Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hangga
"Telah dipelajari pengukuran secara voltametri siklik elektroda karbon pasta modifikasi 18-Crown-6 yang memiliki respon spesifik terhadap 2+ ion Pb. Pengukuran dilakukan dalam media alkohol 40% dan larutan buffer 2+ pH 5,0 menggunakan sistem batch dan sistem aliran. Ion Pb membentuk kompleks bermuatan dengan 18-Crown-6 pada permukaan elektroda. Dengan scan potensial kearah yang lebih negatif pada sebuah sistem 0 elektrokimia, kompleks akan tereduksi menjadi Pb dan ketika potensial 0 discan balik kearah yang lebih positif maka Pb akan teroksidasi kembali 2+ menjadi Pb yang akan memberikan respon arus pada voltamogram. Komposisi modifier optimum didapat pada 5% w/w. Pengukuran dengan sistem batch didapat kondisi optimum pada potensial awal -1,0V; potensial akhir 1,0V; scan rate 150mV/s dan waktu akumulasi 300s. Pada pengukuran dengan sistem aliran teramati adanya pengaruh laju alir. Laju alir optimum didapat pada 3ml/menit dimana terjadi proses transfer massa dan muatan yang lebih baik . Adanya kation lain dalam proses pengukuran ternyata dapat mempengaruhi respon arus yang dihasilkan berupa penurunan arus."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paskih
"ABSTRAK
Bahan pencemar buangan industri Iogam limbah cairnya salah satunya berasal dari proses pengasaman yang mengandung berbagai ion logam diantaranya adalah ion besi dan seng yang juga sering hadir secara bersama-sama dan kehadirannya pada badan air dengan konsentrasi yang tinggi menyebabkan terdegradasinya kualitas air. Aplikasi karbon aktif untuk mereduksi kandungan kedua logam berat adalah salah satu solusi yang diupayakan.
Penelitian adsorpsi ion Fe dan Zn dengan karbon aklif telah dilakukan. Variabel-
variabel operasi yang divariasikan adalah rasio berat karbon aktif dalam larutan, konsentrasi larutan biner dan waktu kontak. Proses adsorpsi larutan Fe dan Zn dilakukan menggunakan adsorben karbon aktif berukuran 0,8 - 1,0 mm melalui sistem batch seiama 24 jam pada kondisi ruangan (T= 28°C, P = 1 atm). Sebelumnya karbon aktif diaktifasi melalui pemanasan pada kondisi vakum T = 105°C, P = 50 mbar dan t = 12 jam. Proses pemanasan ini meningkatkan volume pori mikro dari 0,1067 cm3/gr menjadi 0,1618 cm3/gr dan meningkatkan luas permukaan karbon aktif dari 212,8 m2/gr menjadi 325 m2/gr.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan rasio berat karbon aktif pada larutan biner dalam proses adsorpsi batch memberikan peningkatan prosentasi ion Fe dan Zn terserap yang lebih tinggi namun pengaruh peningkatan ini lebih besar pada penyerapan ion Fe. Prosentasi ion Fe terserap oleh karbon aktif dari larutan biner lebih rendah dibandingkan prosentasi rerserapnya dari larutan tunggal karena pada penyerapan dari larutan biner terdapat persaingan penyerapan. Rentang waktu adsorpsi effektif ion Fe dan Zn dari Iarutannya sebelum kesetimbangan adsorpsi tercapai dan waktu yang dibutuhkan untuk melewati baku mutu adalah berbeda untuk kedua adsorbat yang tenggangya berganlung pada konsentrasi awal masing-masing di dalam larutan dan bergantung pada rasio berat karbon aktif pada Iarutan yang digunakan.

"
2001
S49017
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tilani Hamid
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Arry Rizka
"Masalah pencemaran yang timbul terhadap kualitas lingkungan dan air tanah, menuntut kesadaran serta penanganan yang serius dari semua pihak yang terkait mengenai pengolahan limbah. Tidak cukup hanya dari pemerintah selaku penentu kebijakan dan badan pengontrol, namun juga partisipasi masyarakat. Peningkatan metode pengolahan limbah, dalam hal ini limbah cair domestik, sangat diperlukan. Besarnya kebutuhan lahan untuk penyediaan sumur resapan septik tank konvensional, biaya operasional dan perawatan, merupakan faktor pertimbangan pemilihan metode pengolahan limbah.
Berangkat dari permasalahan tersebut, perlu dikembangkan penelitian mengenai pengolahan biologis dengan menggunakan bantuan mikroorganisme. Pengolahan air limbah lazimnya merupakan gabungan dari proses fisika, kimia dan biologi yang didesain untuk menurunkan substansi-substansi organik dan anorganik dari larutan air limbah. Salah satu sistem pengolahan limbah cair secara biologis, yang bertujuan sebagai usaha penyisihan substansi-substansi organik, adalah dengan memanfaatkan mikroorganisme sebagai pengurai dalam suatu reaksi oksidasi biokimia. Hal ini dianggap lebih memberikan berbagai macam keuntungan, ditinjau dari segi efisiensi, efektifitas, serta relatif lebih aman dibandingkan dengan proses pengolahan secara kimia. Parameter yang menunjukkan kualitas effluen yang memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah ataupun pemda setempat; meliputi COD, BOD, suspended solid, pH, nitrifikasi, dan organisme patogen; harus dicapai sebelum air limbah dapat dialirkan ke badan air.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan sehingga dapat menunjang ekosistem mikroorganisme adalah ketersediaan air serta kandungan nutrient yang terdapat di dalamnya yang digunakan oleh mikroorganisme sebagai sumber energi dan bahan pembentukan sel. Komposisi substrat, nitrient, dan mutu organik dalam air, yang kemudian disebut sebagai starter, sangat beragam dan berpengaruh besar terhadap efektifitas kinerja mikroorganisme yang kesemuanya berkaitan erat dengan durasi waktu pengolahan limbah. Pada dasarnya, penentuan unsur-unsur yang berperan dalam pembentukan sel-sel mikroorganisme, seperti pemberian senyawa yang dapat diolah, tempat dan ruang media biak yang ideal, pH serta temperatur, akan sangat berpengaruh pada optimalisasi pertumbuhan dan kinerja mikroorganisme pada unit pengolahan limbah cair secara biologis.
Metode peneltian yang digunakan adalah penggunaan media filter sabagai tempat melekatnya bakteri dalam proses seeding dan aklimatisasi. Proses ini kemudian disebut attached growth biological treatment, kemudian diberikan perlakuan aliran dengan menggunakan sistem resirkulasi dan waktu tinggal 12 jam serta kapasitas reaktor 100 liter. Penggunaan EM4 diberikan dengan konsentrasi 4,5 ml/l. Namun sebagai tolok ukur, juga dilakukan suspended growth biological method, dimana tidak diperlukan media filter sebagai tempat melekat. Perlakuan yang diberikan pada suspended growth ini menggunakan sistem batch dengan kapasitas 10 liter dan penambahan EM4 sebesar 19,23 ml/l. Substrat yang digunakan adalah limbah tahu dan limbah RPH, dengan penambahan gula dan molasse sebagai nutrient.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan sistem batch lebih cocok digunakan untuk proses seeding, sedangkan sistem resirkulasi akan lebih baik jika diterapkan pada proses aklimatisasi. Proses seeding dan aklimatisasi seharusnya merupakan proses yang terpisah, sehingga pertumbuhan dan kinerja mikroorganisme akan lebih optimal.

Pollution problem emerged to environment and ground water quality, require awareness and seriously treatment from all institutions that connected to waste water treatment. Not only the government which determines policy and as controlling institution, the public participation is also needed. Increasing of wastewater treatment method, in case of domestic wastewater, is necessity. Space requirement for conventional septic tank equipment, operation and maintenance cost should be considered to choose the most effective wastewater treatment method.
Based on those problems, the research of biological treatment used microorganism aid is very important to expand. Wastewater treatment is commonly a combination of physical, chemical, and biological process that designed to decrease organically substances in wastewater. One of biological wastewater treatment as an effort to decrease organically substances make use of microorganism as a decomposes in biochemical oxidation process. This method is considered to give much of benefits in efficiency, effectively, and also relatively much safety than chemical treatment. Some parameters shown effluent quality that fulfills the government standard such as COD, BOD, SS, pH, nitrification, and pathogenic organism should be reached before wastewater flows through the waterworks.
Some factors that has to be considered to support the microorganism ecosystem are water supplies and nutrient concentration in this ecosystem used by microorganism as power resources and cells forming matter. Composition of substrate, nutrients, and organic quality in water supplies, called as starter, has significant influence to the effectiveness of microorganism capability, connected with wastewater treatment duration. Basically determining substances that has a role informing microorganism cells; such as substances that can be treated, an ideal fertile space, pH and temperature; will have very significant influences to optimize the microorganism population and activity in the biological wastewater treatment unit.
The research is looking through for an optimal condition using the method explained above. If an ideal condition needed by microorganism being completed, then the growth of microorganism will be much faster. Therefore, the treatment detention time will be relatively much faster and more effective.
The method of research that has been expanded is the uses of filter media as a bacteria adhesion place in seeding and acclimatization process. This process is called attached biological method which being given the way of treating by using recirculation system as well as 12 hours of detention time in a reactor with 100 liters capacity. Utilizing EM4 by means of composition 4,5 ml/L As a standard, suspended growth biological method is also used in this method, adhesion place as a filter media does not needed. The treatment of this method is using the 10 liters capacity of reactor and batch system along with giving the EM4 19,23 ml/I. Using soybean curd waste and slaughterhouse waste as a substrate with extending sugar and molasses as a nutrient are the combination of this research method.
The batch system is more appropriate for seeding process, whereas the recirculation system will be better if being applied for acclimatization. The seeding and acclimatization process should be a separate process, therefore the growth and activity of microorganism will be optimal.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S34798
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amru Zauda
"ABSTRAK
Karbon aktif merupakan bahan yang dikenal sebagai bahan adsorben untuk digunakan pada sektor industri pangan maupun non paugan. Selain itu, penggunaan karbon aktif sangat erat hubungannya dengan usaha perlindungan lingkungan.
Semakin ketat pelaksanaan peraturan tentang perlindungan lingkungan ini, maka pemakaian karbon aktif semakin meningkat.
Pemerintah DKI Jakarta telah mengeluarkan ketetapan tentang baku mutu air minum. Ketetapan tersebut antara lain berisi tentang kandungan timbal (Pb) maksimum yang diperbolehkan dalam air minum sebesar 0.01 mg/liter. Sedangkan ?air PAM? yang tersedia memiliki kandungan timbal maksimum sebesar 0.05 mg/liter. Menyadari hal tersebut, dimulailah penelitian mengurangi timbal dalam ?air PAM? dengan menggunakan karbon aktif granular dengan sistem Batch.
Pada penelitian ini karbon aktif yang digunakan dipanaskan terlebih dahulu pada temperatur 100℃ selama 24 jam, perlakuan ini dimaksudkan untuk memperbesar luas permukaan karbon aktif. Kemudian karbon aktif yang tetah diaktifasi tersebut digunakan untuk mengadsorb Pb dalam ?air PAM?.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakterisasi luas permukaan karbon aktif terjadi peningkatan pada saat sebelum aktifasi dan sesudah aktifasi, yaitu 223.6 m2/gr menjadi 323.5 m2/gr. Kemudian menurun setelah mengalami proses adsorpsi, yaitu sebesar 233.4 m2/gr.
Dari hasil pengujian kapasitas adsorpsi karbon aktif dengan variasi jumlah karbon aktif; menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut mengalami brealdrough (kurva terabosan) pada penambahan karbon aktif sebesar 5.5 gr/liter. Sedangkan pengujian kapasitas adsorpsi dengan variasi waktu kontak, menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi mengalami breaktrough (kuva terobosan) pada waktu kontak 20 jam.
Untuk mengurangi kandungan Pb dalam ?air PAM? dari 0.05 mg/liter menjadi 0.01 mg/liter, maka karbon aktif granular yang dibutuhkan sebanyalc 151 gr/liter.
"
2000
S49030
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian Khrisna Muda
"Air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi seluruh makhluk hidup di seluruh belahan muka bumi. Perkembangan dunia industri yang sangat pesat memberikan dampak yang serius terhadap lingkungan sekitar dimana aktivitas manusia sering menghasilkan pencemaran air sehingga menyebabkan turunya kualitas air. Oleh karena itu, pengelolaan terhadap kualitas air sangat diperlukan sebagai parameter untuk menjaga kestabilan kualitas air terhadap lingkungan sekitar. Pengukuran kebutuhan oksigen dalam air dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan metode COD dimana metode ini dilakukan dengan cara mengukur jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air. Salah satu metode pengukuran oksigen kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan metode fotoelektrokimia (Photoelectrocatalytic Chemical Oxygen Demand, PeCOD). Penelitian ini merupakan pengembangan dari metode yang sudah ada saat ini dalam penentuan nilai COD berbasis fotoelektrokatalisis. Sistem yang diusulkan saat ini adalah untuk menguji kekuatan arus cahaya photocurrent yang lebih baik dibandingkan penelitian sebelumnya. Proses penentuan nilai COD dilakukan menggunakan sistem batch yang berbasis metode fotoelektrokimia dengan cara mencelupkan elektroda yang terdiri dari elektroda counter yaitu dengan stainless steel dan elektroda kerja titanium dioksida berbentuk nanotube yang dibuat dari metode anodisasi pada 50V selama 1 jam. Senyawa yang digunakan adalah beberapa senyawa organik yang terdiri dari kalium hidrogen Ptalat (KHP), asam benzoat, fenol dan metanol dimana pengujian dengan sistem batch dapat bekerja secara optimal di konsentrasi yang rendah (10-200 ppm), namun tidak dapat bekerja secara optimal di konsentrasi yang tinggi (300-500 ppm). Selama proses pengukuran, terjadi proses reaksi degradasi senyawa organik pada permukaan elektroda kerja titanium dioksida nanotube menunjukan bahwa senyawa KHP memiliki arus serapan yang sangat besar dibandingkan senyawa organik lainnya. Hasil pengujian standar adisi dilakukan untuk mengamati perubahan arus cahaya akumulasi respon zat kimia seperti analit dan gangguan kimia. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat beberapa senyawa yang memiliki persentase kesalahan relatif diatas 5% sehingga melebihi batas normal kesalahan dimana terdapat kurva kalibrasi yang kurang akurat. Penentuan metode fotoelektrokimia dengan sistem batch sebagai sensor COD diperoleh rentang nilai COD 0-70 mg/L dan mengindikasikan ketidakmampuannya dalam mendegradasi seluruh senyawa sampel selama waktu pengukuran 100 detik dari hasil plot grafik COD teoritis vs COD hasil percobaan. Hal tersebut dibuktikan dengan perbandingan metode bias antara metode konvensional dan metode fotoelektrokatalisis dengan persentase yang besar menggunakan sampel limbah air danau.

Water is one of the main needs for all human life in all parts of the earth. The rapid development of the industrial world seriously impacts the surrounding environment where human activities often cause water pollution, causing a decrease in water quality. Therefore, water quality management is vital as a parameter to maintain the stability of water quality in the surrounding environment. Water quality measurement with oxygen demand in water can be used by using the COD method, where this method is carried out by measuring the amount of oxygen needed to decompose all materials contained in water. One method of measuring chemical oxygen can be used by the photoelectrochemical method (Photoelectrocatalytic Chemical Oxygen Demand, PeCOD). This research is the further development of the existing methods for determining COD values based on photoelectrocatalysis. The current system proposed to test the strength of the photocurrent light current which is better than previous research. The process of determining the COD value is carried out using a photoelectrochemical method based on a batch system by dipping electrodes consisting of counter electrode, namely stainless steel, and a working electrode in the form of titanium dioxide nanotubes made from the anodization method at 50V for 1 hour. The compounds used are several organic compounds consisting of potassium hydrogen phthalate (KHP), benzoic acid, phenol, and methanol where testing with a batch system can work optimally at low concentrations (10-200 ppm) but cannot work optimally at high concentrations (300-500 ppm). During the measurement process, a degradation reaction of organic compounds occurs on the surface of the titanium dioxide nanotube working electrode, this shows that the KHP compound has a large absorption current compared to other organic compounds. The result of the standard addition test was carried out to observe changes in the light current accumulation of chemical responses such as analyst and chemical interference. The result shows that several compounds had a relative error percentage above 5% so organic compounds exceeded the normal error limit and had a less accurate calibration curve. Determination of the photoelectrochemical method with a batch system as a COD sensor obtained a COD value range 0-70 mg/L and indicates its ability to degrade all sample compounds during a measurement time of 100 seconds from the result of the theoretical COD vs experimental graph plot. This is proven by comparing the bias methods between the conventional method and the photoelectrocatalysis method with a large percentage using lake water sample waste."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library