Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhamad Ansari
"Paradigma baru dalam pengelolaan dan perkembangan industri pertimahan di Provinsi Bangka Belitung telah memunculkan perusahaan-perusahaan yang melaksanakan pemurnian bijih timah. Dalam proses pemurnian bijih timah hingga menjadi logam timah juga menghasilkan s/ag timah yang mengandung unsur radioaktif. Slag yang dihasilkan dikategorikan sebagai TENORM. Data pengukuran radioaktivitas yang dilakukan dalam penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa slag yang dihasilkan mengandung unsur radioaktif melebihi batas yang telah ditentukan. Berdasarkan rekomendasi dari Basic Safety Standard yang dikeluarkan oleh international Atomic Energy Agency (IAEA), batas tindakan penanganan TENORM apabila konsentrasinya = 1000 - 10.000 Bq/kg atau mempunyai paparan radiasi gamma = 50 pR/jam. Jika konsentrasi unsur radioaktif dalam TENORM telah memenuhi batasan tersebut maka TENORM harus dikendalikan sebagaimana halnya limbah radioaktif. Dengan kondisi tersebut berdasarkan ketentuan peraturan perundangan, pengeloljaan terhadap slag yang dihasilkan wajib memiliki izin pemanfaatan tenaga nuklir. Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan smelter timah sehingga belum mengelola limbah yang mengandung unsur radioaktif dan membandingkan kinerja sme/er timah dalam pengelolaan limbah yang mengandung unsur radioaktif. Secara umum penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis faktor-faktor yang. mempengaruhi dan membandingkan kinerja syneiter dalam rangka pengelolaan limbah yang mengandung unsur radioaktif ramah lingkungan.

The new paradigm in the management and development on tin industry in Bangka Belitung Province has made the emergence of companies whose business is in the menagement and purification of tin ore. On the other hand, the process of the processing and purification of tin ore into tin metal also produce byproduct such as among others monasite, ilmenite, and slag which contain radioactive elements. Category of produced s/ag is TENORM. Radioactivity measurement data from the previous research indicates that the slag produced contains radioactive elements exceeding the established limit. Based on the recommendations from basic Safety Standard issued by IAEA, the limit for management of TENORM is if the concentration is = 1000 - 10.000 Ba/kg or it has gamma-radiation exposure = 50 pR/hour. if concentration of radioactive elements exceeding the established limit of TENORM, It must be controlled in the same manner as in controlling radioactive wastes. Given the condition, pursuant to laws and regulations the management of produced slag requires a licence for utilization of nuclear energy. This research identifies factors influencing the activities of tin smelter which makes the management of waste and compare the performance of tin smelter in managing the waste containing radioactive elements are not yet properly conducted. This research has the objective to analyze factors influencing and compare the performance of tin smelter, environmentally-friendly in managing the waste containing radioactive elements from tin smelters.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T34337
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mailani
"Skripsi ini membahas tentang bagaimana pengawasan TENORM di Indonesia serta pengelolaan TENORM. TENORM sebagai produk samping zat radioaktif alam yang mengalami peningkatan karena kegiatan bukan hanya dihasilkan pada kegiatan pemanfaatan nuklir, namun juga pada kegiatan non nuklir lainnya, seperti energi dan sumber daya mineral pada kegiatan penambangan, pengolahan, pemurnian dan industri. Di mana dalam hal ini, pengawasan terhadap zat radioaktif menjadi kewenangan dari BAPETEN, namun selama ini pengawasan hanya terhadap pemegang izin pemanfaatan sehingga dalam hal ini terdapat bisa lepasnya pengawasan terhadap zat radioaktif berupa TENORM. Selain itu Undang-undang B3 juga mengatur tentang pengawasan dan pelarangan pemanfaatan TENORM dikecualikan bila tidak melewati batas yang telah ditetapkan. Setiap Pengusaha yang menghasilkan TENORM harus melakukan intervensi yang bertujuan untuk mengurangi tingkat paparan radiasi.

This thesis discusses how TENORM supervises in Indonesia and TENORM management. TENORM as a by-product of natural radioactive substances that have increased due to activities not only generated in nuclear utilization activities, but also on other non-nuclear activities, such as energy and mineral resources in mining, processing, refining and industrial activities. Where in this case, the monitoring of radioactive substances becomes the authority of BAPETEN, but so far only done to the license holder in the case of this could be the release of the monitoring of TENORM radioactive substances. In addition, B3 Law also regulates the supervision and prohibition of utilization of TENORM except if it does not exceed the established limits. Any Entrepreneur who produces TENORM should intervene aimed at lowering radiation exposure levels."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S68478
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghulam Fathul Amri
"Perkembangan teknologi yang masif mendorong manusia melakukan eksplorasi sumber daya alam secara besar-besaran. Industrialisasi pun bergeliat dengan penuh harapan mendapatkan keuntungan yang besar. Pertambangan dibuka dimana-mana dengan modal yang sangat besar. Dari semua proses itu akhirnya muncullah limbah berbahaya bernana NORM/TENORM. Di antara limbah itu adalah unsur Radium 226. Diperlukan suatu metode yang ramah lingkungan untuk menyelesaikan permasalahan ini agar tidak menimbulkan masalah baru di kemudian hari. Fitoremediasi sebagai opsi paling ramah lingkungan dipilih dan serangkaian percobaan pun diatur untuk mendapatkan kondisi ideal. Tanaman Dieffenbachia dipilih sebagai kandidat karena memiliki spesifikasi khusus mampu hidup pada media air, tubuhnya yang memiliki kandungan asam sehingga sangat ideal digunakan dalam usaha pengolahan limbah radium 226. Selain itu tanaman ini juga bukan tanaman konsumsi sehingga menutup celah masuknya radionuklida tersebut ke dalam rantai makanan. Tanaman mampu hidup pada pH 3 sd 10. Percobaan dilakukan dengan menggunakan wadah botol dengan media air pH 7 dengan suhu dikontrol pada 28-30oC dan kelembaban 68 % maka didapatkan hasil bahwa tanaman ini mempunyai nilai faktor pindah sebesar 0,38 sehingga termasuk kategori akumulator sedang dan fitoremediator yang baik karena tidak terpengaruh oleh kontaminan. Berdasarkan keadaan tersebut maka tanaman ini bersifat Fitovolatil dan Fitostabilisasi. Reaksi kinetika Radium 226 dengan Dieffenbachia Sp memenuhi orde 2 dengan persamaan y = 1,8268x2 - 9,8389x + 44,975 dan nilai R² = 0,7623. Persamaan kinetika ini bisa digunakan untuk memperkirakan bagaimana kinerja tanaman dalam mendekontaminasi kontaminan yang akan diproses. Untuk mencegah kontaminasi lanjutan maka pengelolaan matrik pascapanen perlu dilakukan dengan cermat dan seksama.

Massive technological developments encourage people to explore natural resources on a large scale. Industrialization is also wriggling about in hopes of gaining sizable profits. Mining is opened everywhere with considerable capitals. From all these processes finally emerged hazardous waste as known as NORM / TENORM. Among those waste is the Radium 226 element. An environmentally friendly method is needed to solve this problem so that it will not cause new problems in the future. Phytoremediation as the most environmentally friendly option was chosen and a series of experiments were arranged in order to obtain ideal conditions. The Dieffenbachia plant was chosen as a candidate because it has special specifications which is capable of living on water media, its body which has an acid content so that it is quite ideal to be used in the waste processing business of radium 226. In addition this plant is also not a consumption plant so that it closes the gap of the entry of that radionuclides into the food chain. This plant is also able to live at pH of 3 to 10. The experiment was carried out using a bottle container with a water medium that has pH of 7 with temperature controlled at 28-30 degrees Celsius and humidity of 68 % the result is that the plant can move contaminants into itself by 38.44 % with details of roots, stems and leaves with a percentage of 15.43%, 13.22% and 9.79% respectively and encouraging contamination evaporation of 57.85%, leaving only pollutants as much as 3.71% from the initial amount. Based on those conditions, this plant is Fitovolatil. The kinetic reaction of Radium 226 with Dieffenbachia Sp is in order of 2 with the equation y = 1.8268x2 - 9.8389x + 44.975 and the value of R² = 0.7623. This kinetic equation needed for predict ability of the plant when process the contaminant to be decontaminated. To prevent further contamination, the management of the post-harvest matrix needs to be carried out carefully and thoroughly."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T52528
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Onek Gunawan
"Meningkatnya aktivitas eksploitasi dan kegiatan indutri pengolahan bijih Timah (SnO2) di pulau Bangka berpotensi menyebabkan kenaikan konsentrasi dan aktivitas TENOR (Technologically Enchanced Naturally Occurring Radioaktive Materials) di permukaan. Peningkatan konsentrasi dan aktivitas TENORM akan memberikan dampak bagi keselamatan dan kesehatan pekerja serta lingkungan. Pada penelitian ini diperoleh konsentrasi aktivitas TENORM pada Tin Slag yang cukup tinggi yaitu di atas 1 Bq/g untuk Th-232, Th-228, U-238 dan Ra-226. Sedangkan untuk radionuklida K-40 masih berada pada level alam yaitu maksimum 2,16 Bq/g dari batas maksimal yang ditentukan 10 Bq/g. Sebagai konsekuensi tingginya aktivitas deret Th-232 dan U-238 adalah Tin Slag pada penelitian ini memiliki karakteristik nilai rata-rata Radium Equivalent Activity (Raeq) dan External Hazard Index (Hi) masing-masing sebesar 27,08 Bq/g dan 73,14 sedangkan batasan maksimum yang ditentukan oleh United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR) 2000 masing-masing sebesar 0,37 Bq/g untuk Raeq dan 1 untuk Hi. Konsekuensi lain yang diperoleh adalah tingginya dosis absorbsi dan dosis efektif yang mungkin diterima pekerja dimana dalam penelitian ini diperoleh masing-masing untuk dosis absorbsi sebesar 12104 nGy/jam dan dosis efektif 23,04 mSv/tahun. Dari simulasi menggunakan perangkat RESRAD ONSITE diketahui terdapat kenaikan dosis efektif sampai batas maksimum pada tahun ke-20 sebesar 27,17 mSv/tahun jauh di atas ambang 20 mSv/tahun untuk pekerja radiasi. Selain itu diperoleh pola kontribusi dosis untuk tiap radionuklida sampai tahun ke-60 dimana dari total keseluruhan kontribusi hampir semuanya didominasi oleh deret Th-232 yaitu lebih dari 50 % dari total dosis. Estimasi peluang terjadinya kanker menunjukan nilai maksimum 63 x 10-3 hal ini berarti terdapat 63 dari 1000 kejadian, nilai ini juga berada di atas nilai ambang yang ditetapkan United States Evironmental Protection Agency (EPA) yaitu pada skala 10-4.

Increased activity of exploitation and industrial activities of Tin Ore processing (SnO2) in Bangka Island has the potential to increase the concentration and activity of TENORM (Technologically Enhanced Naturally Occurring Radioaktive Materials) on the surface. Increasing TENORM concentration and activities will have an impact on workers and environment. In this research, TENORM activity concentration in Tin Slag is higher than 1 Bq/g for Th-232, Th-228, U-238 and Ra-226. K-40 is still at a natural level that is a maximum of 2,16 Bq/g from the maximum limit specified 10 Bq/g. As a consequence of the high level of activity of Th-232 and U-238 series is Tin Slag in this research has characteristic of average value of Radium Equivalent Activity (Raeq) and External Hazard Index (Hi) respectively 27,08 Bq/g and 73, 14 while the maximum limit determined by the United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR) 2000 was 0.37 Bq/g for Raeq and 1 for Hi. Another consequence is the high absorption dose and high the effective dose will be received by the workers. In present research we found high value for absorption dose and effective dose are respectively 12104 nGy/hour and 23.04 mSv/year. From the simulation using the RESRAD ONSITE device is known that effective dose will increase up to the maximum limit (27.17 mSv/year ) in the 20th year. It is above the threshold 20 mSv/year for radiation workers. In addition, from dose contribution pattern ,we found from total contribution dose is more than 50 % dominated by Th-232 series. The probability of cancer indicate a maximum value of 63 x 10-3, this means there are 63 out of 1000 events, this value is also above the threshold value set by United States Evironmental Protection Agency (EPA) on scale 10-4."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T51282
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Hayudanti Anggarini
"ABSTRAK
Abu terbang adalah salah satu emisi dari PLTU berbahan bakar batu bara yang termasuk sebagai TENORM. Lepasan abu terbang sebagai TENORM dari industri pembangkit listrik berbahan bakar batu bara berpotensi terakumulasi di lingkungan dan meningkatkan laju dosis radiasi lingkungan. Laju dosis radiasi lingkungan di sekitar PLTU Labuan belum terukur padahal dengan mengetahui hal ini dapat menilai dampak negatif lepasan abu terbang pada risiko paparan radiasi eksternal di masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur laju dosis radiasi lingkungan di sekitar PLTU Labuan dan menganalisis pengaruh radius pada laju dosis radiasi lingkungan. Metode penelitian adalah melakukan pengukuran laju dosis radiasi menggunakan alat surveymeter gamma dengan detektor NaI TI jenis eksploranium GR-135 plus. Pengukuran dilakukan sepanjang lokasi grid yang telah ditentukan sebelumnya. Grid mewakili radius dari PLTU, semakin jauh dari PLTU semakin luas grid pengukurannya, grid yang ditentukan adalah sebesar 1x1 km, 3x3 km, 5x5 km, 10x10 km, 15x15 km. Lebih lanjut, pengaruh radius pada laju dosis radiasi diuji menggunakan uji anova. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa rata-rata laju dosis radiasi di sekitar PLTU Labuan sebesar 47,71 4,17 nSv/jam, masih lebih rendah jika dibandingkan rata-rata laju dosis radiasi gamma dari sumber terrestrial yang diterima masyarakat dunia berdasarkan data dari UNSCEAR sebesar 0,48 mSv/tahun 54,79 nSv/jam . Nilai ini juga masih di bawah rata-rata radiasi gamma di Pulau Jawa yang sebesar 0,46 mSv/tahun 52,51 nSv/jam . Penelitian ini juga menunjukkan bahwa radius memiliki pengaruh yang nyata pada laju dosis radiasi lingkungan. Kesimpulan penelitian ini adalah laju dosis radiasi di sekitar PLTU Labuan masih aman dan terdapat pengaruh radius pada rata-rata laju dosis radiasi.

ABSTRACT
Flying ash is one of the emissions from coal fired power plant which is included as TENORM. The fly ash discharge as TENORM from the coal fired power plant industry has the potential to accumulate in the environment and increase the dose rate of environmental radiation. Environmental radiation dose rate around Labuan Power Plant has not been measurable, whereas it can assess the negative impact of fly ash release on the risk of exposure to external radiation in the community. The purpose of this study is to measure the rate of environmental radiation doses around Labuan Power Plant and to analyze the effect of radius on the dose rate of environmental radiation. The research method is to measure radiation dose rate using gamma surveymeter with detector NaI TI type eksploranium GR 135 plus. Measurements are made along the predetermined grid locations. The grid represents the radius of the power plant, the specified grid are 1x1 km, 3x3 km, 5x5 km, 10x10 km, 15x15 km. Furthermore, effect of radius on the rate of radiation dose was tested using anova. The measurement results show that the average rate of radiation dose around PLTU Labuan is 47.71 4.17 nSv hour, still lower than the average rate of gamma radiation dose from terrestrial sources received by the world community based on data from UNSCEAR of 0.48 mSv year 54.79 nSv hr . This average is also below the average of gamma radiation in Java which is 0.46 mSv year 52.51 nSv hr . The study also showed that the radius had a noticeable effect on the dose rate of environmental radiation. The conclusion of this research is the rate of radiation dose around Labuan power plant is still safe and radius effect on average of environmental radiation dose rate aound Labuan Power Plant."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library