Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M.F. Mubin
"Stigma adalah label negatif yang diberikan masyarakat kepada seseorang atau kelompok tertentu. Keluarga dengan gangguan jiwa sering kali mengalami stigma oleh masyarakat dalam lingkungan tempat tinggalnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pengalaman stigma pada keluarga dengan klien gangguan jiwa di kota Semarang. Penelitian ini dilakukan dengan disain fenomenologi deskriptif dengan metode wawancara mendalam. Partisipan adalah anggota keluarga yang tinggal bersama penderita gangguan jiwa yang didapat dengan cara purposive sampling. Data yang dikumpulkan berupa hasil rekaman wawancara dan catatan lapangan yang dianalisis dengan menerapkan tehnik Collaizi.
Penelitian ini mengidentifikasi 9 tema, yaitu: 1) respon kehilangan; 2) mekanisme Koping yang digunakan; 3) respon terhadap hubungan sosial; 4) konsekuensi negatif; 5) konsekuensi positif; 6) makna positif; 7) makna negatif; 8) harapan kepada masyarakat; dan 9) harapan kepada petugas kesehatan. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pengalaman stigma pada keluarga sangat beragam, mulai dari respon keluarga, dampak stigma, makna stigma dan harapan keluarga terhadap stigma. Hasil penelitian diharapkan tenaga kesehatan profesional mampu meminimalisasi dampak dari stigma masyarakat dan stigma dari diri sendiri.

Stigma is a negative labeling from the people to a person or a certain group. A family with mentally illness person often experience stigma from the people who live nearby their neighborhood. The goal of this study was to have the picture of the stigma experience on the family with mentally illness client in Semarang. The method of this study is descriptive phenomenology design using in-depth interview method in data making. Participants are the family member who live together with mentally illness client and selected based on the purposive sampling method. The data that had been collected were recorded interviews and field notes. The data was analyzed by Collaizi technique.
The findings of this study were 9 themes, which are: 1) grieving response, 2) the coping mechanism that had been used, 3) social relationship response, 4) negative consequences, 5) positive consequences, 6) positive implication, 7) negative implication, 8) people expectation, and 9) health professional's expectation. The result were showed the variation on the stigma experience such as family member response, the impact and implication of stigma, and the family expectation toward the stigma. From this study, the health professionals are expected to minimize the stigma among the people and personal stigma among the client.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Leni Syafitri
"Provider initiated testing and counseling (PITC) merupakan program
penanggulangan HIV/AIDS yang tepat dilaksanakan di Rutan Klas I Cipinang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan
dengan pemanfaatan pelayanan PITC. Penelitian ini menggunakan pendekatan
cross sectional survey dengan data primer melalui kuesioner pada 130 responden
tahanan dan Napi yang berisiko HIV/AIDS.
Hasil penelitian menunjukan pemanfaatan pelayanan PITC sebanyak 52
responden atau 40% belum memanfaatkan pelayanan PITC . Hubungan antara
pemanfaatan pelayanan PITC dengan penerimaan stigma dan diskriminasi terkait
HIV/AIDS merupakan hubungan yang paling signifikan (p value = 0,000 ,OR
20,781). Sedangkan keyakinan manfaat PITC (p value = 0,000, OR = 12,372),
Dukungan keluarga dan institusi (p value = 0,000, OR = 9,993), kebutuhan
Pelayanan PITC (P value = 0,001, OR = 6,587), pengetahuan PITC (p value =
0,002, OR = 6,130), mempunyai hubungan yang signifikan. Maka dari itu,
diperlukan kerjasama lintas program petugas kesehatan dan petugas keamanan,
dalam bentuk penyuluhan rutin bagi pihak keluarga tahanan dan WBP yang
berisiko HIV/AIDS untuk mengurangi stigma dan diskriminasi yang timbul dari
pihak terdekat.

Provider initiated testing and counseling (PITC) is the response to HIV / AIDS is the right place in Class I Cipinang Rutan. This study aimed to identify factors associated with utilization of PITC services. This study uses cross-sectional survey approach with the primary data through questionnaires to 130 respondents detainees and inmates at risk of HIV / AIDS. The results showed a picture of service utilization PITC as much as 52 respondents or 40% did not use PITC services. The relationship between service utilization PITC with the acceptance of stigma and discrimination associated with HIV / AIDS is the most significant relationship (p value = 0.000, OR 20.781). While the benefits of PITC confidence (p value = 0.000, OR = 12.372), family and institutional
support (p value = 0.000, OR = 9.993), Service needs of PITC (P value = 0.001, OR = 6.587), knowledge of PITC (p value = 0.002, OR = 6.130), had a significant relationship. With the results of this study is expected to be important information for policy makers to make this study as a reference in applying the PITC so that service standards more quickly accessed and used by WBP-risk prisoners and HIV / AIDS.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31234
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agrippina Decila Putri
"Stigmatisasi pada penyalahguna narkotika sangatlah kental dirasakan dalam lingkungan masyarakat. Stigmatisasi yang terbentuk dalam masyarakat dapat berimplikasi kepada internalisasi stigma diri sehingga memengaruhi kecenderungan pengunaan berulang. Tesis ini bertujuan untuk mengidentifikasi stigma publik dan stigma diri yang terbentuk pada penyalahguna narkotika berdasarkan gender terhadap pengaruh kecenderungan penggunaan berulang di Balai Rehabilitasi BNN yang terdiri dari Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, Balai Loka Rehabilitasi BNN Baddoka Makassar dan Balai Loka Rehabilitasi Tanah Merah Samarinda. Penelitian tesis ini menggunakan pendekatan campuran (mixed method). Sampel penelitian berjumlah 168 responden laki-laki dan 20 orang responden perempuan. Data kuantitaif dianalisis dengan menggunakan SPSS 23. Hasil penelitian adalah stigmatisasi pada penyalahguna narkotika dapat mempengaruhi kecenderungan penggunaan berulang. Pada gender laki-laki stigma publik lebih besar dibandingkan dengan stigma publik pada perempuan dan stigma diri pada laki-laki lebih kecil dibandingkan stigma diri pada perempuan. Pada penyalahguna laki-laki kerentanan individu terdapat pada self efficacy dan self esteem yang menurun selain itu faktor lingkungan dan pertemanan yang memungkinkan mereka menggunakan kembali narkotika. Pada penyalahguna perempuan kerentanan individu yang dialami dikerenakan faktor ketergantungan dengan pasangan, emosional, depresi, kekerasan dan adanya trauma masa lalu. Sehingga pengaruh antara stigmatisasi terhadap penyalahguna narkotika pada gender perempuan lebih besar jika dibandingkan dengan gender laki-laki di Balai Rehabilitasi BNN.

Stigmatization of narcotics abusers is strongly felt in the community. The stigma that is formed in society can have implications for the internalization of self-stigma so that it affects the tendency of repeated use. This thesis aims to identify the public stigma and self-stigma that is formed on narcotics abusers based on gender on the influence of the tendency of repeated use at the BNN Rehabilitation Center which consists of the Lido BNN Rehabilitation Center, Baddoka Makassar BNN Rehabilitation Center and Tanah Merah Samarinda Rehabilitation Center. This thesis research uses a mixed method. The research sample amounted to 168 male respondents and 20 female respondents. Quantitative data were analyzed using SPSS 23. The result of the study is that stigmatization of narcotics abusers can affect the tendency of repeated use. In the male gender, public stigma is greater than the public stigma on women and the self-stigma of men is smaller than the self-stigma of women. In male abusers, individual vulnerability is found in decreased self-efficacy and self-esteem, besides environmental factors and friendships that allow them to reuse narcotics. In female abusers, the individual vulnerability experienced is due to dependence on a partner, emotional, depression, violence and past trauma. So that the effect of stigmatization on narcotics abusers on the female gender is greater when compared to the male gender at the BNN Rehabilitation Center.To such an extent, there is an influence between stigmatization and narcotics abusers at the BNN Rehabilitation Center."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deva Octamega Widhaswari
"Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan stigma perawat Rumah Sakit dan mahasiswa keperawatan terhadap pasien dengan HIV/AIDS. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. 224 responden dipilih yang terdiri dari 112 perawat dan 112 mahasiswa keperawatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa keperawatan lebih banyak memiliki stigma dibandingkan dengan perawat Rumah Sakit terhadap pasien dengan HIV/AIDS. Ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara umur, lama kerja, pendidikan terakhir dan keikutsertaan pelatihan HIV dengan adanya stigma pada perawat terhadap pasien dengan HIV/AIDS (p

This research aims to knowing describe and compare the stigma in hospital and nursing student toward patients with HIV/AIDS. This research done by cross sectional design. 224 respondents were selected consisting 0f 112 nurses and 112 nursing student. The results showed that the nursing student more stigmatizing than the Hospital nurses toward patients with HIV/AIDS. Found a significant relationship between age, long working, education past, HIV trainning participation by the stigma againts HIV/AIDS patients towards patients with HIV/AIDS (p"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63691
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Darussalam
"

BAGIAN SATU

Analisis Situasi

Keberadaan waria sering mendapat diskriminasi, kekerasan, dikucilkan, maupun ditolak keberadaannya di masyarakat. Miskonsepsi terhadap ajaran agama juga seakan melanggengkan sikap diskriminasi terhadap waria. Media mainstream yang jarang mengupas hal ini membuat dokumenter menjadi solusi akan permasalahan tersebut. Hasil riset masih menunjukan bahwa peminat dokumenter masih tinggi sesuai dengan konten apa yang dibawakan.

BAGIAN DUA

Manfaat dan Tujuan Pengembangan Prototype Film Dokumenter

Memberi informasi dan pengetahuan kepada masyarakat terkait isu waria dari berbagai perspektif yang jarang dikupas di media mainstream Indonesia. Tujuan dari dibuatnya film dokumenter ini selain memberi pesan kepada masyarakat akan pentingnya menghindari sikap diskriminasi, juga memberi pesan bahwa persepsi dan stigma negatif yang selalu diasosiasikan kepada kelompok waria tidak selamanya benar.

BAGIAN TIGA 

Prototype Film Dokumenter yang Dikembangkan

Film dokumenter berdurasi 20 menit yang akan diunggah ke situs Youtube ini menceritakan tentang kisah hidup dibalik seorang waria. Melalui film dokumenter ini akan dibahas secara objektif dari berbagai perspektif serta akan dikupas kehidupan waria yang berbeda dari apa yang distigmakan secara negatif oleh masyarakat.

BAGIAN EMPAT

Metode Riset dan Evaluasi

Riset dilakukan dengan metode kuantitatif berupa penyebaran kuesioner survey berisi 20 pertanyaan yang berguna sebagai justifikasi pembuatan prototype. Selain itu, penulis nantinya akan melakukan evaluasi berbentuk FGD dan evaluasi menggunakan data dari Youtube Analytics.

BAGIAN LIMA

Anggaran

Anggaran pembuatan sebesar Rp3.300.000 sedangkan prakiraan pendapatan yang diterima sebesar Rp9.121.800 dan prakiraan total pendapatan sebesar Rp5.821.000.


CHAPTER ONE

Situation Analysis

The exixtence of waria (ladyboy) was often got discriminated, abused, margoinalized, or even refused. Misconseption regarding religion's taught also perpetuate the discrimination toward waria. Mainstream media that barely exposed this issues make documentation as an option to deliver the idea to solve this problem. Research shows that documenter enthusiasm are still high in number according to the content.

CHAPTER TWO

Benefits and Goals of Documentary Film Prototype

This film will give the information to the society about waria in many perspectives that barely proposed and exposed in mainstream media in Indonesia. The objective of this film other than giving messages to society about the importance of avoiding discrimination, is also for delivering messages the perception and negative stigma that always associated with waria community is not always true.

CHAPTER THREE

Developed Documentary Film Prototype

This documenter film that has 20 minutes of duration and later will be uploaded into Youtube tells you a story about waria undercover. Through this documenter film, there will be an objective exposure from different perspectives about waria's life that is so much different from the negative stigma that had been consturted in the society.

CHAPTER FOUR

Research Method and Evaluation

Research was conducted with quantitative method in the form of questionnaire contain 20 questions that functionated for prototype making justification. Besidesm researcger will cinduct further evaluations in the form of focus group group discussion (FGD) and evaluation using the data from Youtube Analytics.

CHAPTER FIVE

Budgetting

The budget for this film cost Rp3.300.000 while the income approximation is Rp9.121.800 and the approximation of total is Rp5.821.000

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Switzerland: UNAIDS, 2002
616.979 CON
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Koko Wahyu Tarnoto
"ABSTRAK
Klien kusta sebagai populasi rentan mengalami berbagai stigma di masyarakat. Stigma yang ditujukan pada klien kusta mengakibatkan klien merasa malu dan takut terhadap kondisi tubuhnya dan mengakibatkan penyembuhan semakin lama. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran arti dan makna stigma masyarakat terhadap penyakit kusta. Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan pendekatan fenomenologi. Metode pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan catatan lapangan. Informan berjumlah 8 terdiri atas masyarakat, tokoh agama, klien kusta, kader, tokoh masyarakat, keluarga dengan kusta, perawat, dan eks penderita kusta. Penelitian ini menghasilkan sepuluh tema yaitu hukuman sosial dan spiritual, memanfaatkan sumberdaya, sikap dan perilaku masyarakat, menjadi beban klien dan keluarga, bentuk dukungan, adaptasi spiritual, saling mendukung kesembuhan, memberikan dukungan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan sosial, kemampuan merespon masalah yang tidak saling mendukung serta aksesibilitas pelayanan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyakit kusta menurut pandangan masyarakat merupakan hukuman sosial dan spiritual. Seseorang mendapatkan kutukan karena telah melanggar aturan yang ditetapkan. Proses mendapatkan atau memberikan hukuman melalui kegiatan bersifat magis atau supranatural dan dilakukan dengan berbagai cara, melalui media perantara, dan dianggap menular. Hukuman diwujudkan dengan perubahan pada bagian tubuh. Hasil dari penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dalam menyusun kebijakan program promotif, dan preventif di komunitas melalui pendekatan budaya dengan melibatkan lintas sektor dan stakeholder terkait dalam mengatasi stigma kusta.

ABSTRACT
Leprosy clients as vulnerable population experience various stigmas in the community. The stigma aimed at leprosy clients causes the client to feel ashamed and afraid of his body's condition and results in longer healing. This study aims to obtain a picture of the meaning and meaning of community stigma against leprosy. This qualitative research was carried out using a phenomenological approach. Data collection methods with in-depth interviews and field notes. There are 8 informants consisting of community members, religious leaders, leprosy clients, cadres, community leaders, families with leprosy, nurses, and former lepers. This research produced ten themes, namely social and spiritual punishment, utilizing resources, community attitudes and behavior, being a burden on clients and families, forms of support, spiritual adaptation, mutual support for healing, providing support for health and social services, the ability to respond to problems that are not mutually support and accessibility of services. The results of this study indicate that leprosy in the view of the community is a social and spiritual punishment. Someone got cursed for breaking a rule. The process of obtaining or giving punishment through magical or supernatural activities and carried out in various ways, through intermediary media, and is considered contagious. Punishment is realized by changes in body parts. The results of the research are expected to be input in developing promotive and preventive program policies in the community through a cultural approach involving cross-sectoral and related stakeholders in overcoming the leprosy stigma."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leni Syafitri
"Provider initiated testing and counseling (PITC) merupakan program penanggulangan HIV/AIDS yang tepat dilaksanakan di Rutan Klas I Cipinang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan PITC. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional survey dengan data primer melalui kuesioner pada 130 responden tahanan dan Napi yang berisiko HIV/AIDS. Hasil penelitian menunjukan pemanfaatan pelayanan PITC sebanyak 52 responden atau 40% belum memanfaatkan pelayanan PITC . Hubungan antara pemanfaatan pelayanan PITC dengan penerimaan stigma dan diskriminasi terkait HIV/AIDS merupakan hubungan yang paling signifikan (p value = 0,000 ,OR 20,781). Sedangkan keyakinan manfaat PITC (p value = 0,000, OR = 12,372), Dukungan keluarga dan institusi (p value = 0,000, OR = 9,993), kebutuhan Pelayanan PITC (P value = 0,001, OR = 6,587), pengetahuan PITC (p value = 0,002, OR = 6,130), mempunyai hubungan yang signifikan. Maka dari itu, diperlukan kerjasama lintas program petugas kesehatan dan petugas keamanan, dalam bentuk penyuluhan rutin bagi pihak keluarga tahanan dan WBP yang berisiko HIV/AIDS untuk mengurangi stigma dan diskriminasi yang timbul dari pihak terdekat.

Provider initiated testing and counseling (PITC) is the response to HIV / AIDS is the right place in Class I Cipinang Rutan. This study aimed to identify factors associated with utilization of PITC services. This study uses cross-sectional survey approach with the primary data through questionnaires to 130 respondents detainees and inmates at risk of HIV / AIDS. The results showed a picture of service utilization PITC as much as 52 respondents or 40% did not use PITC services. The relationship between service utilization PITC with the acceptance of stigma and discrimination associated with HIV / AIDS is the most significant relationship (p value = 0.000, OR 20.781). While the benefits of PITC confidence (p value = 0.000, OR = 12.372), family and institutional support (p value = 0.000, OR = 9.993), Service needs of PITC (P value = 0.001, OR = 6.587), knowledge of PITC (p value = 0.002, OR = 6.130), had a significant relationship. With the results of this study is expected to be important information for policy makers to make this study as a reference in applying the PITC so that service standards more quickly accessed and used by WBP-risk prisoners and HIV / AIDS."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31511
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Luthfi Kaulina
"Stigma aborsi menjadi penghalang terbesar bagi wanita dalam mengakses pelayanan aborsi yang aman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap dan stigma responden berdasarkan karakteristik meliputi usia, agama, suku, jenjang sekolah, jenis tempat tinggal, riwayat berpacaran, pengalaman seksual, riwayat kehamilan tidak diinginkan dan riwayat aborsi, serta mengetahui bagaimana stigma remaja terhadap aborsi meliputi stereotip negatif, diskriminasi pada wanita yang aborsi, dan rasa takut akan penularan akibat berkontak langsung dengan wanita yang telah melakukan aborsi.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode online survey dan desain deskriptif. Penelitian ini melibatkan 427 partisipan remaja perempuan di Kota Depok. Instrumen yang digunakan yaitu Stigma Attitude, Beliave of Abortion Scale (SABAS). Hasil penelitian menunjukkan skor stigma yaitu 55,84% dengan Median 51 ± 10,197 (rentang 21-84; 95% CI 49,34-51,18) dan terdapat perbedaaan yang signifikan pada karakteristik usia (p value 0,024), Tingkat pendidikan (p value 0.002) serta hubungan seksual (p value 0,037). Perlu adanya sosialisasi mengenai ketentuan, bahaya dan perlunya aborsi pada masyarakat.

The stigma on abortion turns out to be a deterrent for women in accessing safe abortion services. This research aims to determine the stigma of female adolescents based off certain characteristics including age, types of school, ethnicity, education status, dating history, sexual history. It also aims to discover female adolescents' stigmas on abortion, negative stereotype, exclusion and discrimination, and also fear of contagion.
This research is a quantitative study using the methods of online surveys and descriptive design. The study involved 427 female participants in Depok City. The instrument used is Stigma Attitude, Beliave of Abortion Scale (SABAS). The results showed that abortion score is 55.48% with Median 51 ± 10.197 (range 21-84; 95% CI 49.34-51.18) and there are significant differences in characteristic age, education status, and sexual history. There is a need for There is a need socialization regarding the provisions, dangers and necessities of abortion in the community.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibagariang, Renta Nilawati
"ABSTRAK
Stigma terhadap penderita kusta masih mempakan masalah utama di
Indonesia, dimana hal ini secara program berdampak pada keterlambatan pendedta
untuk diobati dan secara individu bcrdampak negatif pada kondisi fisik, mental,
sosial, dan ekonominya. Namun sampai saat ini masih sangat sedikit penelitian yang
menggali masalah stigma masyarakat terhadap penderita kusta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi yang mendalam
tentang pcngetahuan, persepsi, kepercayaan, sikap masyarakat terhadap pendenta
kusta yang berhubungan dengan teljadinya stigma terhadap penderita kusta.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Simpenan Kabupaten Sukabumi dengan
menggunakan metode kualitatiil dimana pengumpulan data dilakukan dengan telaah
dokumen, Focus Group Discussion (FGD), dan wawancara rnendalam. lnforman
kunci terdiri dari wasor kusta, juru kusta, tokoh masyarakat, penderita kusta, mantan
penderita kusta, dan infonnan terdiri dari petugas kcschatan di puskesmas dan
masyarakat non pcnderita kusta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teljadinya stigma bcrhubungan dengan
pengetahuan yang rendah temang cara penularan pcnyakit kusta, persepsi bahwa
penyakit kusta adalah penyakit yang sangat menular dan dapat menyebabkan
mutilasi bahkan kematian. Terjadinya stigma di Kecamatan Simpenan juga
berhubungan dcngan sikap masyarakat yang takut tertular dan ketika melihat
kecacatzm yang mengerikan yang ditimbulkan oleh penyakit kusta. Ditemukan juga
bahwa penderita kusta yang cacat mendapatkan perlakuan negatif yang Iebih berat dibanding dengan penderita yang lidak cacat Selain itu ditemukan juga bahwa
penderita kusta dcngan tingkat kecacatan yang sama namun bcrbeda status sosial
ckonominya, akan mendapatkan perlakuan negatif yang berbeda pula. Dengan
demikian disarankan untuk meningkatkan pengetahuan melalui KIE dcngan metode
dan media yang diinginkan kepada seluruh lapisan masyarakat dan petugas
kesehatan. Lcbih lanjut, penemuan dan pengobatan penderita secara dini oleh
petugas kesehatan dan dibantu dengan peranserta tokoh masyarakat mennpakan hal
yang esensial.

ABSTRACT
Stigma related to leprosy is still a big problem in Indonesia, where regarding
to leprosy control program it influences to patient delay for treatment and regarding
to person affected it aH`eets negatively to his/her physical, mental, social and
economic status. Particularly, studies that have explored stigma in community
toward people aifected leprosy are rare.
The purpose this study was to get deep information of knowledge, perception,
belief, attitude of community toward people affected leprosy relating to occurrence
of stigma. It is based on qualitative study conducted at Simpenan, in Sukabumi
district where data collecting were obtained through document observation, Focus
Group Discussion (FGD), and in-depth interview. Key informant of this study
consists of district leprosy supervisor, leprosy health worker, community leader,
people affected leprosy, ex-leprosy patient and others informant are health worker at
hea.lth center and community (non people affected leprosy).
This study shows that the occurrence of stigma are related to lack of
knowledge about the course of infection of the disease, perception that leprosy is
very contagious disease and might caused mutilation and death. The occurrence of
stigma in Simpenan also related to community attitude who afraid of to be contracted
and Scare t0 the appearance of terrible impainnent due to leprosy. Also found that
people affected with disability get more negative treatment from community
compare to people affected without disability. it is highlight further that even with
similar grade of disability, social-economical differentiation makes significant difference on treatment by community. Therefore it suggests to improve knowledge
of community and health workers through IEC which use appropriate media and
method. One most important in preventing of disability is to find and treat patient
timely by health worker with community leader participation.

"
2007
T34519
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>