Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suhesti Handayani
"Bagi dokter anak, demam adalah temuan obyektif yang berguna untuk menunjukkan adanya onset suatu penyakit infeksi. Oleh karena sebagian besar penyebab demam adalah infeksi terutama virus, bakteri, atau penyakit kolagen. Walaupun demikian, pada umumnya demam pada anak akan berlangsung singkat dan tanpa konsekuensi serius. Kenaikan suhu tubuh pada anak saat awal perjalanan penyakit sering menyebabkan ketidaknyamanan, anak menjadi rewel dan iritabel sehingga merisaukan orangtua. Namun apakah suhu tubuh pada saat demam perlu diturunkan segera memerlukan pertimbangan antara keuntungan dan kerugiannya.
Demam adalah peningkatan suhu tubuh di atas variasi normal harian akibat induksi dari pirogen endogen yang merangsang setting point (pusat pengatur suhu) di hipotalamus melalui pelepasan senyawa prostaglandin. Di lain pihak, pembentukan prostaglandin dapat dihambat oleh antipiretik non steroid dengan Cara menghambat enzim siklooksigenase .
Antipiretik ideal adalah antipiretik yang efektif menurunkan demam dengan kejadian toksisitas rendah yang dapat diterima pasien. Oleh karena pada umumnya antipiretik digunakan sebagai obat di rumah, maka jenis antipiretik yang ideal juga harus memiliki keamanan yang tinggi atau risiko rendah terhadap overdosis terutama apabila digunakan untuk anak. Instruksi penggunaan harus jelas dan mudah diikuti oleh orangtua/pengasuh."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T21250
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gamal Abdul Nasser
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui penglepasan beberapa
bahan obat berkhasiat (Aininofilina, Efedrina Hidrokiorida,
Kioral Hidrat, Kioramfenikol, Kioroproinazina Hidrokiorida
dan Sulfaguanidina) dari supositoria dengan bahan
dasar canipuran Lemak Cokiat (Oleum Cacao) dan Malam Kuning
(Cera Flava) dalam perbandingan E% dan 12%.
Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Formulasi Resep Jurusan
Farmasi FIFIA-Ul Jakarta, pada suhu kamar 27-29° Cl
dengan menggunakan dasar sifat dissolusi bahan obat berkhasiat
dalam supositoria. Dissolusi dilakukan pada suhu konstan
370 c dengan kecepatan putaran sebesar 25 rpm. Jasi1
dissolusi dipeniksa dengan cara volumetni atau spektrofotometni.
Dissolusi yang dilakukan pada bahan obat berkhasiat dalam
supositonia dengan bahan dasar Lemak Cokiat % dan Malam
Kuning 1210 akan menghasilkan penglepasan bahan obat benkhasiat
yang relatip hampir sama dengan penglepasan yang
diperoleh dari supositoria dengan bahan dasar Lemak Coklat
100%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1981
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nafisa Thahira
"Lemak biji tengkawang berpotensi digunakan sebagai basis supositoria karena kelebihan yang dimiliki yaitu, titik leleh lemak biji tengkawang berada pada rentang 35-39°C yang dapat meleleh pada suhu tubuh manusia, mengeras pada suhu kamar, dan tidak mudah teroksidasi. Lemak biji tengkawang termasuk kedalaman bahan baku yang berasal dari dalam negeri dan merupakan keuntungan terbesar dari segi biaya maupun non biaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakterisasi dan konsentrasi lemak biji tengkawang sebagai basis supositoria serta untuk mengembangkan formula sediaan supositoria dengan lemak biji tengkawang sebagai basisnya dan parasetamol sebagai model obatnya. Terdapat tiga formula (F1,F2, F3) sediaan supositoria yang dibuat dengan metode cetak tuang, yaitu metode pembuatan supositoria dimana basis supositoria yang sudah dilelehkan di dispersikan dengan zat aktif kemudian dituang kedalam cetakan supositoria, dibiarkan mendingin, dan dikeluarkan dari cetakan setelah mengeras. Kemudian, dilakukan karakterisasi lemak biji tengkawang sebagai basis supositoria dan sediaan supositoria. Berdasarkan pengujian, lemak biji tengkawang dapat digunakan sebagai basis supositoria karena jarak lebur lemak biji tengkawang berada pada rentang 31-39℃ sehingga dapat melunak dan meleleh pada suhu rektal, pH 6,6-6,7, stabil pada penyimpanan, tidak cepat teroksidasi, dan tetap dalam bentuk solid pada suhu ruang. F1 (parasetamol 250 mg, lemak biji tengkawang 81,48%, cera alba 4%, tween 2%, alfa tokoferol 0,02%) dipilih sebagai formula yang paling optimal untuk supositoria dengan model obat parasetamol karena sesuai dengan persyaratan dan memiliki karakteristik yang diinginkan yaitu, melunak dan meleleh pada suhu rektal, pH 6,8-6,9, dari aspek organoleptis yang paling baik, dan memiliki kesesuaian kadar paling tinggi yakni 100,39±0,09%.

Tengkawang seed fat has the potential to be used as a suppository base because of its advantages, such as, the melting point of tengkawang seed fat is in the range of 35-39°C which can melt at human body temperature, solidfy at room temperature, and resists oxidation. As a domestically sourced raw material, tengkawang seed fat offers significant cost and non-cost benefits. This study aims to determine the characterization and concentration of tengkawang seed fat as the basis of suppository and to develop a formula for suppository preparations with tengkawang seed fat as the base and paracetamol as the drug model. There are three formulas (F1, F2, F3) of suppository preparations made by the pour molding method, a suppository manufacturing method where the melted suppository base is dispersed with the active substance, poured into the suppository mold, allowed to cool, and removed from the mold after solidfication. Then, the characterization of tengkawang seed fat as a suppository base and the resulting suppository formulations were conducted. Based on the test, tengkawang seed fat can be used as a suppository base because the melting distance of tengkawang seed fat is in the range of 31-39 °C so that it can soften and melt at rectal temperature, pH 6.6-6.7, stable in storage, resists oxidation, and remains in solid form at room temperature. F1 (paracetamol 250 mg, tengkawang seed fat 81.48%, cera alba 4%, tween 2%, alpha-tocopherol 0.02%) was chosen as the most optimal formula for suppositories with the paracetamol drug model because it meets the requirements and has the desired characteristics, namely, softening and melting at rectal temperature, pH 6.8-6.9, from the best organoleptic aspect, and showed the highest content uniformity at 100.39±0.09%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Azizah
"Kandungan polifenol lilin propolis terbukti masih efektif dalam menginhibisi pertumbuhan jamur Candida albicans yang terdapat pada vagina wanita yang mengalami keputihan. Sediaan obat keputihan dengan bahan aktif lilin propolis yang dipilih adalah supositoria vagina (ovula). Pada variasi komposisi ovula 1 dan 2 memiliki bobot rata-rata 2,3335±0,022 dan 2,3234±0,018. Ovula 1, 2 dan kontrol memiliki waktu leleh rata-rata 17 menit, 5,3 menit dan 6 menit. Konsistensi dari terendah ke tertinggi ovula 2

Polyphenols in propolis wax proved to be still effective in inhibits the growth of Candida albicans in women’s vagina who experience vaginal discharge. Selected drug with active agent was vaginal suppository (ovule). Ovule 1 and 2 had an average weight: 2.3335±0.022 and 2.3234±0.018. Ovule 1, 2 and control had the average melting time: 17, 5.3 and 6 minutes. The consistency of the lowest to the highest: ovula 2< 1"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64182
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library