Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rosyid Mawardi
"Latar belakang: Penuaan paru ditandai dengan perubahan struktur dan fisiologi paru. Secara struktural, terjadi perubahan ketebalan septum interalveolar dan komponen di dalamnya, salah satunya adalah serat kolagen interstisial, sehingga dapat memengaruhi fungsi paru sebagai organ respirasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui korelasi antara jumlah serat kolagen interstitial paru dengan ketebalan septum interalveolar pada penuaan tikus Sprague-Dawley. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional analytic correlative. Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus Sprague-Dawley sebagai subjek penelitian. Subjek penelitian terdiri atas empat kelompok usia, yaitu 2 hari, 16 hari, 3-4 bulan, dan >12 bulan yang ditentukan dengan m ± 0.043 μm, dan 0,512 ± 0.020 μm. Uji korelasi non parametrik Spearman (p = 0,03) antara jumlah serat kolagen interstisial dengan ketebalan septum interalveolar menunjukkan nilai koefisien korelasi (r = 0,213). Kesimpulan: Pada penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang lemah antara jumlah serat kolagen interstisial paru dengan ketebalan septum interalveolar pada penuaan tikus Sprague-Dawley. Dengan demikian, dapat dipikirkan bahwa serat kolagen interstisial dapat mempengaruhi ketebalan septum interalveolar paru tikus yang menua, meskipun bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi.
Background: Lung aging is characterized by structure and physiologic changes of the lung. Structurally, the interalveolar septum thickness and all of its components including collagen fiber are change, so that affect the lung function as a respiratory organ. This study is aimed to determine the correlation between the amount of pulmonary interstitial collagen fiber and interalveolar septum thickness on Sprague-Dawley rat aging. Method: The design of this research is cross sectional analytic correlative. The data was taken from the lung tissue preparations of 24 rats in 4 groups based on age, 2 days, 16 days, 3-4 months, and >12 months using single blind randomization technique. The methods of preparation making are based on the literatures. Data that was assessed were the histology of pulmonary interstitial collagen fiber and interalveolar septum. Then, they were analized using SPSS 20.0. Result: Sequentially, the modes of interstitial collagen fiber are 1, 2, 2, and 3; while the interalveolar septum thickness means are 0,436 ± 0.059 μm, 0,399 ± 0.022 μm, 0,474 ± 0.043 μm, and 0,512 ± 0.020 μm. By using non parametric Spearman correlation test (p = 0.03), it was obtained the correlation coefficient (r = 0.213) between the amount of pulmonary interstitial collagen fiber with the interalveolar septum thickness. Conclusion: There is a weak correlation between the amount of pulmonary interstitial collagen fiber with the interalveolar septum thickness of Sprague- Dawley rat aging. Thus, it can be thought that pulmonary interstitial collagen fiber may affects interalveolar septum thickness of rat aging, although it’s not as the only one factor."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claudya Dara Chaerunnisa
"Kulit merupakan sistem pertahanan eksternal, langsung menjalani proses penyembuhan luka ketika terjadi luka dan banyak orang cenderung memberi proses penyembuhan luka dengan agen antiseptik, povidone iodine 10 Betadine . Namun, terdapat ide baru tentang penggunaan povidone iodine 5 pada penyembuhan luka kulit yang dapat memberikan efek yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efek berbeda dari penggunaan konsentrasi yang berbeda dari povidone iodine pada jumlah PMN, fibroblast, dan serat kolagen dan untuk menentukan kadar 5 atau 10 yang lebih cocok untuk digunakan.
Penelitian ini menggunakan tikus sebagai sampel, masing-masing tikus diberikan 3 luka dengan 3 perlakuan berbeda terdiri dari kontrol, povidone iodine 10 , dan povidone iodine 5 . Pada hari ke-3, tiga tikus pertama dikorbankan dan pada hari ke-7 3 tikus berikut dikorbankan, lalu dibuat spesimen histologi dengan mengambil area luka dan diwarnai dengan Hematoksilin-Eosin untuk menganalisis jumlah PMN dan fibroblast, serta Van Gieson menganalisis serat kolagen. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara povidone iodine 5 dan 10 dalam proses keseluruhan penyembuhan luka yang dilihat dari jumlah PMN, fibroblast, dan serat kolagen.

Skin is an external defense system, directly undergo wound healing process when scars occur and people tend to interfere the wound healing process with antiseptic agents, in this case is the use of povidone iodine 10 Betadine . However, there is new idea about the appliance of povidone iodine 5 on cutaneous wound healing may give different effect. This research aims to compare the different effect of using different concentration of povidone iodine on number of PMN, fibroblast, and collagen fibers during wound healing process and to determine which one is more suitable to use.
This experiment using rats as samples, each rat is given 3 wounds with 3 different treatments consisted of control, povidone iodine 10, and povidone iodine 5. On the 3rd day, the first three rats were sacrificed and on the 7th day the following 3 rats were sacrificed, then made histological specimens by taking the wound area and stained it using Hematoxylin eosin to analyze number of PMN and fibroblast, also Van Gieson to analyze collagen fibers. The result of this experiment is that there is no significant difference among povidone iodine 5 and 10 in overall process or phases of wound healing, as seen from number of PMN, fibroblast, as well as collagen fibers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library