Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arie Listyarini
"Berbagai limbah styrofoam kemasan (PS) pada penelitian ini digunakan untuk membuat natrium polistirena sulfonat (NaPSS). PS disutfonasi dengan asam sulfat pekat 98% menggunakan sulfonasi heterogen dan homogen dengan pelarut dikloroetana (DCE) dengan berbagai variasi suhu (60, 80 dan 100 °C) dan variasi waktu reaksi (3, 4, 5, dan 6 jam). Produk sulfonasi diidentifikasi dengan spektroskopi FTIR. Adanya puncak pada bilangan gelombang 1140 dan 1040 cm"'datam spektrum infra merah menunjukkan karakteristik gugus sulfonat. Persentase sulfonasi maksimum yang dihasilkan adalah 74,9% dengan menggunakan sulfonasi heterogen pada kondisi suhu 100 °C dan waktu reaksi 6 jam sedangkan persentase sulfonasi maksimum yang dihasilkan dengan menggunakan sulfonasi cair-cair adalah 81,91% pada kondisi suhu 100 °C dan waktu reaksi 4 jam. Herat molekul rata-rata limbah styrofoam yang digunakan pada penelitian berkisar antara 90.000 -92.800 g/mol dan menghasilkan NaPSS dengan berat molekul antara 125.000 - 136.000 g/mol. Larutan NaPSS diaplikasikan sebagai flokulan pada proses pengolahan air danau dan dibandingkan dengan aquaklir, flokulan yang telah beredar di pasaran. Hasil menunjukkan bahwa NaPSS dapat menurunkan nilai turbiditas air danau dari 24,58 ntu menjadi sekitar 1 ntu, hal ini masih kurang optimum bila dibandingkan dengan aquaklir.

Several kinds of polystyrene packaging waste (PS) were used in the synthesis of sodium polyfstyrene sulfonate) (NaPSS). PS was sulfonated by using sulfonic acid under heterogeneous and Iquid-liquid sulfonation reactions with dichloroetane (DCE) as solvent. The reactions were conducted at three different temperatures i.e. 60, 80 and 100 °C and at four different reactions time (3, 4, 5 and 6 hours). The product was characterized by FTIR spectrophotometer. The absorption at 1140 and 1040 cm"1 in the infrared spectrum was characteristic for sulfonic groups. The maximum percentage sulfonation was found 74.9% for heterogeneous sulfonation at 100 °C and 6 hours reactions time and the maximum percentage sulfonation for Iquid-liquid sulfonation was found 81.91% at 100 °C and 4 hours reactions time. An aqueous solution of NaPSS was used as a flocculant in lakes water treatment, compared with aquaklir, a commercial flocculant. The results showed that NaPSS can decrease turbidity of water from 24.58 ntu to about 1 ntu, which was less than aquaklir."
[Place of publication not identified]: Sains Indonesia, 2006
SAIN-11-3-2006-6
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Abdurrahman
"ABSTRAK
Pendinginan cepat merupakan salah satu bagian penting dalam proses perlakuan panas yang memiliki peranan dalam merekayasa mikrostruktur material. Mikrostruktur dan sifat mekanik yang diperoleh setelah dilakukan proses pendinginan cepat bergantung pada tingkat pendinginan dan komposisi baja. Fluida terdispersi partikel merupakan media pendingin yang diproduksi dengan mendispersikan partikel-partikel logam atau non-logam ke dalam fluida dasar dengan tujuan untuk meningkatkan konduktivitas termal dari media pendingin tersebut. Dalam penelitian ini, partikel karbon disiapkan dengan melakukan proses penggilingan, dimana reduksi ukuran partikel karbon dilakukan dengan menggunakan planetary ball-mill selama 15 jam pada 500 rpm serta penambahan aditif PVA sebanyak 5 ml. Sodium Dodecyl Benzene Sulfonate digunakan sebagai surfaktan yang bertujuan untuk mengurangi aglomerasi partikel tersuspensi sehingga dapat meningkatkan konduktivitas termal secara optimal. Sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan variasi dari konsentrasi partikel karbon 0.1%, 0.3%, dan 0.5% serta konsentrasi surfaktan 0%, 10%, dan 20%. Karakterisasi dilakukan terhadap partikel karbon serta fluida. Field-Emission Scanning Electron Microscope (FE-SEM), dan Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDS) digunakan untuk mengamati komposisi partikel, morfologi partikel, dan perubahan permukaan. Particle Size Analyzer (PSA), Pengujian Konduktivitas Termal, dan Zeta Potensial digunakan untuk mengamati ukuran partikel, konduktivitas termal fluida, dan stabilitas dari fluida.

ABSTRACT
Quenching is one of important stage in heat treatment proccess which has influence to change the microstructure of material. Microstructure and mechanical properties obtained from quenching process depend on cooling rate and steel composition. Particle dispersed fluids is cooling medium which produced by dispersing metal or non-metal particles into base fluid to increase the thermal conductivity of cooling medium.In this research, carbon particles were prepared by milling process where the reduction of particle size was done using planetary ball-mill for 15 hours at 500 rpm and addtion of 5 ml PVA. Sodium Dodecyl Benzene Sulfonate is utilized as surfactant in order to reduce agglomeration at suspended particles thus increase thermal conductivity. The sample in this research is using variation of 0.1%, 0.3%, and 0.5% carbon particle concentration and 0%, 10%, and 20% surfactant concentration. Characterization is carried out on carbon particle and fluids. Field-Emission Scanning Electron Microscope (FE-SEM), and Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDS) were used to observe the composition, morphology, and surface of particle. Particle Size Analyzer (PSA), Thermal Conductivity Testing, and Zeta Potential Testing were used to observe particle size, thermal conductivity of fluid, and stability of fluid."
2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian telah dilakukan untuk memperoleh mutan ganda dari mutan
Enterobacter aerogenes AY-2 dengan produktivitas gas hidrogen (H2) lebih
tinggi dari sebelumnya. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi
Bioindustri, BPPT, Serpong selama enam bulan (April--September 2006).
Mutasi dilakukan pada kultur bakteri dalam awal fase logaritmik dengan
pemberian ethyl methane sulfonate (EMS) pada variasi konsentrasi 10, 11,
12 ,13, 14, dan 15 μl/ml suspensi sel selama 120 menit. Mutasi dilakukan
kembali pada konsentrasi yang memberikan survival ratio paling rendah
(0,01%), yaitu konsentrasi EMS 14 μl/ml suspensi sel dengan variasi waktu
inkubasi selama 30, 60, 90, dan 120 menit. Sebanyak 166 mutan ganda
hasil mutasi dikoleksi dan dipilih secara acak. Sebanyak 43 koloni terpilih
ditumbuhkan dalam medium kompleks gliserol untuk memperoleh sepuluh
mutan ganda dengan produktivitas H2 tertinggi. Mutan ganda E. aerogenes
AD-H43 memiliki produktivitas H2 tertinggi dengan kenaikan sebesar 20%
dan asam laktat yang dihasilkan mengalami penurunan sebesar 31% dari
produktivitas mutan E. aerogenes AY-2. Penurunan produktivitas asam laktat
akibat perlakuan mutasi dengan EMS disebabkan adanya defisiensi laktat
dehidrogenase.
"
Universitas Indonesia, 2007
S31431
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangiastika Putri Wulandari
"ABSTRAK
Kebutuhan bahan pembersih yang terus meningkat dapat menyebabkan meningkatnya pencemaran lingkungan akibat penggunaan detergen komersial yang mengandung surfaktan bersifat toksik, seperti Sodium Lauryl Sulfate SLS , Linear Alkylbenzene Sulfonate LAS dan Sodium Laureth Sulfate SLES . Surfaktan Methyl Ester Sulfonate MES dapat mensubstitusi surfaktan toksik tersebut dalam detergen. Pembentukan MES dilakukan dengan esterifikasi dan transesterifikasi crude palm oil, sulfonasi, pemurnian, dan penetralan. Nanomaterial fotokatalis TiO2 ditambahkan sebagai bahan aditif untuk meningkatkan kinerja surfaktan dalam mengangkat kotoran dan mendegradasi senyawa organik. Variasi komposisi surfaktan MES dan TiO2 dilakukan untuk memperoleh kestabilan detergen. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah karakterisasi metil ester, surfaktan MES, dan detergen menggunakan instrumen spektrofotometer UV-Vis, FTIR, GC-MS, dan LC-MS. Kondisi optimum pada proses esterifikasi dan transesterifikasi adalah rasio mol 1:6 antara CPO dan metanol berdasarkan konversi tertinggi, yaitu 99 . Kondisi optimum proses sulfonasi adalah rasio mol 1:5 antara metil ester dan NaHSO3 berdasarkan nilai tegangan permukaan terendah, yaitu sekitar 36 dyne/cm . Komposisi detergen yang menunjukkan kestabilan terbaik adalah 0,1 TiO2-3 MES-2 CMC yang memiliki kemampuan mengangkat kotoran sekitar 86 dan sisa surfaktan dalam air sisa cucian menjadi sekitar 33.

ABSTRACT
The increasing need for cleaning agents can lead to increased environmental pollution due to the use of commercial detergents that containing toxic surfactants, such as Sodium Lauryl Sulfate SLS , Linear Alkylbenzene Sulfonate LAS and Sodium Laureth Sulfate SLES . The Methyl Ester Sulfonate MES surfactant may substitute the toxic surfactant in the detergent. The formation of MES is carried out by esterification and transesterification of crude palm oil, sulfonation, refining, and neutralization. The photocatalyst nanoparticle TiO2 is added as an additive to improve surfactant performance in removing impurities and degrading organic compounds. Variations of MES surfactant and TiO2 compositions were performed to obtain detergent stability. Data analysis technique in this research is methyl ester, MES surfactant, and detergent characterization using UV Vis spectrophotometer instrument, FTIR, GC MS, and LC MS. The optimum condition in esterification and transesterification process is 1 6 mole ratio between CPO and methanol based on the highest conversion, 99 . The optimum condition of the sulfonation process is the 1 5 mole ratio between methyl ester and NaHSO3 based on the lowest surface tension value, which is about 36 dyne cm. Detergent composition which showed the best stability was 0.1 TiO2 3 MES 2 CMC which has the ability to remove impurities by 86 and the remaining surfactant in residual water was 33."
2017
S67767
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maritsa Nauva
"Permintaan untuk cairan dengan karakteristik perpindahan panas yang lebih tinggi meningkat baru-baru ini. Cairan ini lebih efisien dalam melepaskan panas yang dihasilkan dalam sistem. Oleh karena itu, sebagian besar digunakan dalam elektronik dan mesin sebagai pendingin, tetapi juga di industri otomotif sebagai media quench. Sifat termal dalam cairan dapat ditingkatkan dengan penambahan nanopartikel dengan konduktivitas termal yang lebih tinggi, oleh karena itu, cairan ini disebut nanofluid.
Karbon banyak digunakan sebagai nanopartikel dalam nanofluid karena konduktivitas termalnya bagus, dan biayanya relatif murah. Namun, sulit untuk mensintesis karbon nanofluid dengan air suling sebagai dasar fluida, karena karbon memiliki sifat hidrofobik. Oleh karena itu, surfaktan diperlukan untuk menghindari aglomerasi yang dapat mempengaruhi transfer panas dan memastikan partikel karbon menyebar dengan baik di dalam cairan.
Dalam penelitian ini, efek Sodium Dodecylbenzene Sulfonate (SDBS) sebagai surfaktan akan diamati. Nanopartikel digiling selama 15 jam pada 500 rpm dengan menggunakan gilingan bola planet. Polivinil Alkohol (PVA) ditambahkan selama penggilingan untuk mengurangi aglomerasi. Setelah penggilingan, Particle Size Analyzer, digunakan untuk memeriksa ukuran partikel, bentuk dan kemurnian nanopartikel karbon. Untuk mensintesis nanofluid, nanopartikel karbon dan surfaktan SDBS ditambahkan dalam 100 ml air suling. Variasi yang digunakan dalam makalah ini adalah 0,1%; 0,3%; 0,5% berat nanopartikel karbon, dan 0,1; 0,3; 0,5% berat SDBS. Analisis Ukuran Partikel (PSA) akan digunakan untuk mengkarakterisasi nanofluida.
Hasil pengujian ukuran partikel menunjukkan bahwa diameter minimum partikel karbon yang dapat dicapai adalah 561 nm (belum dibawah 100 nm) dan kondisi optimum  pada sample nanofluida dan surfaktan SDBS dalam penelitian ini adalah yaitu sampel Nf (C ) 0,2 %  penambahan SDBS 20 %.yaitu memiliki nilai zeta potensial sebesar - 99,47 mV.

The demand for a fluid with higher heat transfer characteristic is increasing recently. This fluid is more efficient in releasing the heat produced in the system. Therefore, it is used mostly in electronics and machinery as a coolant, but also in automotive industry as quench medium. The thermal properties in the fluid could be improved by the addition of nanoparticles with higher thermal conductivity, therefore, this fluid is called nanofluid.
Carbon is widely used as the nanoparticles in nanofluid because its thermal conductivity is good, and the cost is relatively cheap. However, it is difficult to synthesize carbon nanofluid with distilled water as a fluid base, because carbon has hydrophobic property. Therefore, a surfactant is needed to avoid agglomeration which could affect the heat transfer and ensures the carbon particle disperse properly in the fluid.
In this research, the effect of Sodium Dodecylbenzene Sulfonate (SDBS) as surfactant will be observed. The nanoparticle was milled for 15 hours at 500 rpm by using a planetary ball mill. Polyvinyl Alcohol (PVA) was added during milling to reduce agglomeration. After milling, Particel Size Analyzer were used to check the particle size of the carbon nanoparticles. To synthesize the nanofluid, carbon nanoparticles and SDBS surfactants were added in 100 ml distilled water. The variations used in this paper were 0.1 – 0.5 weight % carbon nanoparticles, and 0.1 – 0.5 weight % of SDBS.
The particle size testing result shows that minimum diameter of carbon particle achieved is 561 nm (not under 100 nm yet) and condition optimum for sample nanofluida and surfactant SDBS is concentration Nf (C ) 0,2 %  with add SDBS 20 % with have value of zeta potensial sebesar - 99,47 mV.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53077
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elia Tugimin
"Graphene oxide (GO) adalah graphene teroksidasi yang memiliki ikatan dan gugus fungsi. GO memiliki konduktivitas termal yang baik sehingga dapat digunakan dalam aplikasi perpindahan panas, salah satunya nanofluida. Gugus fungsi O pada graphene oxide membuat sifatnya menjadi hidrofilik untuk dispersi terhadap media larutan cair, sehingga dapat diaplikasikan sebagai media quenching. Dalam penelitian ini graphene oxide dikarakterisasi menggunakan Energy Dispersive Spectroscopy (EDS) dan Scanning Electron Microscope (SEM) untuk mengetahui kandungan unsur dan morfologi dari GO. Nanofluida berbasis GO disintesis dengan konsentrasi GO sebesar 0,01%, 0,03% dan 0,05% dengan menambahkan surfaktan Sodium Dodecyl Benzene Sulfonate (SDBS) sebanyak 0%, 3%, 5% dan 7% pada fluida dasar air distilasi. Nanofluida yang diperoleh diultrasonifikasikan selama 15 menit kemudian dilakukan pengujian konduktivitas termal dan zeta potensial. Setelah itu dilakukan proses quenching menggunakan baja S45C dengan nanofluida sebagai media quench dengan suhu austenisasi 900oC dengan waktu tahan selama 1 jam, kemudian dilakukan pengujian metalografi dan kekerasan. Hasil karakterisasi GO menunjukan terdapat gugus O dan hasil pengujian konduktivitas termal menunjukan bahwa nilai konduktivitas termal menurun seiring dengan peningkatan kadar GO dan surfaktan SDBS dan kekerasan optmal baja S45C hasil quenching terdapat pada konsentrasi nanofluida GO 0.05% dan SDBS 5% dengan nilai kekerasan sebesar 48 HRC.

Graphene oxide (GO) is a graphene that has been oxidized and has bonds and functional groups. GO has a high thermal conductivity so that it can be used in heat transfer applications, one of which is nanofluids. The O functional group in graphene oxide makes it hydrophilic for dispersion on liquid solution media, so it can be applied as a quenching medium. In this study, graphene oxide was characterized using Energy Dispersive Spectroscopy (EDS) and Scanning Electron Microscope (SEM) to determine the elemental content and morphology of GO. GO-based nanofluids were synthesized with GO concentrations of 0.01%, 0.03% and 0.05% by adding the surfactant Sodium Dodecyl Benzene Sulfonate (SDBS) as much as 0%, 3%, 5% and 7% in distilled water base fluid. The obtained nanofluids was ultrasonified for 15 minutes and then tested for thermal conductivity and zeta potential. After that, the quenching process was carried out using S45C steel with nanofluids as the quenching medium with an austenizing temperature of 900oC with a holding time of 1 hour, then metallographic and hardness tests were performed. The results of GO characterization showed that there was an O group and the results of the thermal conductivity test showed that the value of the thermal conductivity decreased with increasing levels of GO and SDBS surfactant and optmal hardness value of S45C steel as a result of quenching is found in nanofluids concentration of 0.05% GO and 5% SDBS with a hardness value of 48 HRC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Suardana
"Kegiatan produksi minyak bumi selain menghasilkan produk minyak mentah (crude oil), juga menghasilkan limbah minyak burrd. Limbah minyak tersebut masih mengandung kadar hidrokarbon minyak bumi yang relatif tinggi, beberapa senyawa N, 5, 0, logam-logam termasuk unsur logam berat dan unsur lainnya. Apabila limbah tersebut tidak dikelola atau dikelola kurang baik, maka dapat berdampak terhadap lingkungan hidup seperti terjadinya pencemaran tanah, air permukaan, air tanah dangkalfaquifer dan terganggunya kesehatan masyarakat setempat atau kehidupan makhluk hidup lainnya. Upaya perlindungan lingkungan hidup dapat dilakukan dengan cara mengelola limbah tersebut agar lingkungan hidup tidak tercemar dan kelestarian fungsinya dapat terus dipertahankan.
Salah satu alternatif pengolahan limbah minyak tersebut adalah dengan memanfaatkan bioteknologi berupa teknik bioremediasi. Walaupun teknik bioremediasi ini mempunyai beberapa kelemahan antara lain waktu yang diperlukan untuk menjalankan prosesnya cukup lama, teknik ini dinilai mempunyai beberapa kelebihan. Kelebihan penerapan teknik bioremediasi ini dibandingkan dengan cara fisika dan kimiawi antara lain. adalah biaya pengolahan limbah yang diperlukan lebih murah karena menggunakan teknologi sederhana, menghilangkan kontaminan tanpa merusak materi terkontaminasi, tidak menimbulkan dampak lanjutan/baru dan aman bagi lingkungannya.
Penekanan dari pemanfaatan teknik ini secara konvensional adalah bagaimana mengupayakan kondisi lingkungan mikroorganisme agar mampu mendegradasi limbah minyak bumf seperti temperatur, oksigen, kelembaban tanah, pH, nutrisi dan lainnya.
Selain melakukan upaya tersebut di atas, keefektifan proses biodegradasi senyawa hidrokarbon minyak bumi dapat ditingkatkan dengan caracara lain seperti penggunaan surfaktan yang bersifat biodegradable sebagai agen pemecahan awal senyawa kontaminan tersebut dan menginokulasikan mikroorganisme eksogen untuk menambah jumlah populasi dan mengaktivasi mikroorganisme indigen pendegradasi limbah minyak tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui kecepatan dan efisiensi biodegradasi limbah minyak Duri akibat penambahan surfaktan LAS.
b. Mengetahui pengaruh pemberian EM4 didalam proses biodegradasi limbah minyak Duri.
Hipotesis penelitian adalah penggunaan surfaktan LAS didalam proses biodegradasi limbah minyak bumf akan dapat meningkatkan ketersediaan biologis (bioavailabiiity) limbah tersebut dan lebih banyak lagi limbah minyak bumi yang dapat dilepaskan dari butir-butiran tanah untuk didegradasi oleh mikroorganisme.
Penelitian dilakukan di Minas Strategic Business Unit (SBU) PT CPI dengan memberikan berbagai macam perlakuan terhadap variabel yang diteliti secara Iangsung di lapangan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sistern kornposit dan pengujian sampel tersebut dilakukan di beberapa laboratorium uji. Berdasarkan hasil pengujian sampel tersebut dapat diambil kesimpulan yang korelasional dengan melihat kecenderungan (trend) dari variabel-variabel yang diteliti.
Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan kadar minyak (Total Petroleum Hydrocarbon) sesuai fungsi waktu. yang diindikasikan dengan berkurangnya kandungan parafinik, aromatik, jumlah karbon organik (Total Organic Carbon).
Kesimpulan :
1. Hasil biodegradasi limbah minyak bumi dengan cara bioremediasi konvensional adalah sebesar 11,6%. Hasil biodegradasi cara tersebut dapat ditingkatkan menjadi maksimal sebesar 29% dengan penambahan konsentrasi surfaktan LAS 2,25% dan EM4 sebanyak 250 ml dalam waktu 31 hari.
2. Penambahan surfaktan sodium LAS menyebabkan Iuas permukaan antara minyak dengan air semakin besar sehingga mampu meningkatkan ketersediaan biologis kontaminan tersebut untuk keperluan metabolisme mikroorganisme yang diindikasikan dengan adanya penurunan tegangan permukaan minyak bumi dan peningkatan persentase penurunan kadar TPH.
3. Pemberian EM4 mampu meningkatkan jumlah populasi mikroorganisme dan mengaktivasi baik mikroorganisme indigen maupun EM4 pendegradasi limbah minyak Duri, yang diindikasikan dengan adanya peningkatan jumlah populasi mikroorganisme dan peningkatan persentase penurunan kadar TPH sesuai dengan fungsi waktu.
Saran :
1. Proses biodegradasi limbah minyak Duri dengan API Gravity rendah perlu dibantu dengan menggunaan surfaktan yang bersifat biodegradable untuk dapat meningkatkan kecepatan dan efisiensi proses degradasi yang terjadi.
2. Studi lebih lanjut mengenai upaya lebih mengefektifkan kerja mikroorganisme indigen dozninan pendegradasi limbah minyak Duri sebaiknya dilakukan untuk dapat meningkatkan hasil biodegradasi limbah tersebut.
3. Isolasi mikroorganisme indigen pendegradasi limbah minyak Duri perlu dipertimbangkan untuk dikaji lebih dalam agar dapat lebih mengefektifkan hasil biodegradasi yang ingin dicapai.

The main activity of oil production is producing crude oil. However, it also produces waste that have relatively high oil hydrocarbon content, in the forms of N, S, 0 compounds, metals include heavy metals and other impurities. When the wastes are not managed properly, they may cause impact to the environment such as soil, surface water, shallow water/aquifer contamination and local community healt problems or other living organism. Environmental protection can be conducted by managing the wastes so that the environment is not contaminated and environmental sustainability can be promoted.
One of the alternative of oil waste treatment is by biotechnology process using bioremediation technique. Although bioremediation technique have several disadvantages such as longer time required to run the process when compared to physical and chemical processes, it has some advantages such as cheaper cost for treatment since it uses simpler technology, as well as it removes contaminant without destructing contaminated materials, not causing additional impact and safe for the environment.
The stressing of this conventional technique is how to manage condition of microorganisms environment in order the microorganism can degrade oil waste through adjusting some parameters such as temperature, oxygen, soil moisture, pH, nutrition and others.
In addition to that, the effectiveness of oil waste biodegradation process can be enhanced by other technique such as using biodegradable surfactant as agent to breakdown the contaminant and inoculate exogenous microorganism to add population number and activate indigenous microorganism in order to degrade the contaminant.
The objectives of this research are as follows :
a. To know the acceleration and efficiency of biodegradation of Duri oil waste due to the addition of LAS surfactant.
b. To know the effect of EM4 in biodegradation process of Duri oil waste.
The hypothesis is the usage of LAS Surfactant in the biodegradation process of Duri oil waste that will enhance the contaminant bioavailability and will release more oil contained in the soil to degrade by microorganism.
The research was conducted at Minas Strategic Business Unit (SBU) PT CPI by employing various treatments to the observed variables directly in the field. Sampling was done by a composite system and samples were tested in some laboratories. Based on the result of samples testing, a correlational conclusion is made by looking at the trend of observed variables.
The result of this research shows that the reduction of total petroleum hydrocarbon (TPH) as indicated by the reduction of paraffin, aromatic and total 'organic carbon (TOC).
Conclusion :
1. The biodegradation of Duri oil waste which conducted conventionally was at 11,6%. The result would be increased to be maximum was at 29% with addition of concentration of surfactant at 2,25% and 250 ml EM4 in 31 days.
2. The Addition of sodium LAS surfactant make the surface area of water and oil wider thus able to enhance the contaminant bioavailability to microorganism metabolic process as indicated by the decrease of surface tension of oil waste and the increase of down slope percentage of TPH concentration.
3. The addition of EM4 is able to increase the number of microorganism population and activate both indigenous or EM4 to degrade Duri oil waste as indicated by the increase of the number of microorganism population and the increase of the down slope percentage of TPH concentration in line with time factor.
Recommendation :
1.The biodegradation process of oil waste with low API Gravity need to be added by using biodegradable surfactant to enhance the acceleration and efficiency of biodegradation process.
2. Further study in enhancing the effectiveness of indigenous-dominated microorganism that degrade Duri oil waste is advisable to be conducted in order to increase the result of the biodegradation.
3. Isolation of the indigenous microorganism that degrade the Duri oil waste need to be further studied in order to get the effective result of biodegradation process.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T8121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carles
"Jumlah dan jenis limbah atau polutan dewasa ini semakin meningkat, hal ini tak lepas seiring berkembangnya dunia industri, dampak limbah dan polutan dewasa ini semakin bertambah, banyak laporan terhadap pencemaran yang diakibatkan oleh limbah atau polutan baik pada air, udara maupun tanah, semua itu dikarenakan pengolahan limbah yang tidak efisien.
Sistem pengolahan limbah yang tepat, murah dan efisien sangat diperlukan, dan salah satu teknologi alternatif pengolahan limbah adalah sistem bioremediasi. Bioremediasi adalah sistem pengolahan limbah yang menggunakan mikroorganisme, didalam proses ini dibuat suatu kondisi dimana organisme dapat memanfaatkan limbah yang ada sebagai sumber karbon yang berguna untuk pertumbuhannya sehingga limbah dapat diubah menjadi senyawa yang aman, tidak berbahaya dan ramah terhadap lingkungan. Semakin meningkatnya penggunaan surfaktan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahan pembersih, membuat penggunaannya semakin luas di berbagai sektor kegiatan ditengah masyarakat. Namun dibalik itu penggunaan produk pembersih ditengah masyarakat selama ini belum memperhatikan dampak yang akan ditimbulkan oleh senyawa ini bila dibuang tanpa penanganan yang memadai. Hasil pembuangan secara langsung kebadan air penerima (sungai) telah membuat sungai menerima beban limbah yang tidak sedikit akibat akumulasi kegiatan serupa baik dari hulu maupun hilir sungai.
Linear alkylbenzene sulfortate (LAS) yang merupakan senyawa aktif didalam detergen dan produk pembersih lainnya merupakan senyawa aromatik yang dapat didegradasi oleh mikroorganisme, akan tetapi senyawa ini mempunyai cincin benzene yang terdapat dalam rantai senyawa tersebut mengandung energi resonansi yang besar, stabil secara termodinamik dan relatif resisten terhadap serangan mikrobial. Jadi mikroorganisme memerlukan energi yang besar dalam reaksi untuk mengurangi energi resonansi barrier yang dapat membuka cincin . Hal ini berarti, senyawa ini terakumulasi dalam biosper, bersifat toksik sehingga mempengaruhi lingkungan.
Berdasarkan pengamatan mengenai amat vitalnya kebutuhan air dan cukup tingginya pemakaian LAS oleh masyrakat dan industri, sedangkan telah diketahui bahwa LAS bersifat toksik dan waktu biodegradasi LAS di perairan memerlukan waktu beberapa hari, maka penelitian difokuskan pada optimasi kemampuan biodegradasi mikrobiologi air terhadap LAS serta karakteristik dan toksisitas relatif senyawa intermediat hasil degradasi LAS terhadap bakteri Rhizobium meliloti . Hal ini untuk memprediksi apakah senyawa intermediat hasil degradasi tersebut aman bagi lingkungan atau bahkan toksik dibandingkan dengan senyawa asalanya.
Penelitian ini dilakukan dibawah kondisi aerobik, menggunakan species bakteri dari badan air waduk Setia Budi Jakarta Selatan, yang merupakan badan air penerima limbah dari berbagai kegiatan domestik, khususnya limbah hasil sisa pembuangan.
Penelitian ini bertujuan:
1.Mengetahui optimasi biodegradasi mikrobiologi air terhadap LAS
2.Mengetahui efektifitas proses bioremediasi senyawa LAS dan mengetahui pengaruh jenis balder-1, waktu degradasi terhadap pertumbuhan bakteri dan kecepatan degradasi senyawa LAS dalam proses bioremediasi.
3. Mengetahui toksisitas relatif senyawa intermediat produk degradasi LAS terhadap bakteri Rhizabium me/iloti dan karakteristik metabolit intermediat hasil degradasi LAS oleh mikrobiologi air, dimana produk intermediat yang dimaksud adalah senyawa yang terbentuk pada saat tercapai waktu paruh dari degradasi LAS.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Terdapat perbedaan biodegradasi senyawa aktif LAS menggunakan kultur tunggal dengan kultur campuran , baik dilihat dari konsentrasi yang terdegradasi maupun waktu degradasi.
2. Produk degradasi (senyawa intermediate) dari LAS toksisitasnya lebih rendah daripada toksisitas senyawa induk (LAS)
Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Mikrobiologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kotamadya Bogor Propinsi Jawa Barat. Variabel penelitian terdiri atas : variabel terikat yaitu: Efektivitas pengolahan limbah cair LAS dan variabel bebas yaitu; konsentrasi LAS, jenis bakteri dan waktu degradasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dimana sampel limbah LAS dikondisikan di dalam laboratorium dan dilakukan bioremediasi menggunakan sampel jenis bakteri yang diisolasi dari perairan waduk Setiabudi Jakarta Pusat. Data dianalisis secara deksriptif berdasarkan data pengukuran berupa tabel dan grafik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis bakteri akan mempengaruhi daya degradasinya terhadap senyawa LAS, karena tiap-tiap bakteri mempunyai kemampuan yang berbeda dalam melakukan proses metabolismenya untuk memanfaatkan senyawa LAS sebagai sumber makanannya.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan :
1. Biodegrasi dengan menggunakan kultur campuran lebih efektif dibandingkan dengan kultur tunggal. Kultur tunggal mampu mendegradasi senyawa LAS dengan presentase penurunan 95,28% selama 10 hari, dibandingkan dengan kultur tunggal dengan penurunan konsentrasi sebesar 92,42% dengan rentang waktu yang sama.
2. LAS sebagai senyawa induk lebih toksik dibandingkan dengan produk intermediatnya dengan nilai IC50 (konsentrasi Penghambat) 34,45 ppm, sedangkan produk intermediat dari kultur tunggal (AC) IC50: 446,196 ppm dan produk intermediat dari kultur campuran (CM) adalah 111,28, dengan demikian senyawa intermediat yang dihasilkan dari biodegradasi kultur tunggal kurang toksik dibandingkan dengan biodegradasi kultur campuran.
3. Berdasarkan identifikasi produk intermediat biodegradasi senyawa LAS pada waktu paruh menggunakan analisis IR dan LC MS menunjukan bahwa di dalam senyawa tersebut masih terdapat gugus-gugus fungsi benzen, asam benzoat, hidroksil, rantai karbon alipatik, aril yang mempunyai berat molekul cukup besar, dengan demikian proses biodegrasai LAS sampai tercapai waktu paruh, hanya terjadi reaksi pemutusan rantai alipatik, belum sampai pada tahap pembukaan cincin aromatik.
Saran:
1. Perlu dibuatnya suatu deregulasi tentang petunjuk pemakaian senyawa aktif LAS pada produk-produk surfaktan, untuk mencegah penggunaan yang tidak efektif senyawa ini, sehingga dapat menghindari terjadinya kerusakan lingkungan khususnya kerusakan lingkungan organisme di perairan.
2. Studi lebih lanjut dalam upaya mengefektivkan kerja mikroorganisme pendegradasi senyawa LAS di lingkungan sebaiknya dilakukan untuk meningkatkan hasil biodegradasi mikroorganisme tersebut untuk mendegradasi limbah dari senyawa LAS.

Effectivity of Waste Water Treatment through Biological Process on Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS)The quantity and types of sewage or pollutants are nowadays increasing; these are connected with the development industries. The effects pollutions will generate either water pollution, air pollution on soil pollution; all of this is caused by the inefficiency of sewage handling.
The exact, cheap and efficient of the sewage handling system is handling needed, and one alternative of sewage handling is bioremediation system. Bioremediation is the system which use microorganism in the process, the organism can use as the source of carbon dioxide which is used for their growth, so the sewage can be altered into a safe and unharmed compound for the environmental. A long with the increasing of surfactants usage as cleaning purposes, this makes its being wider used in every activity in the community. But behind the detergent usage by the community so far are not paying attention to the impact, which will arise if the surfactant be disposed to the receiving water body without any proper handling.
Linear alkyl benzene sulfonate (LAS) is the active compound is found in detergent or surfactants product are aromatic compound that can be degradated by microorganism. But the compound which has "benzene ring" posses a big resonance energy, has thermodynamic to stability and requires a big energy to reduce barrier resonance, which able to open the ring , this means that, the active compound are recalcitrant for degradation pathway, accumulation biosphere, toxic and effluence in environment.
Based an the observation of main vital of water needs and the high of LAS using by people and industries, and it is know that LAS is toxic and to reach its 100% biodegradation time needs several days, but this research is focused the optimum ability of water microbiology biodegradation to LAS, also the characteristic and relativity toxicity of intermediate compound which is the LAS degradation result to Rhizobium melilati bacteria. This has to be done in order to predict weather the degradation result of the intermediate compound is safe for the environment or, a more toxin than it was before.
The hypothesis of the research are: capabilities of mixed culture bacteria more effective compare with pure culture bacteria in the bioremediation process, and toxicity of intermediate compound the result LAS degradation more low toxic compare LAS compound .
The research were conducted at microorganism laboratory, Indonesian Science Agency (UPI) Bogor, West Java Province, where the research using experimental method which a waste of LAS in conditioning some laboratory and than bioremediation process get using bacteria isolation in municipal waste water treatment, Setiabudi Jakarta. The data were analyzed using analysis of descriptive base on the result in graphics and tables.
The result of this research shows that the deferent of kind?s bacteria culture have more able in degradation of LAS. The conclusions of this research are:
1. Biodegradation of active compound LAS with mixed culture most effective compare the pure culture. The mixed culture have ability to decrease of LAS 95,28 °Io until 10 days and pure culture have ability to decrease of LAS 92,42 % until 10 days
2. Toxicity the intermediate compound result degradation of LAS until detention time 50%: pure culture (Ac) are 1427 Ill or 446,196 ppm and mixed culture are 356,89 pi or 111,28 ppm.
3. Analysis of identification intermediate compound shows: Biodegradation until detention time (TD50) benzene compound, benzoate acid, and aliphatic carbon have to exist.
Recommendation
1. Further making standard of LAS in environmental or deregulation by institution for damage protection at environmental, especially damage at environmental aquatic.
2. Further study in enchanting for know impact, effect toxicity LAS in environment and isolation of the indigenous microorganism that degrades of LAS waste needs to be further studies in order to get the effective result in biodegradation process."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 10896
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatih Abdul Syauqi
"Penelitian terkait nanofluida berbasis Graphene Oxide (GO) telah banyak dilakukan akhir-akhir ini terkait dengan sifat konduktivitas termalnya. Pada penelitian ini digunakan Metode Hummers termodifikasi untuk mensintesis GO. Nanopartikel GO kemudian dilakukan karakterisasi melalui pengujian EDS, SEM, serta XRD. Nanopartikel GO kemudian didispersikan ke dalam air sebagai fluida dasar dengan konsentrasi 0,01%, 0,03%, dan 0,05%. Surfaktan Sodium Dodecyl Benzene Sulfonate (SDBS) ditambahkan dengan konsentrasi sebesar 10% dan 20% dimana diharapkan dapat meningkatkan stabilitas dari nanofluida. Pencampuran nanofluida dilakukan dengan ultrasonikasi selama 2 jam. Kemudian Nanofluida dilakukan karakterisasi dengan pengujian Particle Size Analyzer (PSA), zeta potensial, dan konduktivitas termal.  Pada hasil PSA ukuran partikel masih diatas 100nm sehingga fluida ini disebut fluida terdispersi partikel mikro. Hasil penelitian menunjukkan penambahan konsentrasi mikropartikel GO dari 0,01% ke 0,03% tanpa surfaktan mengalami peningkatan konduktivitas termal dan pada konsentrasi 0,05% mengalami penurunan konduktivitas termal dimana aglomerasi dimungkinkan terjadi. Penambahan konsentrasi surfaktan SDBS pada setiap fluida GO mengalami penurunan nilai konduktivitas termal dimana kestabilan dari fluida juga menurun yang tunjukkan pada hasil uji zeta potensial. Sifat dari mikropartikel GO yang hidrofilik dan penambahan surfaktan anionik SDBS memiliki muatan yang sama menyebabkan gaya repulsi elektrostatik sehingga menurunnya kestabilan fluida serta efektifitas transfer panas.

Research regarding Graphene Oxide (GO) based nanofluids was done in this present day because of its thermal conductivity. In this study, modified Hummers Method selected to synthesize GO. GO nanoparticle then characterized by EDS, SEM, and XRD. GO nanoparticle then dispersed in water as its base fluid with concentration of 0,01%, 0,03%, and 0,05%. Sodium Dodecyl Benzene Sulfonate (SDBS) surfactant was added with the concentration of 10% and 20% for a better stability. The mixing process is done by ultrasonication for 2 hours. Nanofluids then characterized by Particle Size Analyzer (PSA), zeta potential, and thermal conductivity. The PSA characterization showed the size of particle is more than 100nm so this fluid is still categorized as microparticles dispersed in fluid. Results showed that increasing of GO microparticle without surfactant at 0,01% to 0,03% enhanced the thermal conductivity of fluids, but at 0,05% the value was decreased with possibility of agglomeration. The increase of SDBS concentration at all fluids showed the decrease of thermal conductivity value. The property of GO microparticle which hydrophilic and anionic SDBS surfactant have a mutual charge which tend to make electrostatic repulsive force so the stability of the fluid and its heat transfer effectivity was decreased."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kharisma Zalfa Khairunnisa Nugraha
"Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari aktivitas katalitik dari katalis silika-organosilika terfungsionalisasi sulfonat yang disintesis berdasarkan metode sol-gel, pada reaksi esterifikasi antara asam oleat dengan neopentil glikol. Aktivitas katalitiknya dibandingkan dengan empat jenis katalis lain, yaitu katalis SBA-15, SBA-15-PrSO3H dengan dua variasi komposisi, dan Ph-PMO-PrSO3H. Pengujian dilaksanakan pada kondisi reaksi yang sama untuk semua jenis katalis, yaitu dengan rasio molar reaktan neopentil glikol : asam oleat 4:1, suhu reaksi 150 oC, jumlah katalis 3%, dan waktu reaksi selama 120 menit. Hasil dari penelitian didapatkan katalis silika-organosilika terfungsionalisasi sulfonat menghasilkan persen konversi produk yang tertinggi, yaitu 71,09%. Selain itu, dilakukan pula variasi rasio molar reaktan, persen jumlah katalis, dan waktu reaksi untuk mengetahui kondisi optimum reaksi. Didapatkan kondisi optimum dari reaksi adalah rasio molar reaktan neopentil glikol : asam oleat 4:1 dengan jumlah katalis 5% dan waktu reaksi selama 300 menit menghasilkan persen konversi produk 87,14%. Dari pengujian daya daur ulang katalis diketahui bahwa katalis silika-organosilika terfungsionalisasi sulfonat memiliki daya daur ulang yang baik untuk tiga kali reaksi, masing-masing dengan persen konversi asam oleat 87,14%, 87,09%, dan 86,73%. Hal ini juga dikonfirmasi oleh karakterisasi FTIR katalis yang tidak menunjukkan adanya gugus fungsi yang hilang dibandingkan dengan katalis sebelum digunakan di reaksi.

This research was conducted to study the catalytic activity of a sulfonate functionalized silica-organosilicate catalyst synthesized based on the sol-gel method, in the esterification reaction between oleic acid and neopentyl glycol. The catalytic activity was compared to four other types of catalysts, namely SBA-15, SBA-15-PrSO3H with two variations of composition, and Ph-PMO-PrSO3H. The test was carried out under the same reaction conditions for all types of catalysts, namely with a molar ratio of neopentyl glycol reactants: oleic acid 4:1, reaction temperature of 150 oC, amount of catalyst 3%, and reaction time of 120 minutes. The results of the study showed that the sulfonate functionalized silica-organosilica catalyst produced the highest percentage of product conversion, namely 71,09%. In addition, variations in the molar ratio of the reactants, the percent amount of catalyst, and reaction time were also carried out to determine the optimum conditions for the reaction. The optimum conditions for the reaction were the molar ratio of reactants neopentyl glycol : oleic acid 4:1 with 5% catalyst and 300 minutes of reaction time to produce a product conversion percentage of 87,14%. From the catalyst recycling test it was found that the sulfonate functionalized silica-organosilica catalyst had good recyclability for three reactions, with percent oleic acid conversion of 87,14%, 87,09% and 86,73%, respectively. This was also confirmed by the FTIR characterization of the catalyst which did not show any loss of functional groups compared to the catalyst before being used in the reaction."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>