Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eli Kumolosari
"Sistem pembangkit panas bumi biner pertama di Indonesia yang telah berhasil diimplementasikan ialah sistem biner 500kW di Lahendong. Namun, masih terdapat celah untuk meningkatkan pengembangan sistem biner di Lahendong. Kajian ini bertujuan untuk memberikan perancangan alternatif dari sistem biner dengan menggunakan siklus Rankine organik. Investigasi analisis termodinamika berbasis hukum termodinamika, analisis scaling silika dan optimisasi pemilihan fluida kerja akan disajikan. Proses flashing dari separator menghasilkan uap air dan brine-cair dengan laju alir massa 48,6kg/s dan 173,6kg/s serta tekanan separator 10,23 bar. Berbasis analisis hukum kedua termodinamika didapatkan energi berguna maksimal dari aliran brine sebesar 7,2MW. Berdasarkan hasil simulasi, didapatkan bahwa potensi daya yang dapat dibangkitkan dari panas buang di Lahendong sebesar 2,46MW dengan efisiensi termal dan eksergi bersih sebesar 11% dan 34%. Dibandingkan dengan sistem biner yang telah beroperasi, masih terdapat banyak energi yang dapat diambil dalam pengembangan ke depan di pembangkit Lahendong"
Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (P3M) STTA, 2020
620 JIA XII:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Mardiyanto
"Penelitian yang dilakukan untuk tugas akhir ini menggunakan miniatur Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ini diproduksi oleh SNM (Shin Nippon Machinery) dengan TIPE 100-SCR. PLTU ini mampu menghasilkan daya listrik sebesar 450 Watt dengan kapasitas uap maksimum 130 kg/jam. PLTU ini sudah 10 tahun tidak beroperasi, sehingga banyak sekali masalah¬masalah yang terjadi dan menyebabkan alat ini tidak dapat beroperasi dengan baik. Dengan adanya penelitian ini, maka beberapa permasalahan yang ada kemudian diselesaikan. Beberapa tindakan yang dilakukan yaitu mengganti distributor pipe dan kawat kasa pada cooling tower, memasang penutup cooling tower, melapisi tangki kondensat dengan cara hot deep, pemasangan selang dan pipa air yang menghubungkan saluran keluar pendingin bearing dengan cooling tower, pemasangan selang kompresor, pemasangan jalur aliran air dan uap, pemasangan kode untuk alat ukur dan valve. Kerugian dalam suatu PLTU salah satunya adalah pemanfaatan energi kalor yang masih sangat kecil. Untuk mengoptimalkan kinerja dari PLTU maka dilakukan pengujian dengan cara memvariasikan temperatur yang keluar dari superheater terhadap beban listrik. Titik pengaturan temperatur superheater ditentukan yaitu pada 205°C dan 215°C. Hal tersebut dilakukan agar dapat diketahui karakteristik dari PLTU. Sehingga didapatkan suatu kondisi dimana pada saat beban tertentu maka kita dapat melakukan pengaturan pada temperatur keluar superheater sehingga kinerja PLTU secara keseluruhan menjadi optimal. Dari dua hasil studi kasus yang telah dilakukan diperoleh bahwa energi kalor yang terbuang sangat besar bila dibandingkan dengan energi yang dihasilkan oleh turbin, hal tersebut terlihat pada nilai efisiensi termal yang kecil pada kondisi 215°C yaitu sebesar 3,78%. Bila dibandingkan dengan kondisi superheater yang temperaturnya diatur pada 205°C dengan nilai efisiensi termal sistem sebesar 3,88%, maka nilainya 0,1% lebih besar dari pada kondisi pada saat temperatur superheater diatur pada 215°C. Hal ini menunjukkan bahwa pada beban yang sama yaitu 450 Watt dikedua kondisi tersebut, kenaikan temperatur dari 205oC menjadi 215oC menyebabkan menurunnya efisiensi termal dari sistem. Analisa hasil pengujian dengan diagram fase (h-s, p-h, dan T-s) pada titik pengaturan temperatur superheater 215oC diketahui bahwa kerugian kalor diantaranya dari losses yang terjadi pada saat pendistribusian uap, kalor yang dibuang untuk menkondensasikan uap, dan kalor yang terbuang karena percampuran air dan kondensat pada tangki kondensat.

The research for this thesis uses miniature Steam powerplant was produced by the SNM (Shin Nippon Machinery) with TYPE 100-SCR. This power plant capable of producing electrical power of 450 Watts with maximum steam capacity of 130 kg / hour. This power plant was 10 year s do not operate, so many problems that occur and cause the equipment is unable to operate properly. Given this research, then some existing problems and then solved. Some of the action taken is to replace the distributor pipe and wir e netting on the cooling tower, install the cooling tower cover, condensate tank li ning hot deep way, theinstallation of the hose and water pipe connecting the outlet of the bearing cooling wi th cooling tower, compressor hose installation, installation of flow lines water and steam, installation code for measuring devices and valves. Losses in a power plant one of them is the utilization of heat energy that is still very small. To optimize the performance of the power plant will be tested by varying the exit temperature of the superheater to the electrical load. The point of superheater temperature setting are prescribed at 205°C and 215°C. This was done in order to know the characteristics of the powerplant. To obtain a condition where at a certain load then we can make arr angements at superheater exit temperature so that the overall power plant performance to be optimal. From two case studies have been done show that heat is wasted energy is very large when compared wi th the energy generated by the turbines, it is seen on the small value ofthermalefficiency thatis equal to 3,78%. When compared with the condition that its superheater temperature arranged in 205°C wi th a value system thermal efficiency of 3,88%, the value 0,1% greater than the conditions at the time of superheater temperature is set at 215°C. This shows that at the same load of 450 Watt in both conditions, the increase of temperature from 205°C to 215°C led to decrease the thermal efficiency ofthe system. The analysis of test results put emphasis on the analysis of energy and phase diagrams (h-s, p-h, dan T-s) at the set point temperature of superheater 215oC is known that such heat losses from the losses that occur when the distribution of steam, heat is removed to condense steam, and heat is wasted because of mi xing of water and condensate in the condensate tank. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S985
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hartadhi
"Sebagian energi dalam proses industri hilang sebagai panas buang ke atmosfer atau sistem pendinginan, tidak terkecuali pada sistem PLTP. PLTP Lahendong memiliki panas buang berupa fluida yang akan diinjeksi kembali brine ke dalam sumur dengan temperatur 170oC. Panas pada brine ini dapat dimanfaatkan kembali menjadi listrik dengan alternatif pemanfaatan menggunakan siklus Rankine organik, Kalina, CO2 superkritis dan generator thermo-elektrik. Dengan pertimbangan efisiensi, biaya, dan pengalaman industri, maka penelitian ini akan membandingkan dua alternatif, siklus Rankine organik SRO dan siklus Kalina dalam hal potensi daya listrik, reduksi emisi, dan keekonomian berdasarkan regulasi yang berlaku, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang paling berpengaruh pada keekonomian kedua sistem tersebut dengan analisis sensitivitas.
Simulasi penerapan siklus Rankine organik dan siklus Kalina dengan perangkat lunak Engineering Equation Solver EES menunjukkan bahwa dengan IRR 15,2 , NPV 1.253.600 dan periode pengembalian 7,3 tahun, siklus Rankine organik dengan konstruksi sederhana dapat menghasilkan daya bersih sebesar 655kW. Siklus Kalina dengan konstruksi lebih kompleks menghasilkan daya bersih yang lebih besar yaitu 785kW ternyata tidak mampu memberikan performa ekonomi yang lebih baik dengan IRR 10,2 ; NPV sebesar 42.285 dan periode pengembalian selama 13 tahun. Dengan keunggulan yang dimiliki siklus Rankine organik, dan dengan banyaknya pengalaman industri komersial negara lain dalam penerapan sistem ini, maka sistem ini dinilai optimal dan layak untuk diterapkan pada pemanfaatan brine PLTP Lahendong maupun industri lain dengan kondisi panas buang dan tarif yang serupa.

Some energy in industrial processes is lost as waste heat to the atmosphere or cooling system. Geothermal power generation is no exception. PLTP Lahendong produce waste heat in the form of brine with temperature of 170oC which will be reinjected into reinjection well. The heat of this brine can be recovered for direct use or by converting heat into electricity. Some waste heat to power WHP technologies include organic Rankine cycle, Kalina cycle, supercritical CO2 and thermoelectric generator. With several considerations such as efficiency, cost and industrial experience, this research will compare only two alternatives which are Organic Rankine Cycle ORC and Kalina cycle in terms of power, emission nreduction potential and economic feasibility based on applicable regulation, as well as identifying factors which affect economic feasibility of those system by means of sensitivity analysis.
Application simulation of organic Rankine cycle and Kalina cycle with Engineering Equation Solver EES software showed that with 15.2 IRR, 1,253,600 NPV and return period of 7.3 years, organic Rankine cycle can produce 655kW net power. Kalina cycle, despite with greater net power of 785kW, was not able to provide better economic performance with 10.2 IRR 42,285 NPV and return period of 13 years. With the advantages of the organic Rankine cycle, and with many commercial industry experience in other countries in the application of this system, this system is considered optimal and feasible for brine utilization in Lahendong geothermal power plant or other industries with similar heat and tariff.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48210
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhika Prakasa Anom Putra
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana aspek ekonomi berbagai konfigurasi proses tenaga surya terkonsentrasi diterapkan di Nusa Tenggara. Penggunaan sistem penyimpanan energi diteliti penerapannya terhadap tenaga surya yang dikonsentrasikan karena penggunaannya pada sumber energi yang berselang, seperti energi surya, dinilai mampu mengatasi permasalahan pasokan dan permintaan energi listrik. Sistem tangki ganda (panas dan dingin) menjadi yang konvensional pada tenaga surya terkonsentrasi, sementara tangki jenis termoklin masih berada dalam tahap penelitian.. Penelitian ini akan dilakukan dengan menyimulasikan enam jenis skenario pembangkitan dengan kedua jenis tangki tersebut dan skenario tanpa menggunakan sistem penyimpanan energi. Skenario dilakukan dengan menjalankan siklus termodinamika Rankine dan Brayton. Seluruh data yang berkaitan akan menggunakan data yang tersedia di Nusa Tenggara Timur dengan WACC sebesar 10% dan umur guna proyek selama 25 tahun. Hasil penelitian menyatakan bahwa di penerapan siklus Brayton menghasilkan energi lebih besar, tetapi efisiensi keseluruhannya kecil dibandingkan siklus Rankine. Hal tersebut menuntun kepada lebih besarnya LCOE skenario yang menjalankan siklus Brayton dibandingkan siklus Rankine. Penggunaan tangki jenis termoklin mampu untuk menekan biaya investasi, sehingga sistem yang menggunakan sistem tangki termoklin memperoleh LCOE lebih rendah dibandingkan dengan sistem tangki. Di antara semua jenis skenario, sistem yang menjalankan sistem tangki termoklin dengan siklus Rankine mampu menghasilkan LCOE paling rendah. Hasil LCOE tersebut sebanding dengan LCOE sumber energi lain di Indonesia.

This study aims to determine how the economic aspects of various configurations of concentrated solar power processes are applied in Nusa Tenggara. The employment of energy storage systems is investigated for its application to concentrated solar power because its use in intermittent energy sources, such as solar energy, is able to overcome problems of supply and demand for electrical energy. The double tank system (hot and cold) is becoming the conventional one on concentrated solar power, while the thermocline type tank is still in the research stage. This research will be carried out by simulating six scenarios by incorporating both types of tanks, without using energy storage systems, and is running with Rankine and Brayton thermodynamic generation cycles. All related data will use Nusa Tenggara Timur availability with WACC of 10% and 25 project lifetimes. The results of the study state that the application of the Brayton cycle produces more energy, yet the overall efficiency is lower than the Rankine cycle. This leads to a larger LCOE of scenarios running the Brayton cycle than the Rankine cycle. The use of a thermocline tank can reduce investment costs so that a system using a thermocline tank system obtains a lower LCOE than the double tank system. Among all types of scenarios, the system with thermocline tank and Rankine cycle were able to produce the lowest LCOE. The results of the LCOE are comparable to the LCOE of other energy sources in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Syihan Santoso
"Penggunaan Organic Rankine Cycle (ORC) sebagai sumber energi listrik daerah terpencil menjadi salah satu solusi untuk Indonesia, dikarenakan ORC tidak membutuhkan sumber panas yang tinggi. ORC menggunakan refrigeran sebagai fluida kerja. Namun, penggunaan refrigeran halokarbon yang tinggi menyebabkan pemanasan global dan rusaknya lapisan ozone, yang ditandai dengan tingginya nilai Global Warming Potential (GWP) dan Ozone Depletion Potential (ODP) refrigeran halokarbon. Pengembangan refrigeran dilakukan dengan harapan dapat mengurangi efek yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Salah satu solusinya adalah penggunaan refrigeran natural. Refrigeran natural memiliki nilai GWP dan ODP yang rendah sehingga tidak menambah efek negatif yang sudah ditimbulkan oleh refrigeran halokarbon. Refrigeran hidrokarbon merupakan salah satu jenis refrigeran natural. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui koefisien perpindahan kalor yang dimiliki, dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi nilai koefisien perpindahan kalor. Koefisien perpindahan kalor akan naik seiring dengan kenaikan dari Heat Flux.Sedangkan nilai koefisien perpindahan kalor akan bervariatif dalam kondisi mass flux rendah dan naik seiring kenaikan mass flux. Kualitas massa uap dan Temperatur saturasi menjadi faktor tambahan yang memiliki pengaruh beragam terhadap nilai koefisien perpindahan kalor.

Organic Rankine Cycle (ORC) is one of the solutions for Indonesia to solve electricity demands at the remote area, because ORC only require low heat source. The working fluid of ORC is refrigerant. However, the use of halocarbon refrigerant is causing global warming anda ozone depletion, that have high value of Global Warming Potential (GWP) and Ozone Depletion Potential (ODP) on the halocarbon refrigerant. The development of refrigerant has to be done to reduce the negative impact to the environment. One among of the solution is natural refrigerant. Natural refrigerant has the lowest number of GWP and ODP. Therefore, it does not add the negative effect caused by halocarbon refrigerant. Hydrocarbon refrigerant is one kind of natural refrigerant. This study aims to the value of heat transfer coefficient and comprehend the factors affecting the value of heat transfer coefficients. Heat transfer coefficient increase with an increase of heat flux. Meanwhile the value of heat transfer coefficients varies in low mass flux conditions and increase with rise of the mass flux. Vapor quality and saturation temperature becomes additional factors affecting to the value of heat transfer coefficient.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library