Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Ghalia Indonesia, 1987
349.494 KON
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Durmuller, Urs
Zurich Pro Helvetia,: Schweizer Kulturstiftung , 1996
Swe 439.7 DUR m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Melati Padma Adiprameswari
"[Pengobatan malaria semakin lama mengalami resistensi di berbagai daerah. Akar pasak bumi (Eurycoma longifolia) adalah tanaman yang berpotensi sebagai terapi malaria karena memiliki kandungan kuasinoid. Penelitian ini melakukan uji ekstrak akar pasak bumi (E. longifolia) dosis 60 mg/kgBB dan 75 mg/kgBB secara tunggal dan kombinasi masing-masing dengan klorokuin via oral. Jenis penelitian eksperimental in vivo dengan subjek penelitian mencit Swiss yang terinfeksi Plasmodium berghei. Hasil penelitian perbandingan hari ke-4 dan hari ke-0 tingkat parasitemia memiliki nilai signifikan (p<0,05) pada uji One way Anova. Persentase inhibisi pertumbuhan pada kelompok kombinasi mencapai 98,5% dan 98,9% dibandingkan klorokuin sebagai obat standar mencapai 100%. Sedangkan pasak bumi tunggal inhibisi <50%. Dapat disimpulkan pemberian kombinasi lebih baik menurunkan dan menekan parasitemia dibandingkan pemberian ekstrak akar pasak bumi secara tunggal berdasarkan hasil analisis data perbedaan bermakna (p<0,05).;Malaria treatment is going to become resistance in various regions. Eurycoma longifolia jack is a plant that has potential as malaria therapy due to contain quassinoid as antimalarial. This study was to test Eurycoma longifolia jack extract dose 60 mg/kgBB and 75 mg/kgBB in single and combination with chloroquine via oral. Type of studies is experimental in vivo with Swiss mice infected by Plasmodium berghei as subject. Results of comparative study day 4 and day 0 levels of parasitemia has significant value (p<0,05). The percentage of growth inhibition in the combination group reached 98,5% and 98,9% compare with reference standard therapy chloroquine that reached 100%, while the single of Eurycoma longifolia jack <50%. It can be concluded combination group better than single group of Eurycoma longifolia jack to reduce and supress parasitemia based on the post-hoc analysis there were significant differences (p<0,05)., Malaria treatment is going to become resistance in various regions. Eurycoma longifolia jack is a plant that has potential as malaria therapy due to contain quassinoid as antimalarial. This study was to test Eurycoma longifolia jack extract dose 60 mg/kgBB and 75 mg/kgBB in single and combination with chloroquine via oral. Type of studies is experimental in vivo with Swiss mice infected by Plasmodium berghei as subject. Results of comparative study day 4 and day 0 levels of parasitemia has significant value (p<0,05). The percentage of growth inhibition in the combination group reached 98,5% and 98,9% compare with reference standard therapy chloroquine that reached 100%, while the single of Eurycoma longifolia jack <50%. It can be concluded combination group better than single group of Eurycoma longifolia jack to reduce and supress parasitemia based on the post-hoc analysis there were significant differences (p<0,05).]"
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rezan
"ABSTRAK
Sebagai negara netral, Swiss tidak tergabung dalam banyak organisasi regional. Absennya Swiss dalam keanggotaan organisasi internasional menjadi pemicu dari anomali Swiss dengan keanggotaannya dalam Schengen yang dimulai pada tahun 2008. Latar belakang masuknya Swiss dalam Schengen merupakan sebuah tanda tanya jika disandingkan dengan netralitas Swiss. Sebagai sebuah negara yang mengandalkan perdagangan internasional, aktivitas perpindahan orang dan barang merupakan poin penting perekonomian Swiss. Kerja sama bilateral dan multilateral pun menjadi senjata bagi Swiss untuk mempertahankan pendapatan negara. Banyaknya imigran juga menjadi perhatian khusus bagi Swiss. Sebagai dampaknya, isu-isu negatif seputar ekonomi dan keamanan meningkatkan instabilitas di tingkat federasi. Melalui metode penulisan sejarah, penulis memaparkan data-data yang terkait dengan Swiss terhadap Schengen, di balik minimnya keanggotaan Swiss dalam Uni Eropa. Hingga pada akhirnya, aspek ekonomi dan keamanan menjadi latar belakang utama dari masuknya Swiss dalam Schengen.

ABSTRACT
As a neutral country, Switzerland is not incorporated in many regional organizations. The absence of Switzerland in the membership of international organizations became the trigger of the Swiss anomaly with its membership in Schengen which began in 2008. The background of Swiss entry in Schengen is a question mark when juxtaposed with Swiss neutrality. As a country that relies on international trade, the movement of people and goods is an important point of the Swiss economy. Bilateral and multilateral cooperation also became a weapon for Switzerland to maintain state revenue. The number of immigrants is a particular concern to Switzerland. As a result, negative economic and security issues increase instability at the federation level. Through the method of historical writing, the authors describe the data associated with Switzerland against Schengen, behind the lack of Swiss membership in the European Union. Until finally, the economic and security aspects became the main background of Switzerland 39;s entry into Schengen."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S8178
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Elta Diah Pasmanasari
"Pendahuluan
Myasthenia gravis merupakan penyakit autoimun pada taut saraf otot yang terkait dengan antibodi asetilkolin. Pathologi dari MG terkait dengan pathologi timus yang mengakibatkan terjadinya defek pada maturasi sel intra-timus. Model hewan coba MG selama ini digunakan dengan menginjeksi T.californica yang mengakibatkan kelemahan otot seperti MG, namun model tersebut tidak dapat menjelaskan patologi imunologi MG. Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu model hewan MG dengan injeksi plasma pasien MG menggunakan mecit Swiss-Webster.
Metode
Plasma pasien didapatkan dari pasien MG yang telah terdiagnosa MG dan kontrol di Poli RSDK Semarang. Plasma individu sehat didapatkan dari individu sehat yang memenuhi kriteria inklusi. Seluruh plasma diperiksa kadar T-reg dan plasma pasien MG dipisahkan menjadi kelompok dengan plasma lebih rendah dari individu normal dan kelompok dengan kadar T-reg lebih tinggi dari individu normal. Mencit Swiss-Webster, betina berusia 10-12 minggu dikelompokkan menjadi kelompok yang diinjeksi dengan plasma normal, plasma MG dengan kadar T-reg tinggi dan plasma MG dengan kadar T-reg rendah dan injeksi dilakukan pada hari 1-5 setiap minggu, selama dua, tiga dan empat minggu. Fungsi motorik diperiksa sebelum dan setelah perlakuan. Fungsi motorik diukur dengan wire hanging test. Mencit yang telah memenuhi lama perlakuan diperiksa kadar IL-2, IFN-γ, antibodi asetilkolin dan reseptor asetilkolin terlarut dalam serum. Otot dan timus diperiksa dengan pewarnaan HE.
Hasil Penelitian
Didapatkan 5 plasma normal (1 laki-laki dan 4 perempuan) dengan rerata T-reg 15,8±1,627%. Plasma 5 pasien MG T-reg rendah (1 laki-laki dan 4 perempuan) dengan rerata T-reg 3,74±0,814% dan 4 plasma pasien MG T-reg tinggi (1 laki-laki dan 3 perempuan) dengan rerata kadar T-reg 24,30±4,700%. Hasil bermakna didapatkan pada variabel-variabel fungsi motorik dengan p=0,047 dan p=0,22 pada kelompok T-reg rendah dengan lama perlakuan 2 dan 3 minggu. Hasil bermakna juga didapatkan pada variabel berat basah timus (p=0,034, p=0,034 dan p=<0,001) pada kelompok T-reg rendah dengan perlakuan 2, 3 dan 4 minggu. Analisis luas otot didapatkan hasil bermakna pada kelompok yang diinjeksi dengan plasma kadar T-reg rendah. Kadar IFN-γ dan IL-2 menurun bermakna pada kelompok yang diinjeksi dengan kadar T-reg rendah dengan p=0,007 dan p=<0,001 (IFN-γ) serta p=0,047, p=0,005 dan p=0,042 untuk IL-2. Variabel-variabel berat badan, rasio korteks-medula pada timus, kadar antibodi asetilkolin dan kadar reseptor asetilkolin terlarut didapatkan hasil yang tidak bermakna.
Kesimpulan
Injeksi plasma pasien MG dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk membuat model MG pada mencit Swiss-Webster dengan mempertimbangkan kadar T-reg pada plasma yang diinjeksikan.

Introduction
Myasthenia gravis is a rare autoimmune disorder that affects the neuromuscular junction because of the acetylcholine antibody. Pathology of MG is related to the disorder in the thymus that causes the defect of the maturation of the T cell intra thymic. For the purpose of research, an MG animal model was built. The model often used is the injection of antibodies from T. California, which causes muscle weakness. However, the model can not explain the immune pathology of the MG. This study aims to build an animal model of MG with the plasma patient MG injection on Swiss-Webster mice.
Material and Methods
Plasma obtained from MG patients that have diagnosed of MG as the out-patients in KAriadia Hospital Semarang. Plasma from healthy control obtained from healthy subject that fulfill the inclusion criteria. Female Swiss-Webster mice, 10-12 weeks old, were grouped into: injected normal plasma, injected plasma MG patients with low T-reg level, and injected plasma MG patients with high T-reg levels. Plasmas were injected on 1st-5th day. Motor function was assessed with a wire-hanging test. The mice’s serum was examined for IL-2, IFN-γ, acetylcholine receptor antibody, and soluble receptor acetylcholine level using ELISA. After termination, the muscle and thymus were examined under microscope with HE staining.
Result
Five normal plasmas were obtained (1 man and 4 women), and the mean T-reg level was 15,8±1,627%. Five plasma MG patients with low T-reg level (1 man and 4 women) with a mean T-reg level of 3,74±0,814%, and 4 plasma MG patients with high T-reg level (1 man and 3 women) with a mean T-reg level of 24,30±4,700%. Motor function was statistically significant in the group injected with plasma patients with low T-reg levels (p=0,047 and p=0,22) in groups 2- and 3-week treatment. Thmus weight was significantly different in the group injected with low T-reg level MG patients compared with control in 2-,3- and 4-week treatment (p=0,034, p=0,034 dan p=<0,001). The width of the muscles was found to be significantly different in the group injected with low T-reg level plasma of MG patients on 2-,3- and 4-week treatment p=0,047, p=0,005 dan p=0,004. The level of IFN-γ was decreased significantly in the groups that were injected with low T-reg levels of MG patient's plasma (p=0,007; 3-week treatment and p=<0,001; 4-weeks treatment). Interleukin-2 levels were decreased in groups injected with low T-reg levels (p=0,047, 2-weeks treatment; p=0,005, 3-weeks treatment and p=0,042, 4-weeks treatment). Some variables were not significantly different, such as body weight, thymus cortex-medulla ratio antibody level, and soluble receptor acetylcholine.
Conclusion
Plasma injection of MG patients into Swiss-Webster mice may be used to build a model of MG, with the T-reg level as the consideration.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Botta, Mario
New York: Rizzoli,, 1987
720.924 BOT m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ilona Regina Marggraf
"ABSTRAK
Tesis ini membandingkan pola ungkapan budaya, yaitu ekspresi rasa sakit dan respons terhadap ekspresi rasa sakit, dalam kebudayaan Swis, Tanimbar, dan Jawa melalui metode analisis percakapan. Peneliti mengutamakan hipotesis bahwa dalam ketiga kebudayaan dapat ditemukan pola ungkapan rasa sakit yang berbeda. Selain perbedaan ideosinkratis dapat ditemukan perbedaan pola ungkapan rasa sakit yang disebabkan oleh perbedaan kebudayaan informan yang direkam. Penelitian ini membahas komunikasi paralinguistis dan verbal dari informan yang berasal dari ketiga kebudayaan tersebut. Komunikasi nonverbal hanya dibahas sejauh penting untuk pengertian komunikasi paralinguistis dan verbal. Pada penelitian ini pegawai kesehatan dan pasien direkam dengan taperecarder dan kamera video untuk memperoleh data pola ungkapan rasa sakit empiris pada situasi pijetan dan kelahiran dari informan yang berasal dari ketiga kebudayaan tersebut. Data rekaman tersebut ditranskripsikan dan contoh-contoh ekspresi rasa sakit dan respons terhadap ekspresi rasa sakit digolongkan dalam beberapa kategori. Dalam tesis ini suatu ungkapan disebut pola ungkapan kalau ditemukan lebih dari satu contoh ungkapan tersebut dalam data rekaman. Suatu pola ungkapan hanya disebut pola ungkapan budaya kalau dalam data transkripsi ditemukan contoh yang berasal dari lebih dari satu informan atau kalau informan yang diwawancarai dapat mendukung data rekaman. Selain data rekaman dan data dari wawancara, juga dikumpulkan informasi dalam kepustakaan di Swis, Belanda, dan Indonesia. Penelitian ini memperlihatkan dengan jelas perbedaan dalam pola ungkapan rasa sakit ketiga kebudayaan tersebut dan dapat dimanfaatkan oleh pegawai kesehatan dan orang lain untuk mcnghindari kesalahpahaman dalam situasi antarbudaya karena mereka lebih sadar akan perbedaan pola ungkapan budayanya.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muzajjanah
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Telah diketahui keseluruhan tanaman pare (akar, batang, daun, bunga, buah dan biji) dilaporkan berkhasiat sebagai obat tradisional. Hasil penyarian, ekstrak biji pare mengandung banyak komponen yang belum teridentifikasi dengan baik. Komponen tersebut antara lain Momordikosid yang tergolong dalam glikosida triterpen, cucurbitasin glikosida, dan momorcharin serta MAP 30 yang termasuk kelompok protein tanaman. Komponen dalam tanaman pare mempunyai aktivitas biologis yaitu antifertilitas, antidiabetik, antivirus, antitumor dan mempunyai efek sitostatik dan sitotoksik.
Dari beberapa penelitian diketahui bahwa momorcharin yang diekstrak dari biji pare, yang diberikan secara intraperitonium dapat menghampat implantasi zigot. Demikian juga ekstrak buah pare dapat menurunkan kesuburan individu jantan. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji dan ekstrak daging buah pare terhadap kesuburan mencit betina. Dilakukan penelitian pemberian ekstrak biji dan daging buah pare secara oral selama 40 hari pada dosis 500 mg/kg bb, 750 mg/kg bb dan 1000 mg/kg bb terhadap kesuburan mencit betina. Setelah selesai perlakuan dilakukan pengambilan data berat badan mencit dan parameter kesuburan yaitu lama sikius estrus, jumlah folikel ovarium, berat ovarium dan jumlah anak yang dilahirkan.
Hasil dan Kesimpulan: Ekstrak biji dan daging buah pare yang diberikan secara oral pada semua dosis perlakuan tidak berpengaruh terhadap berat badan dan jumlah folikel primer (p>0.05). Akan tetapi dapat menyebabkan sikius estrus menjadi lebih panjang, penurunan jumlah folikel sekunder/tersier dan folikel de Graaf, menaikkan jumlah folikel atresia dan berat ovarium. Mulai dosis 750 mg/kg bb beberapa mencit tidak beranak (p<0.01)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T4648
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>