Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Richard Lokasasmita
"Kanker servik yang juga dikenal dengan istilah kanker leher rahim merupakan salah satu dari jenis kanker yang paling umum diderita oleh wanita. Kanker ini dapat disembuhkan apabila kanker ini terdeteksi pada stadium awal dan diberikan perawatan yang sesuai. Salah satu cara untuk mencegah kanker servik agar tidak memasuki stadium lebih lanjut adalah dengan melakukan Pap Smear Test. Namun untuk melakukan Pap Smear Test diperlukan tingkat akurasi yang sangat tinggi, sehingga diperlukan tenaga ahli patologi untuk melakukannya.
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dan tujuan untuk mengembangkan metode segmentasi secara otomatis yang memberikan hasil segmentasi dengan cukup baik. Metode segmentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah fuzzy c-means clustering. Proses pengenalan sel kanker yang dilakukan melalui beberapa tahapan proses yakni, penyeragaman intensitas keabuan, ekstraksi ciri, segmentasi daerah sel, deteksi sel tunggal, dan diakhiri dengan pengenalan kategori normal atau abnormal dari sel tersebut.
Penelitian demi penelitian telah dilakukan untuk mendapatkan metode segmentasi yang optimal untuk melakukan pendeteksian sel kanker. Penelitian Titin Farida merupakan salah satu penelitian yang menerapkan metode segmentasi fuzzy cmeans clustering. Namun pada penelitian Titin Farida metode segmentasi yang digunakan masih bersifat semi-otomatis. Hal ini menyulitkan pengguna, karena pengguna harus menentukan parameter yang sesuai dengan karakteristik sel. Penelitian ini hendak melakukan modifikasi terhadap metode segmentasi ini agar dapat bekerja secara otomatis dan relatif lebih optimal."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Evy Misrawaty
"ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemeriksaan pap smear pada PUS di Puskesmas Belawan Kota Medan Tahun
2011. Desain penelitian menggunakan cross sectional dengan sampel 150
responden melalui wawancara menggunakan kuesioner. Menggunakan analisis
univariat dan analisis bivariat dengan uji statistik chi-square. Hasil penelitian,
dalam tiga tahun terakhir 67.3% responden tidak melakukan pemeriksaan pap
smear dan 32.7% responden melakukan pemeriksaan pap smear. Variabel
pekerjaan, pengetahuan tentang KLR dan pap smear, informasi ketersediaan
sarana dan prasarana, kemampuan membayar biaya pap smear, dukungan suami
dan keluarga memiliki hubungan yang bermakna dengan pemeriksaan pap smear
pada PUS. Sosialisasi dan promosi kesehatan tentang pap smear perlu
ditingkatkan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat KLR

ABSTRACT
This study aims to observe factors related to Pap Smear Investigation to PUS in
Puskesmas Belawan City of Medan, 2011. Study design using cross sectional with
number of samples are 150 respondents through questionnaire interview. Using
univariate and bivariate analysis by statistical test of chi-square. Study result in
last three years showed that 67.3% respondents did not had a pap smear
investigation and 32.7% respondent did. Occupation variable, knowledge about
pap smear and ca.cervix, information of availability facility and infrastructure,
able to pay pap smear cost, family and husband support has significant
relationship to pap smear investigation to PUS. Socialization and health
promotion about pap smear need to be enhanced to decrease morbidity and
mortality as a result of ca.cervix"
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Inge Ruth Suantika
"The lack of interest from the public and health workers, such as nurses to carry out a pap test, is one of the triggers of cervical cancer cases. The purpose of this study was to identify the implementation of pap tests and barriers of nurses in Bandung, West Java. This study used a cross-sectional descriptive study design with a sample of 286 married nurses. Data collection was conducted during two months. The analysis was conducted by the Fisher exact test or chi-square test. The results showed that the level of education and religion had a significant relationship with the pap test behavior (p= 0,000; p= 0.031). The most perceived barrier was that respondents felt uncomfortable with the male examiners. So it was recommended to provide female examiners in the ob-gyn section in the hospitals and to improve the nurses' perceptions with pap test."
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
610 UI-JKI 23:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Kanker serviks adalah kanker genital kedua yang paling sering terjadi pada perempuan dan bertanggung jawab untuk 6% dari semua kanker pada perempuan di Amerika Serikat. Deteksi dini dengan Pap smear merupakan salah satu cara pencegahan kanker serviks. Ini merupakan cara menunmkan angka kematian akibat kanker serviks. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan wanita usia subur tentang kanker serviks dengan motivasi melakukan Pap smear di wilayah Kelurahan Tugu, Depok.
Metode penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan desain potong lintang melibatkan 108 responden yang diambil dengan teknik random sampling dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data. Analisa data menggunakan uji Chi Square dan T independent. Penelitian ini memperoleh basil bahwa ada perbedaan motivasi melakukan pemeriksaan Pap smear antara status ekonomi rendah, sedang dan tinggi (p: 0,00; α: 0,05), ada perbedaan motivasi melakukan pemeriksaan Pap smear antara tingkat pendidikan rendah dan tinggi (p: 0,019; α: 0,05), ada perbedaan motivasi melakukan pemeriksaan Pap smear antara responden yang mempunyai pengetahuan kurang dan baik (p: 0,002; α: 0,05). Namun, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara usia dan jenis pekerjaan responden dengan motivasi melakukan pemeriksaan Pap smear.
Penelitian ini merekomendasikan untuk peneliti selanjutnya agar mengeksplorasi faktor-faktor lain yang dapat mempenganthi motivasi melakukan pemeriksaan Pap smear dengan menggunakan desain dan instrumen yang lebih baik serta menggunakan jumlah sampel yang lebih besar. Bagi institusi pendidikan hendaknya mahasiswa perlu diberikan materi yang cukup tentang kanker serviks dan pentingnya Pap smear untuk bekal melakukan penyuluhan ke masyarakat. Pelayanan kesehatan perlu juga mengadakan pemeriksaan Pap smear secara gratis atau bins dengan mengadakan pelayanan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asarn Asetat) secara gratis serta memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat mengenai kanker serviks."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
TA5907
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jeanne Adiwinata Pawitan
"Sediaan limfosit berinti dua diperlukan untuk mendeteksi patah kromosom menggunakan uji mikronukleus. Uji mikronukleus dilakukan pada sel dengan sitoplasma utuh, dan memerlukan paling sedikit 800 sel utuh berinti dua. Ada berbagai prosedur pembuatan sediaan limfosit berinti dua yang berbeda dalam cara panen, fiksasi dan pembuatan sediaan. Penelitian ini bertujuan membandingkan berbagai prosedur dan berbagai modifikasinya untuk mendapatkan prosedur yang menghasilkan sel berinti dua utuh yang lebih banyak dengan hasil pewarnaan yang baik untuk uji micronucleus. Kami membandingkan berbagai prosedur (keseluruhan ada 17 macam prosedur) yang dilakukan pada 7 sampel darah yang berasal dari penderita keganasan yang berobat ke pav. E RIA, bagian kebidanan dan penyakit kandungan FKUI/RSUPN-CM, Jakarta. Ketujuhbelas prosedur tersebut berbeda dalam cara panen (dengan dan tanpa pencucian), pembuatan sediaan (cara usap, bercak, dan sitospin), dan fiksasi (methanol 1 menit, methanol siram, methanol:asam asetat glacial 3:1 atau 9:1).
Analisis hasil menunjukkan bahwa fiksasi dengan methanol/asam asetat glacial memberi hasil pewarnaan yang tidak cocok untuk uji mikronukleus. Cara panen tanpa pencucian, pembuatan sediaan cara bercak atau menggunakan sitospin, dengan fiksasi methanol dan methanol siram, memberi hasil pewarnaan dan penyebaran sel yang optimal serta jumlah LIDU (limfosit inti dua) yang cukup. (Med J Indones 2003; 12: 3-7)

Binucleated lymphocytes can be screened for micronuclei to assess chromosomal damage. There are various procedures to get slides containing binucleated lymphocytes, that are different in harvesting, fixation, and slide preparation methods. Screening binucleated lymphocytes to find a micronucleus needs at least 800 cells with intact cytoplasm. This study aimed to analyze the various procedures and simplified procedures to know which procedure gave the most abundant binucleated lymphocytes with intact cytoplasm and best staining properties for the purpose of micronucleus scoring. Seven heparinized blood samples were obtained from the Dept. of Obstetrics and gynecology, Faculty of medicine, University of Indonesia, Jakarta. The 7 blood samples were subjected to 17 procedures different in harvesting (with or without washing), slide preparation (smear and spot method, and using a cytocentrifuge), and fixation methods (methanol for 1 minute, methanol brief, methanol/glacial acetic acid 3:1 or 9:1).
Our results showed that fixatives containing glacial acetic acid are not suitable for micronucleus test. To generate binucleated lymphocytes with intact cytoplasm as much as possible, the procedure should be conducted without washing steps. Methanol fixation either briefly or 1 minute is preferable, and for the ease of screening cytocentrifuge preparation, followed by spot method is preferable. (Med J Indones 2003; 12: 3-7)
"
Medical Journal of Indonesia, 2003
MJIN-12-1-JanMar2003-3
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"sebuah survey awereness yang dilakukan oleh yayasan kanker indonesia (YKI) terhadap sekitar 138 ribu perempuan mengungkapkan faktanya. seperti dilansir dalam laporan, sekitar 93% perempuan menyadari bahaya resiko dari kanker serviks, namun hanya 7% diantaranya yang mewujudkan kesadaran itu melalui pemeriksaan pap smear.kanker serviks/kanker leher rahim (cervix) yang menghubungkan rahim (uterus) dengan ilang senggama diagian organ dalam organ reproduksi perempuan. pemeriksaan rutin lewat pap smear setidaknya dapat mendeteksi dini apabila ada sel abnormal di area serviks yang kelak berkembang menjadi kanker."
361 MAJEMUK 42:1 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Takahasi, Shozo
"Buku yang berjudul "Handbook of direct smear examination of sputum for tubercle bacillus" ini ditulis oleh Shozo Takahasi. Buku ini membahas tentang pemeriksaan sputum smear."
Tokyo: Seamic, 1975
R 616.014 TAK h
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda Riana Permata Sari Putri Wihadi
"[ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan : Hubungan seksual anal reseptive usia muda pada LSL meningkatkan penularan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), infeksi Human Papilloma Virus (HPV), dan infeksi menular seksual lainnya sehingga dapat menimbulkan abnormalitas sitologi anus. Kekerapan hubungan seksual anus pada LSL menyebabkan trauma berulang pada anus juga menimbulkan abnormalitas sitologi anus. Hal ini menyebabkan LSL rentan menderita kanker anus. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terdapatnya hubungan antara coitarche, kekerapan hubungan seksual anal receptive dan infeksi HIV terhadap abnormalitas gambaran sitologi anus dengan anal pap smear. Metode: Penelitian ini berdesain potong lintang pada 99 LSL di Puskesmas Pasar Rebo, Jakarta Timur. Dilakukan wawancara tentang coitarche, kekerapan hubungan seksual anal receptive, dan jumlah pasangan. Juga pemeriksaan fisis, pemeriksaan serologis HIV dan pengambilan spesimen anal swab untuk pemeriksaan sitologi anus. Hasil: Proporsi gambaran abnormal sitologi adalah 15,2% dan seluruhnya ASCUS, tidak ditemukan LSIL dan HSIL. Gambaran abnormal sitologi anus berdasarkan kelompok usia coitarche dan kelompok pasangan seksual anal receptive seumur hidup terbanyak adalah usia coitarche >19 tahun dan pasangan seumur hidup < 24 orang. Gambaran abnormal sitologi anus pada kelompok berdasarkan jumlah pasangan dalam 3 bulan terakhir dan kekerapan hubungan seksual perminggu adalah sebanding. Pada 51 SP HIV positif didapatkan 17,6% ASCUS dan pada 48 SP HIV negatif didapatkan 12,5% ASCUS. LSL dengan gambaran klinis kutil peri anus ditemukan 30,3% ASCUS (RP 5,30; 95%IK 1,6417,19) Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara usia coitarche, kekerapan hubungan seksual anal receptive, dan infeksi HIV dengan abnormalitas sitologi anus.

ABSTRACT
Background and aim: Anal receptive intercourse at younger age among MSM could increase transmission of HIV infection, HPV infection, and other sexually transmitted disease and could cause abnormalities of anal cytology. Frequent anal receptive intercourse in MSM would cause repeated trauma to anus and this process accelerate anal cytology abnormalities. This will put MSM at high risk of anal cancer. The aim of this study is to analyze the relationship among coitarche, frequency of anal receptive intercourse in MSM and HIV infection to anal cytology abnormalities using anal Papsmear. Methods: This is a cross sectional study in 99 MSM at puskesmas Pasar Rebo, Jakarta Timur. Interview about coitarche, frequency of anal receptive intercourse, number of sexual anal receptive patner, physical examination, HIV serology, anal swab specimens for anal cytology examination were done. Results: The proportion of the abnormal cytology was 15.2% and all were ASCUS. Neither LSIL nor HSIL were found. Abnormal cytology based on coitarche, were found more in the > 19 years age group. Abnormal cytology based on lifetime anal receptive sexual patner numbers, were more in < 24 patners. Abnormal anal cytology based on number of sexual patners in the past 3 months and frequency of weekly sexual intercourse wereequal. In 51 MSM with HIV positive group there was 17.6% ASCUS and in 48 MSM with HIV negative group there was 12.5% ASCUS. In MSM with perianal wart, 30.3% were ASCUS (PR 5.30; 95%CI 1.64-17.19) Conclution: There is no significant difference between coitarche age, frequency of anal receptive intercourse, and HIV infection with abnormal anal cytology. ;Background and aim: Anal receptive intercourse at younger age among MSM could increase transmission of HIV infection, HPV infection, and other sexually transmitted disease and could cause abnormalities of anal cytology. Frequent anal receptive intercourse in MSM would cause repeated trauma to anus and this process accelerate anal cytology abnormalities. This will put MSM at high risk of anal cancer. The aim of this study is to analyze the relationship among coitarche, frequency of anal receptive intercourse in MSM and HIV infection to anal cytology abnormalities using anal Papsmear. Methods: This is a cross sectional study in 99 MSM at puskesmas Pasar Rebo, Jakarta Timur. Interview about coitarche, frequency of anal receptive intercourse, number of sexual anal receptive patner, physical examination, HIV serology, anal swab specimens for anal cytology examination were done. Results: The proportion of the abnormal cytology was 15.2% and all were ASCUS. Neither LSIL nor HSIL were found. Abnormal cytology based on coitarche, were found more in the > 19 years age group. Abnormal cytology based on lifetime anal receptive sexual patner numbers, were more in < 24 patners. Abnormal anal cytology based on number of sexual patners in the past 3 months and frequency of weekly sexual intercourse wereequal. In 51 MSM with HIV positive group there was 17.6% ASCUS and in 48 MSM with HIV negative group there was 12.5% ASCUS. In MSM with perianal wart, 30.3% were ASCUS (PR 5.30; 95%CI 1.64-17.19) Conclution: There is no significant difference between coitarche age, frequency of anal receptive intercourse, and HIV infection with abnormal anal cytology. , Background and aim: Anal receptive intercourse at younger age among MSM could increase transmission of HIV infection, HPV infection, and other sexually transmitted disease and could cause abnormalities of anal cytology. Frequent anal receptive intercourse in MSM would cause repeated trauma to anus and this process accelerate anal cytology abnormalities. This will put MSM at high risk of anal cancer. The aim of this study is to analyze the relationship among coitarche, frequency of anal receptive intercourse in MSM and HIV infection to anal cytology abnormalities using anal Papsmear. Methods: This is a cross sectional study in 99 MSM at puskesmas Pasar Rebo, Jakarta Timur. Interview about coitarche, frequency of anal receptive intercourse, number of sexual anal receptive patner, physical examination, HIV serology, anal swab specimens for anal cytology examination were done. Results: The proportion of the abnormal cytology was 15.2% and all were ASCUS. Neither LSIL nor HSIL were found. Abnormal cytology based on coitarche, were found more in the > 19 years age group. Abnormal cytology based on lifetime anal receptive sexual patner numbers, were more in < 24 patners. Abnormal anal cytology based on number of sexual patners in the past 3 months and frequency of weekly sexual intercourse wereequal. In 51 MSM with HIV positive group there was 17.6% ASCUS and in 48 MSM with HIV negative group there was 12.5% ASCUS. In MSM with perianal wart, 30.3% were ASCUS (PR 5.30; 95%CI 1.64-17.19) Conclution: There is no significant difference between coitarche age, frequency of anal receptive intercourse, and HIV infection with abnormal anal cytology. ]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Ketut Manik Sarini
"ABSTRAK
Kanker serviks adalah jenis kanker yang paling banyak ditemukan pada
wanita dan masih menduduki peringkat pertama di Indonesia diantara tumor ganas
ginekologik. Menurut WHO dalam Kompas (2010), saat ini kanker serviks
menempati peringkat teratas diantara berbagai jenis kanker yang menyebabkan
kematian pada wanita di dunia. Indonesia merupakan Negara dengan jumlah
penderita kanker serviks tertinggi di dunia. Di Indonesia setiap tahun terdeteksi
lebih dari 15.000 kasus kanker serviks. Sekitar 8.000 kasus diantaranya berakhir
dengan kematian. Di Kabupaten Buleleng ditemukan kematian karena kanker
serviks sebanyak 13 orang pada tahun 2009. Di Wilayah kerja Puskesmas
Tejakula II pada tahun 2008 ditemukan kematian karena kanker serviks satu
orang, meningkat menjadi tiga orang pada tahun 2009. Hal ini disebabkan karena
kanker serviks terlambat dideteksi sehingga keberhasilan pengobatan sangat
minim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku Pap Smear pada wanita usia subur di Desa Pacung, wilayah kerja
Puskesmas Tejakula II tahun 2011. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dengan desain cross sectional, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita
usia subur yang bertempat tinggal di Desa Pacung, dengan jumlah sampel 210
orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara faktor predisposisi [pekerjaan (OR=3,33; CI 95%, 1,54-7,22), pengetahuan
tentang kanker leher rahim (OR=6,43; CI 95%, 2,27-18,2), pengetahuan tentang
Pap Smear (OR=9,15; CI 95%, 4,57-18,3), sikap terhadap Pap Smear (OR=6,25;
CI 95%, 3,19-12,2), persepsi terhadap Pap Smear (OR=23,57; CI 95%, 9,97-55,7)
dan persepsi terhadap peranan petugas kesehatan (OR=19,54; CI 95%, 4,58-83,
35)], faktor pemungkin [ jarak fasilitas kesehatan (OR=3,77; CI 95%, 1,97-7,17),
biaya (OR=2,07; CI 95%, 1,15-3,73) dan akses informasi (OR=51,43; CI 95% ,
12,11-218,35)], faktor penguat [dukungan sosial (OR=86,02; CI 95%, 25,3-
292,32)], ancaman terhadap kanker leher rahim (OR=28,47; CI 95%, 11,97-67,73)
dan manfaat Pap smear yang dirasakan (OR=4,4; CI 95%, 1,75-11,05) dengan
perilaku Pap Smear pada wanita usia subur di Desa Pacung wilayah kerja
Puskesmas Tejakula II. Dari hasil penelitian ini disarankan agar puskesmas
meningkatkan upaya promosi kesehatan tentang kanker leher rahim dan Pap
Smear sehingga ibu mau melakukan pemeriksaan Pap Smear secara teratur.

ABSTRACT
Cervical cancer is the most pregnant cancer of women and it still becomes
the first rank of gynecology’s cancer in Indonesia. World Health Organization
(WHO) reported that cervical cancer is on top position among other kinds of
cancer that cause women’s mortality in the world. Indonesia has the largest
number of women suffered from cervix cancer in the world. More than 15.000
cases of cervical cancer founded every year in Indonesia and approximately 8.000
women among them were died due to the desease. In Buleleng Regency were
found 13 mortalities caused by cervical cancer in 2009. The Mortality which
caused by cervical cancer in the area of Tejakula II public health center increase
from one death cases in 2008 become three mortalities in 2009. All those
mortality caused by the delay in cervical cancer detection. The study was
intended to determine factors related with Pap Smear behavior on reproductive
age women in Pacung village, Tejakula II public health center area in 2011. This
study is a quantitative study use cross sectional study design. The population of
this study was the whole reproductive age women live in Pacung village, (210
samples). The result of the present study shows that there is relationship among
predisposition factors [ occupation of women (OR=3.33; 95% CI,1.54-7.22),
cervical cancer knowledge (OR=6.43;95% CI, 2.27-18.2), Pap Smear knowledge
(OR=9.15; 95% CI, 4.57-18.3), attitude to Pap Smear (OR=6.25; 95% CI, 3.19-
12.2), perception on Pap Smear (OR=23.57; 95% CI, 9.97-55.7) and the
perception existences of medical officers (OR=19.54; 95% CI, 4.58-83. 35)],
enabling factors [the distance to medical facilities (OR=3.77; 95% CI, 1.97-7.17),
cost (OR=2.07; 95% CI, 1.15-3.73) and information access (OR= 51.43; 95% CI,
12.11-218.35)], reinforcing factor [social support (OR=86.02; 95% CI, 25.3-
292.32)], threat of cervical cancer (OR=28.47; 95% CI, 11.97-67.73) and
perception on benefit of Pap smear (OR=4.4; 95% CI, 1.75-11.05) with Pap
Smear behavior on reproductive age women in Pacung village, Tejakula II public
health center area. The study suggested that public health center increase the
health promotion regarding cervical cancer and Pap Smear so the women will do
Pap Smear examination regularly."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>