approach has long been encouraged for women’s participation in employment. However, TPAK Indonesia 2021 shows that only 39.19% of women occupy formal employment. This study aims to assess the determinants of domestic work on the likelihood of women working decisions. Using the SUSENAS dataset from 2019 to 2021, the result shows that domestic work proxied by the number of children under five weakens the decision to work in both job sectors. However, disability and the number of elderly parents do not significantly explain women’s participation in formal employment but eliminate the decision to work in informal employment."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katarina S Sulianti
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa pada saat ini terdapat kecenderungan dalam masyarakat menuntut kemampuan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan. Bem (dalam Papalia 2000) menyebutkan anggapan budaya mengenai jender sangat mungkin berubah-ubah. Pembahan-perubahan ini dapat terefleksikan dalam skema jender anak dan nantinya mempengaruhi sikap dan tingkah lakunya. Seseorang mungkin saja mempersepsi suatu masalah dari skema yang lainnya bukan hanya dari skema jender saja, namun Bem (dalam Boldizar, 1991) memberikan penekanan bahwa skerna jender menjadi hal yang penting, karena adanya kebiasaan dan ideologi sosial yang membentuk hubungan antara jender dengan tingkah laku, konsep, dan katagori-kategori tertentu berdasarkan jender, masyarakat sendiri menganggap perbedaan berdasarkan jender adalah hal yang penting, dan menggunakan jender sebagai dasar beberapa norma, keanggotaan kelompok, dan pengaturan di institusi-institusi. Bem (dalam Basow, 1992) menekankan bahwa bermula dari menyadari adanya perbedaan-perbedaan antara laki-laki dan perempuan di setiap situasi sehari-hari, anak merangkai sebuah skema berdasarkan jender, sehingga terbentuk identitas jender, yang kemudian ditampilkan melalui tingkah laku-tingkah laku yang dianggapnya sesuai untuk laki-laki atau perempuan. Seorang anak laki-laki tidak selalu harus membentuk identitas jender maskulin, demikian pula seorang anak perempuan tidak selalu harus membentuk identitas jender feminin. Beberapa penelitian sebelumnya menemukan bahwa anak-anak dan remaja yang memiliki identitas jender androgin dun maskulin lebih dapat diterima di lingkungannya, lebih percaya diri, lebih menghargai dirinya, dan lebih populer daripada mereka yang memiliki identitas jender feminin. Dan tampaknya dikaitkan dengan kondisi Zaman saat ini identitas jender androgin lebih tepat untuk dimiliki seorang anak. Di dalam proses pembentukan identitas jender, dipengaruhi oleh faktor internal yaitu perkembangan kognitif fisik, dan psikososial seseorang. Dengan adanya tekanan sosial dan perkembangan kognitif yang berbeda antara anak usia sekolah dan remaja, menyebabkan anak usia sekolah dan remaja berbeda."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Riana
"Hidup bersama orang lain dalam suatu pernikahan, penuh dengan tuntutan dan masalah yang harus dihadapi. Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah konflik suami istri dan kehadiran anak yang dapat menambah konflik tersebut. Jika masalah-masalah tersebut tidak dapat diatasi dengan baik, maka dapat menimbulkan kekecewaan. Kekecewaan yang terus menerus disertai stres kehidupan sehari-hari dapat menyebabkan terjadinya burnout.
Tujuan dari penelitian ini untuk melihat gambaran burnout pada ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan memiliki anak usia sekolah. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan metode wawancara Pengambilan data dilakukan pada tiga orang ibu rumah tangga yang telah mengalami burnout.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa masalah-masalah yang dihadapi ibu rumah tangga sehingga dapat menimbulkan burnout adalah overload, conflicting, demands, Kebosanan, perselingkuhan suami tidak terpenuhinya kebutuhan afeksi dan komunikasi sering perubahan sikap suami. Upaya subyek untuk menghadapi masalah mereka adalah dengan menggunakan strategi emolionfocusea' coping, yaitu subjek cenderung menerima keadaan mereka saat ini. Hal ini menyebabkan mereka berada pada kondisi humour. Mereka mengalami kelelahan fisik berupa badan terasa Lelah, keluhan sakit badan seperti sulit bernafas. sakit kepala mudah terkena sakit dan badan panas. Kelelahan mental, berupa perasaan tidak berharga, tidak berguna, merasa lebih tua dari umur yang sebenarnya dan merasa terjebak. Sedangkan kelelahan emosional berupa merasa kesal, marah, berubahnya perasaan terhadap suami dan merasa tidak pernah merasakan bahagia. Untuk penelitian selanjutnya peneliti menyarankan untuk menambah subjek penelitian dan juga mewawancarai suami."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maghfirah Maulany Aqmarina
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara kepuasan pernikahan dan stres pengasuhan pada ibu bekerja dan ibu tidak bekerja dengan anak usia 0-5 tahun. Pengukuran kepuasan pernikahan menggunakan ENRICH Marital Satisfaction EMS Scale, sedangkan stres pengasuhan diukur dengan Parenting Stress Index-Short Form PSI-SF. Sebanyak 227 orang ibu bekerja dan ibu tidak bekerja dengan anak berusia 0-5 tahun direkrut menjadi partisipan melalui tautan kuesioner daring yang disebarkan kepada komunitas ibu dan melalui institusi pengembangan anak lainnya. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan independent sample t-test dan analysis of variance ANOVA. Didapatkan dua hasil utama dari penelitian ini. Pertama, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kepuasan pernikahan ibu bekerja dan ibu tidak bekerja t=-.251, p>.05 . Kedua, terdapat perbedaan yang signifikan antara stres pengasuhan ibu bekerja dan tidak bekerja t=-2.025.

This study was conducted to compare marital satisfaction and parenting stress among employed mother and unemployed mother with 0 5 years old children. Mother rsquo s marital satisfaction was measured with ENRICH Marital Satisfaction Scale, and parenting stress was measured with Parenting Stress Index Short Form PSI SF . 227 employed and unemployed mothers with 0 5 years old children were recruited through online links distributed to young mother communities, and other child development institutions. Independent sample t test and analysis of variance ANOVA were used to analyze data. There were two main results from the current study. First, there was no significant difference in marital satisfaction among employed and unemployed mothers t .251, p .05. Second, the study found significant difference in parenting stress among employed and unemployed mothers t 2.025.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>