Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sinaga, Santi Susanti R.
"Deteksi dini kanker serviks dengan tes IVA merupakan tindakan pencegahan terhadap penyakit kanker serviks. Tingkat pengetahuan dan sikap terhadap tes IVA sangat mempengaruhi perilaku perempuan yang sudah menikah untuk mnelakukan deteksi dini. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik, pengetahuan dan sikap 412 responden yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cakung. Usia responden antara 17-61 tahun, mayoritas sudah menikah, mayoritas ibu rumah tangga. Responden mayoritas sudah pernah terpapar informasi melalui internet dan petugas kesehatan akan tetapi masih sedikit responden yang telah melakukan tes IVA, hambatan yang dialami oleh responden adalah ketidaktahuan puskesmas dapat melakukan tes IVA. Responden memiliki tingkat pengetahuan yang rendah dan sikap yang negatif terhadap tindakan tes IVA. Petugas Kesehatan seharusnya lebih giat memberikan edukasi tentang puskesmas memiliki layanan tes IVA baik melalui media internet.

Early detection of cervical cancer by VIA test is a preventive action for cervical cancer. The level of knowledge and attitude on VIA test strongly affect the behaviors of married women to perform early detection. The purpose of this study was identifying the characteristics, knowledge and attitude of 412 respondents domiciled in the working area of Public Health Center of Cakung Sub district. The respondents rsquo ages were 17 61 years old, most were married, most were housewives. Most respondents were exposed to information via internet and health workers, but only few respondents performed VIA test. The obstacle faced by the respondents was not knowing that public health center can perform VIA test. The respondents had low level of knowledge and negative attitude on VIA test. Health workers should work harder in giving education via internet that public health center provides VIA test service."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lestari Mustika Rini
"Latar Belakang: Saat ini telah diketahui di beberapa negara bahwa puncak insidensi lesi prakanker serviks terjadi pada kelompok usia 30-39 tahun. Namun belum ada data yang menggambarkan tentang sebaran dan hubungan antara usia dengan terjadinya lesi prakanker serviks di Indonesia, khususnya di Jakarta.
Tujuan: Untuk mengidentifikasi target kelompok usia pada wanita peserta program skrining "see and treat" dan mengetahui hubungan antara faktor usia, jumlah melahirkan dan hasil Tes Inspeksi Visual Asam asetat (IVA).
Metodologi: Desain yang digunakan adalah uji potong lintang pada wanita peserta program di 4 puskesmas Jatinegara April - Mei 2009, untuk mengevaluasi frekuensi usia peserta, ketergantungan usia dan jumlah melahirkan.
Hasil: Partisipasi skrining tertinggi adalah pada kelompok usia 35 - 39 tahun (20,8% dari n=612), dan menurun pada usia lebih tua. Usia diatas 35 tahun 3 kali lebih besar kecenderungan memiliki jumlah melahirkan lebih dari 1 kali dibandingakan usia ≤ 35 tahun dengan RO=2,87, IK 95%=1,94 ; 4,24, p<0,0001, PPV 80%. Usia lebih dari 35 tahun memiliki risiko 2 kali lebih besar mendapatkan hasil Tes IVA positif dibandingkan responden yang berusia ≤ 35 tahun dengan RO 1,99, IK 95%= 0,38 ; 10,38, p=0,648. Terdapat hubungan bermakna antara usia, jumlah melahirkan dan usia pertama menikah dengan temuan hasil Tes IVA (0,05 < p< 0,10).
Kesimpulan: Data ini menunjukkan bahwa wanita dengan usia diatas 35 tahun dan telah memiliki jumlah melahirkan lebih dari sekali, lebih cenderung memiliki hasil Tes IVA positif.

Background: There were some medical researches from some countries, showed that the peak incidence of premalignant cervical cancer occurred in the 30-39 age group. However, report about distribution and correlation between age and premalignant cervical cancer in Indonesia, especially in Jakarta, are poorly understood.
Purpose/Aim: To identify the age group target amongst the female participants of "see and treat" screening program, and to analyze the correlation of age, parity and Visual Inspection Acetic acid (VIA) test result.
Methodology: We used a crosssectional test to analyze data from Jatinegara female participants in 4 clinics in Jatinegara during April - May 2009, in order to evaluate the frequency of the age of participants, age dependency, and the number of parity.
Result: It showed that the highest screening participation was in women between 35-39 age group (20,8% in n=612), and a little less in elderly women. The ages above 35 has a triple possibility to give birth more than one time than ages below 35 with OR=2,87, CI 95%=1,94 ; 4,24, p<0,0001, PPV 80%. Ages above 35 years occupy double risk to get positive IVA Test result than respondents of ages below 35, with OR=1,99, CI 95%= 0,38 ; 10,38, p=0,648 There were significantly correlation between age, number of parity and the first age of marriage with positive IVA test result (0,05 < p < 0,10).
Conclusion: These data suggest that in women > 35 years and had birth more than one time, were possibilities to have positive pre-cancer detected by VIA."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S09049fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ajiraga Amrantara
"Latar Belakang: Saat ini telah diketahui di beberapa negara bahwa puncak insidensi lesi prakanker serviks terjadi pada kelompok usia pertama kali menikah 12-17 tahun. Namun belum ada data yang menggambarkan tentang sebaran dan hubungan antara usia pertama kali menikah dengan terjadinya lesi prakanker serviks di Indonesia, khususnya di Jakarta. Tujuan: Untuk mengidentifikasi target kelompok usia pertama kali menikah pada wanita peserta program skrining “see and treat” dan mengetahui hubungan antara usia pertama kali menikah, kesadaran dan hasil Tes Inspeksi Visual Asam asetat (IVA). Metodologi: Desain yang digunakan adalah uji potong lintang pada wanita peserta program di 4 puskesmas Jatinegara April – Mei 2009, untuk mengevaluasi frekuensi usia pertama kali menikah peserta, dan kesadaran. Hasil: Partisipasi skrining tertinggi adalah pada usia pertama kali menikah pada umur 20 tahun (14,5% dari n=612). Terdapat hubungan yang bermakna antara usia pertama kali menikah dan kesadaran dengan Uji Chi-Square (p=0,002) dengan OR=5,83, IK 95%=3,68 ; 50,22. Tidak terdapat hubungan bermakna antara usia pertama kali menikah dan temuan hasil Tes IVA dengan Uji Chi-Square (p=0,267) dengan OR4,59, CI 95%=0,53;39,52. Terdapat hubungan bermakna antara usia, jumlah melahirkan dan usia pertama menikah dengan temuan hasil Tes IVA (0,05 < p < 0,10). Kesimpulan: Pada penelitian ini tidak terdapat korelasi antara usia pertama kali menikah, kesadaran dan hasil Tes IVA.

Background: There are some medical research from other country that identified the peak incidence of premalignant cervical cancer was in the age of first marriage 12- 17 age group. But report for distribution and relation between age and premalignant cervical cancer in Indonesia, especially in Jakarta, are poorly understood. Purpose: To identify the target age of first marriage amongst women participant of “see and treat” screening program and to analyze relation of age of first marriage, awareness and IVA test result. Methodology: We used a cross-sectional test to analyze data from Jatinegara female participants in 4 clinics in Jatinegara during April – May 2009, to evaluate frequency of participant age of first marriage, awareness. Result: The highest screening participation was amongst age of first marriage women at 20 year (14,5% in n=612). There was significance relation between age of first marriage and awareness with Chi-Square Test (p =0,002) with OR=5,83, CI 95%=3,68 ; 50,22. There was no significance relation between age of first marriage and VIA test result with Chi-Square Test (p =0,276) with OR=4,59, CI 95%=0,53;39,52. Conclusions: There was no correlation between age of first marriage, awareness and IVA test result. The increasing age of fisrs marriage the participant, more frequencies awareness, will also have more positif pre-cancer detected by VIA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Utari
"Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan akurasi tes IVA dalam mendeteksi lesi derajat tinggi kanker serviks.
Metode: Dua puluh lima subjek dilakukan pemeriksaan IVA, dimana didapatkan hasil IVA positif dan dinilai lima kriteria berdasarkan kecepatan muncul lesi, intensitas warna putih yang kuat, ketebalan lesi berbentuk plak, batas lesi yang tegas dan tepi lesi yang meninggi. Kemudian dilakukan biopsi pada lesi putih yang dihasilkan dan dilakukan pemeriksaan histopatologi. Hasil histopatologi dikelompokkan menjadi lesi derajat tinggi dan non lesi derajat tinggi.
Hasil: Penelitian ini diikuti oleh 25 wanita dengan hasil IVA positif Didapatkan NPP untuk kriteria kecepatan muncul lesi ≤60 detik, ketebalan lesi berbentuk plak, intensitas warna putih yang kuat, batas lesi yang tegas dan tepi lesi yang meninggi, adalah masing-masing sebesar 0,36; 0,33; 0,18; 0,2 dan 0,09. Apabila dua kriteria IVA positif dengan NPP tertinggi, yaitu kecepatan muncul lesi dan ketebalan lesi bentuk plak digabungkan, akan meningkatkan NPP menjadi 0,40.
Kesimpulan: Di antara lima kriteria IVA positif yang diuji pada penelitian ini, yang mempunyai nilai prediksi positif paling baik dalam mendeteksi lesi derajat tinggi adalah kriteria kecepatan munculnya lesi dan ketebalan lesi berbentuk plak.

Objective: To know the factors that can increase the accuracy of VIA tests in detecting high grade lesions.
Study design: Twenty-five subjects were performed VIA test with positive results, assessed further by five criterias based on speed of the lesion appear, strong white intensity of the lesions, thick lesions with plaque-shaped, firm-bordered lesions, and rised-edged lesions. Then punch biopsy and histopathology examination were conducted. Histopathology results grouped into high grade lesions and non-high grade lesions.
Results: This research followed by 25 woman with VIA positive results. Obtained PPV for five criterias: speed of lesions appear less than 60 seconds, strong white intensity of the lesions, the thickness of lesions with plaque-shaped, firm-bordered lesions, and rised-edged lesions were respectively 0.36; 0.33; 0.18; 0.2 and 0.09. If 2 criterias with best PPV, speed of lesions appear less than 60 seconds and the thickness of lesions with plaque-shaped, were combined, it will improve PPV to 0.40.
Conclusion: Among five criterias of VIA positive tested in the research, 2 criterias with best predictive values in detecting high grade lesions are speed of lesions appear less than 60 seconds and thick lesions with plaque-shaped.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Lembahmanah
"Latar Belakang: Pada umumnya penderita kanker serviks di Indonesia berpendidikan rendah. Selain itu belum ada data yang menggambarkan tentang sebaran dan hubungan antara tingkat pendidikan dengan terjadinya lesi prakanker serviks di Indonesia, khususnya di Jakarta. Sementara angka kejadian kanker serviks di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Tujuan: Untuk mengetahui prevalensi wanita peserta program skrining “see & treat” berdasarkan usia, tingkat pendidikan, usia pertama menikah, dan hasil penemuan tes IVA pada bulan April-Mei 2009 di 4 puskesmas Jatinegara dan mengetahui keterkaitan antara tingkat pendidikan dengan hasil penemuan tes IVA, serta pengaruhnya terhadap terjadinya lesi pra-kanker serviks. Metode: Penelitian cross-sectional dengan sampel minimal 106 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data kuesioner program dari bulan April hingga Mei 2009 di 4 puskesmas daerah Jatinegara, Jakarta Timur, yang telah dikumpulkan sebelumnya. Hasil: Jumlah responden pada kelompok tingkat pendidikan rendah 44.4% sedangkan tingkat pendidikan tinggi/lanjutan 47.1%. Jumlah responden dengan hasil tes IVA positif 98.5% dan negatif 1.1%. Dari 559 orang responden, 0.6% wanita berpendidikan rendah/dasar dengan IVA positif dan 0.4% berada pada tingkat pendidikan tinggi/lanjutan. Hasil analisa statistik tidak mendapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan hasil tes IVA (p=0.610; RP= 1.58 dengan IK 95% 0.27-9.50). Sementara itu terdapat hubungan yang sangat bermakna antara tingkat pendidikan dengan usia pertama menikah responden (p<0.001; RP=7.78 dengan IK 95% 5.27-11.47). Kesimpulan: Jumlah responden lebih banyak berada pada kelompok tingkat pendidikan tinggi/lanjutan (47.1%). Tingkat pendidikan yang rendah tidak berhubungan dan bukan merupakan faktor risiko terhadap penemuan hasil tes IVA yang positif pada 559 responden di 4 puskesmas di Jatinegara. Namun tingkat pendidikan yang rendah berpengaruh bermakna terhadap usia pertama menikah responden yang lebih muda.

Introduction: Generally, the cervical cancer patients in Indonesia have low educational level. In addition, there was no data which describe the distribution and the correlation between educational level and prevalence of precancer’s lesion in Indonesia, particularly in Jakarta. Whereas the amount of cervical cancer in Indonesia is increasing every year. Objective: To discover the prevalence of “See and treat” screening programme’s participants based on their age, educational level, age of first marriage, and prevalence of VIA test’s results from April until May, 2009, at 4 Community Health Centers in Jatinegara, East Jakarta, and to discover the correlation between educational level and the number of VIA test’s results, also the influence that possibly concomit the precancer’s lesion. Method: A cross-sectional study with 106 minimal samples. The datas were collected by using programme’s questionnaires started from April until May, 2009, at 4 Community Health Centers in Jatinegara that had already been collected before. Result: The number of percentage of responders who had low-leveled of education was 44.4%, while the high-leveled of education percentages was 47.1%. The number of percentages of the responders who had positive VIA result was 1.1% and the negative result was 98.5%. From 559 responders, 0.6% of women with positive VIA results had low-leveled of education and 0.4% of women had high-leveled of education. The statistical analysis result showed that there was no meaningful correlations between the educational level and the number of VIA test result (p=0.610; PR=1.58 with 95% IC 0.27-9.50). Meanwhile, there was a very meaningful correlation between the educational level and age of first marriage (p<0.001; PR=7.78 with 95% IC 5.27-11.47). Conclusion: The majority of responders were from high-leveled of education (47.1%). Lower educational level did not correlated and was not the risk factor of the positive finding of VIA test results in 526 responders at 4 Community Health Centers in Jatinegara. However, lower educational level was meaningfully correlated to a younger age of first marriage."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library