Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Sanjayani
"Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mendeskripsikan struktur naratif roman L'Amant. Metode penelitian yang digunakan adalah metode struktural yang menganggap suatu karya naratif sebagai sebuah kalimat yang amat panjang, yang unsur-unsurnya berhubungan secara fungsianal. Maksud fungsional di sini adalah unsur-unsur itu hanya berfungsi dalam kaitannya dengan unsur-unsur lainnya. Metode struktural menganggap bahwa karya naratif tidak memerlukan acuan dari luar karya. Yang menjadi obyek analisis hanyalah unsur-unsur di dalam karya itu sendiri. Dengan berpijak pada metode struktural, teori yang digunakan di dalam penelitian ini adalah teori hubungan sintagmatik dan paradigmatik Roland Barthes serta teori sekuen Schmitt dan Viala.
Analisis hubungan sintagmatik dilakukan dengan menganalisis pengaluran dan alur roman L'Amant, Analisis pengaluran memperlihatkan adanya dominasi sekuen mental dan sekuen peristiwa masa lalu, serta adanya ketidakteraturanpenampilan alur roman karena di dalam roman ini terdapat cerita yang tidak kronologis, digresi cerita, ketidakpastian cerita dan penguiangan cerita. Hal ini disebabkan oleh keterbataean daya ingat Tokoh Penutur dalam menceritakan kisah masa lalunya. Dari analisis alur terlihat bahwa kisah masa lalu yang diingat dan dituliskan Tokoh Penutur adalah kisah tentang hubungan cintanya dengan Laki-laki Cina ketika remaja di Indocina.
Analisis hubungan paradigmatik dilakukan dengan menganalisis tokoh, penokohan serta penggambaran latar ruang dan waktu roman. Analisis tokoh, selain menunjang analisis pengaluran karena indeks tokoh memperlihatkan dominasi deskripsi mental, juga menunjang analisis alur. Hubungan antara Tokoh Penutur dengan tokoh-tokoh lain yang terdapat di dalam kehidupannya, yaitu hubungan yang bersi_fat cinta dan benci, menunjang gerakan alur roman. Ketia_daan nama diri tokoh-tokoh tertentu memperlihatkan hubung_an mereka dengan Tokoh Penutur yang tidak dekat. Analisis penokohan menampilkan indeks tokoh yang bertentangan yang menunjang analisis pengaluran, yaitu struktur naratif roman ini tidak teratur. Analisis penampilan latar ruang yang memperlihatkan adanya kesalahan informasi tentang ruang dan analisis latar waktu yang memperlihatkan adanya petunjuk waktu yang implisit, ketidakpastian waktu peris tiwa dan peleburan waktu, turut menunjang hasil analisis pengaluran.
Kesimpulan yang dapat ditarik setelah uielakukan analisis sintagmatik dan paradigmatik adalah struktur narstif roman L`Aman yang menampakkan ketidakteraturan dalam penceritaannya yaitu pengaluran, penokohan dan penggambaran latar ruang dan waktu, disebabkan oleh keter_batasan daya ingat Tokoh Penutur ketika menuliskan kisah kehidupan masa lalunya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S14409
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khoirul Muttaqin
"Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan keunikan struktur naratif cinta tak pernah tua yang meliputi, kevariatifan penggunaan kata ganti yang mengacu pada tokokh yang menjadi fokus di setiap cerita dan tata semua cerita yang tampak tidak berkaitan sehingga menimbulkan problematika termasuk dalam subgenre kempulan cerpen atau novel buku cinta tak pernah tua tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode struktural. Teori yang digunakan yakni teori naratologi Gerard Genette. Hasil penelitian ini adalah keunikan kevariatifan pemakaian kata ganti yang mengacu pada tokohyang menadi fokus di setiap cerita disebabkan pemandang dari beberapa cerita tersebut bebeda serta pencerita beberapa cerita tersebut berbeda pula. Selain itu, semua cerita yang termuat di beberapa media masa ternyata mempunyai kelinearan dalam tata ceritanya. Simpulannya, cinta tak pernah tua dapat digolongkan menjadi sebuah novel."
Ambon: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2017
400 JIKKT 5:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jenni Anggita
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas perekat sembilan cerita dalam 9 dari Nadira karya Leila S.
Chudori. Berdasarkan penelitian, ditemukan perekat berupa tokoh, latar waktu,
latar tempat, latar sosial, latar material, dan alur. Stuktur Naratif digunakan
sebagai teori untuk mengungkapkan bangun dunia cerita dalam 9 dari Nadira. Hal
tersebut membuktikan bahwa teori ini masih relevan untuk dipakai. Sebagai
sebuah kumpulan cerpen, 9 dari Nadira juga memenuhi syarat sebagai sebuah
novel. Oleh karena itu, 9 dari Nadira dapat digolongkan sebagai sebuah novel
yang unik karena sembilan cerita di dalamnya dapat berdiri sendiri, tetapi saling
berkaitan satu sama lain.

ABSTRACT
This thesis discusses about the adhesive of nine stories in 9 dari Nadira which is
written by Leila S. Chudori. Based on the research, the adhesive forms which
were found are characters, time setting, place setting, social setting, material
setting, and the plot. Narrative structure is used as a theory to reveal the structure
world stories in 9 dari Nadira. It is shown that the theory is still relevant for use.
As a collection of short stories, 9 dari Nadira is qualified as a novel. Therefore, 9
dari Nadira can be classified as a novel because it is unique and and every stories
can stand alone, but are still connected to each other."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42267
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Imas Uliyah
"Teks Sie Jin Kwie yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah teks drama Sie Jin Kwie yang dibuat oleh Nano Riantiarno berdasarkan novel Sie Jin Kwie Ceng Tang (Sie Jin Kwie Berperang ke Timur) karya Tio Keng Jian & Lok Dan Chung yang diterjemahkan oleh Marcus, A.S. pada tahun 1993. Penelitian ini akan membahas (1) bagaimana struktur naratif (sintaksis dan semantis) teks drama Sie Jin Kwie, (2) bagaimana konstruksi pahlawan yang ditampilkan melalui tokoh Sie Jin Kwie. Hasil Kajian semiotik ini berupa skema aktan yang memperlihatkan Sie Jin Kwie sebagai tokoh yang berperan sebagai subyek. Aktan yang berperan sebagai pendukung adalah Raja Liesibin yang melihat Sie Jin Kwie dalam mimpi sebagai pahlawan. Adapun aktan yang menjadi penghambat adalah Lietocong-Thiosukwie dan Jenderal Kaesobun. Konstruksi pahlawan yang dibangun untuk cerita kepahlawanan Sie Jin Kwie tidak hanya dibangun oleh sifat-sifat alami yang ada dalam dirinya, tetapi juga dibangun oleh bantuan dari tokoh-tokoh lain di luar dirinya (baik tokoh manusia maupun tokoh gaib dewa-dewi).

The text of the Sie Jin Kwie wich become object of this research is Sie Jin Kwie drama text by N. Riantiarno based on the novel Sie Jin Kwie Ceng Tang (Sie Jin Kwie Fought to The East) by Tio Keng Jian & Lok Dan Chung that translated by Marcus, A.S. in 1993. This research will explore: (1) how narrative structure (syntax and semantics) of Sie Jin Kwie drama text; (2) how the construction of the hero is shown through the character Sie Jin Kwie. These findings semantics was actant scheme which will be shown by Sie Jin Kwie who acted as a subject. The enabling actant was the King Liesibin who met Sie Jin Kwie as a hero in his dream. Where as, the enhibiting actants were Lietocong-Thiosukwie and General Kaesobun. The construction of the hero in a story of heroism is not only built by the properties of natural that exists in himself, but also built by the aid of others there out of itself (both human and supernatural figures of deities)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T38915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati
"Disertasi ini merupakan penelitian di bidang stilistik naratif yang memperlihatkan bahwa kajian naratologi dapat dilakukan melalui ancangan linguistik. Dengan menggunakan teori tentang konsep temporal dalam bahasa dan teori naratologi, penelitian ini menjawab masalah: ?Makna apa yang dihasilkan oleh penggunaan pemarkah temporal di dalam dua novel detektif klasik berbahasa Inggris, yaitu The Hound of the Baskervilles dan Nemesis dan fungsi apa yang diungkapkan oleh pemarkah temporal dalam dua novel tersebut?.
Berdasarkan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi makna dan fungsi pemarkah temporal dalam novel detektif klasik. Hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan kala dalam teks naratif memiliki dua pola, yaitu kala sebagai pengungkap modus komunikasi faktual dan modus komunikasi fiktif. Pola pertama menggunakan waktu tokoh bertutur sebagai pusat waktu (tnol), sedangkan pola kedua menggunakan waktu narator bertutur sebagai pusat waktu (tnol). Untuk mengungkapkan makna kekinian, pola pertama menggunakan kala simple present, sedangkan pola kedua menggunakan kala simple past. Penggunaan kala dalam pola kedua tersebut mengakibatkan pola interaksional antara kala, aspek, tipe klausa, dan keterangan temporal lebih beragam, seperti hadirnya kala simple past dan keterangan temporal now dalam satu klausa.
Hasil analisis juga menunjukkan bahwa penggunaan pemarkah temporal dalam dua novel yang diteliti mengasilkan makna pragmatik dalam bentuk eksplikatur dasar dan eksplikatur interaksional. Eksplikatur dasar terdiri atas pengungkapan aksionalitas, aspektualitas, dan kewaktuan, sedangkan eksplikatur interaksional terdiri atas penggambaran pergeseran tipe situasi, habitual, keberbatasan, inkoatif, iteratif, dan harmoni kala. Di dalam konteks tertentu, penggunaan pemarkah temporal tersebut juga menghasilkan makna pragmatik yang berupa implikatur, yang antara lain berupa penggambaran (i) perubahan peri keadaan, (ii) urutan peristiwa, (iii) hubungan antara durasi peristiwa dan penceritaannya, (iv) hubungan antara kekerapan peristiwa dan penceritaannya, dan (v) penonjolan peristiwa tertentu.
Berdasarkan kemampuannya dalam mengungkapkan eksplikatur dan implikatur tersebut, pemarkah temporal dalam dua novel tersebut dapat berfungsi sebagai pengungkap struktur naratif yang berupa (i) perbedaan antara peristiwa dan nonperistiwa, (ii) hubungan antara waktu cerita dan waktu penceritaan, (iii) penonjolan bagian cerita atau pelataran, (iv) bentuk penceritaan, (v) hubungan antarcerita, dan (vi) posisi narator terhadap cerita. Karena memiliki fungsi-fungsi tersebut, pemarkah temporal dalam novel detektif klasik dapat digunakan untuk mengungkapkan pola penceritaan novel detektif klasik yang terdiri atas penceritaan (i) alur penyelidikan yang ikonis dan lamban, (ii) alur kejahatan yang terpisah-pisah dan anakronis, (iii) pola tindakan yang memadukan sifat rasionalitas dan mistifikasi, serta mengungkapkan (iv) penokohan dan latar yang mengandungi petunjuk yang membingungkan (mystifying).

The following dissertation was developed based on a narrative stylistic research aimed to show how narrative can be analyzed using linguistics approach. Apparently, the English temporal markers can convey meanings and functions in the context of narrative texts, especially in classical detective stories. Exploration of meanings and functions of English temporal markers was conducted by data analysis using theories of temporaility in language and narratology.
The analysis concluded that there are two patterns of tense usage in narratives. One is the use of tense in an ordinary mood and the second is in a fictional mood. In the first pattern, tense expresses the relation between time of a situation and time when an actor utters the situation. In that context, the present time is expressed by the simple present tense. In the second pattern, tense shows the relation between time of a situation and time when a narrator enunciates the situation. There is a norm in the context that the present time is expressed by the simple past tense. Based on the norm, the simultaneous occurrence of simple past tense and temporal adjunct such as now in a clause is acceptable.
Another conclusion is that the English temporal markers used in the two novels convey explicatures that are either basic or interactional. The basic explicatures that the temporal markers conveyed are actional, aspectual, and temporal meanings plus contextual information. The interactional explicatures consist of expressing a shift in the type of situations, habitual menaing, boundedness, inchoative, iterative, and backshifted preterite. On the other hand, the use of the temporal markers in certain contexts convey implicatures such as a change of state of affair, temporal sequence of events, comparing duration of events and duration of discourse, and saliency of events.
Based on the conveyed meanings, it can be inferred that the English temporal markers function to express a narrative structure consisting of the difference between events and existences, time relation, grounding, moods of narration, and the position of a narrator in the discourse. More often than not, in classical detective novels, the temporal markers can express patterns of the classical detective story, such as the different plots of investigation and crime, the pattern of action, characterization, and setting."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
D929
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library