Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Epson Ray Kinko
"Konsumsi polimer dalam jumlah besar, menekan industri polimer untuk menghemat bahan baku material dan mempercepat laju produksi. MFC berbasis serat alam telah dipelajari mampu memperbaiki sifat dan kecepatan laju proses dari polimer. Indonesia sebagai negara agraris memiliki banyak sumber serat alam, salah satunya serat ijuk. Melalui proses perlakuan, serat alam diproses hingga didapatkan MFC yang akan dipelajari sifatnya sebagai agen penukleasi didalam polimer polipropilena jenis kopolimer impak. Dengan penambahan MFC, dapat meningkatkan 2% kristalinitas dan kecepatan kristalinitas hingga 12 detik. Penelitian ini menitik beratkan pada kemampuan kristalinitas dari PP setelah ditambahakan MFC.

Polymer comsumption in large scale, pushing polymer industry to reduce consumption of base material and increasing production time. ?Ijuk? based MFC has been studied can improve quality and accelerate process on PP. Indonesia as a maritime nation had many kind land riches, the one is ?ijuk? fiber. By conditioning process, ?ijuk? fiber made into MFC than have good bonding and will be studied his properties as nucleating agent on polymer polypropylene copolymer impact. With addiction of
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S36319
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tresna Priyana Soemardi
"ABSTRAK
Untuk meningkatkan nilai tambah dari pada bambu agar dapat dipergunakan sebagai pengganti atau paling tidak pendamping kayu, maka dibuatlah suatu susunan bambu dalam bentuk komposit yang disebut Laminasi Bambu.
Penelitian tentang laminasi bambu masih jarang dilakukan dan di Indonesia belum ada yang melakukan penelitiannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan pada laminasi bambu pada pengujian mekanik. Adapun jenis bambu yang dipergunakan adalah jenis bambu apus atau bambu tali (Gigantochloa Apus) dengan pertimbangan jenis bambu ini mengadung kadar pati rendah dan mudah didapat. Sedangkan perekat yang dipergunakan adalah jenis Urea Formaldehyde (UF) dan pengujian mekanik yang dilakukan, Pengujian mekanik yang dilakukan adalah Tarik, Bending dan Geser dengan penekanan dingin.
Pada pengujian ini mempergunakan mesin merk lnstron, model 1185 dengan beban maksimum 2000 kg, 720 kg dan 500 kg, kecepatan kertas 50 mm/menit dan jumlah sampel 8 (tarik), 9 (bending) dan 8 (geser)."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ismojo
"ABSTRAK
Serat alam menjadi alternatif yang menarik sebagai pengganti atau subtitusi serat sintetis untuk struktur komposit polimer. Kelemahan serat alam karena hemiselulosa, selulosa dan lignin mengurangi kompatibilitasnya dengan matriks polimer sintetis. Modifikasi permukaan serat menggunakan perlakuan kimia dan fisika memiliki potensi untuk meningkatkan kompatibilitas serat-matriks. Penelitian ini bertujuan memodifikasi permukaan serat sorgum melalui perlakuan kimia dan fisika. Perlakuan kimia yang digunakan adalah alkali-asetilasi dengan variasi konsentrasi larutan dan katalis asetilasi, alkali-asetilasi-hidrolisis, dan alkali-bleaching dengan variasi temperatur proses. Perlakuan fisika dilakukan dengan pemanasan melalui kukus, kukus-presto, dan presto-rebus dengan variasi waktu proses. Hasil percobaan dikarakterisasi menggunakan FTIR, FE-SEM, XRD, STA dan sesile drop test. Serat mikrofibril selulosa (MFC) hasil optimum dari hasil perlakuan kimia dan fisika dicampur dengan matriks polipropilen (PP) untuk pembuatan komposit dengan variasi fiber loading. Proses pencampuran dan pembuatan komposit menggunakan alat Reomix dan hotpress. Dari analisis morfologi ditunjukkan bahwa hemiselulosa dan lignin menurun setelah dimodifikasi. Hasil ini diperkuat dengan data hasil uji XRD yang mengungkapkan bahwa fraksi kristalin serat sorgum meningkat. Serat hasil perlakuan kimia dan fisika mampu secara efektif meningkatkan ikatan komposit. Sifat tarik komposit PP yang diperkuat serat yang dimodifikasi meningkat jika dibandingkan dengan serat sebelum modifikasi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa makin tinggi fiber loading MFC dalam matriks PP kekuatan tarik komposit menurun."
2019
D2719
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Nandang Roziafanto
"Serat alami menjadi alternatif yang menarik untuk serat sintetis dalam penerapannya pada struktur komposit polimer. Kelemahan yang melekat dalam serat alam dalam hal kandungan penyusunnya yaitu hemiselulosa, selulosa dan lignin yang dapat mengurangi kompatibilitasnya dengan matriks polimer sintetis. Isolasi selulosa dan modifikasi permukaan dari serat alam menggunakan perlakuan metode plasma sistem Glow Discharge Electrolysis Plasma (GDEP) yang ramah lingkungan memiliki potensi untuk meningkatkan kompatibilitas serat-matriks. Penelitian ini bertujuan untuk mencari modifikasi permukaan serat batang sorgum yang optimum melalui metode plasma sistem GDEP . Metode plasma sistem GDEP dilakukan dengan variasi waktu operasi, besaran tegangan, jenis elektrolit, dan volume reaktor untuk proses isolasi dan modifikasi permukaan selulosa. Untuk mengevaluasi tahapan-tahapan tersebut dilakukan karakterisasi terhadap serat menggunakan infra merah (FTIR), mikroskop elektron (FE-SEM), sinar-X (XRD), analisis termal (STA) dan sessile drop test. Serat batang sorgum hasil optimasi dari perlakuan GDEP dicampur dengan matriks polipropilena (PP) untuk pembuatan komposit dengan variasi fiber loading. Proses pencampuran dan pembuatan komposit menggunakan alat ekstruder twin screw. Struktur serat dan analisis morfologi menunjukkan bahwa komposisi lignin menurun setelah serat mendapatkan perlakuan GDEP dengan proses optimum menggunakan elektrolit NaCl 0,07 M tegangan 600V reaktor 250 mL selama 15 menit. Hasil ini diperkuat dengan data hasil uji XRD yang mengungkapkan bahwa fraksi kristalin serat batang sorgum meningkat setelah mendapatkan perlakuan GDEP dengan nilai optimum 59,87%. Analisis termal mengungkapkan bahwa serat setelah perlakuan GDEP memiliki stabilitas termal yang lebih tinggi dibandingkan sebelum perlakuan dengan nilai optimum Td1 323,48oC dan Td2 365,59oC. Pada serat setelah perlakuan GDEP terdapat fenomena terbentuknya senyawa stabil pseudo lignin yang bersifat hidrofobik. Perlakuan GDEP mampu secara efektif mengeliminir 37,28% lignin pada serat sekaligus memodifikasi permukaan serat menjadi lebih hidrofobik dalam satu langkah jika dibandingkan dengan metode konvensional (kimia/alkalinisasi). Keseluruhan sifat tarik komposit PP diperkuat serat hasil perlakuan GDEP meningkat jika dibandingkan dengan serat tanpa perlakuan dengan nilai optimum pada penambahan 5 phr sebesar 32,19 MPa. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi fiber loading MFC dalam matriks PP kekuatan tarik komposit menjadi menurun dan nilai modulus Young’s-nya meningkat.

Recently, natural fibers have become an interesting alternative to synthetic fibers in their application in polymer composite structures. Inherent weaknesses in natural fibers regarding their constituent content (hemicellulose, cellulose, and lignin) reduce the compatibility of these fibers with synthetic polymer matrices. Surface modification of fibers using the Glow Discharge Electrolysis Plasma (GDEP) method, an environmentally friendly treatment, has the potential to enhance fiber-matrix compatibility. This research aims to find the optimum surface modification of sorghum fibers through the GDEP method. The GDEP method is carried out with variations in operation time, voltage, electrolyte type, and reactor volume for the isolation and surface modification of cellulose. To evaluate these stages, fiber characterization is performed using infrared (FTIR), electron microscopy (FE-SEM), X-ray (XRD), thermal analysis (STA), and sessile drop test. The optimum sorghum stem fiber resulting from the GDEP treatment is mixed with polypropylene (PP) matrix to produce composites with varying fiber loading. The mixing and composite fabrication process utilizes a twin-screw extruder. The fiber structure and morphological analysis reveal that lignin composition decreases after GDEP treatment with the optimum process using 0.07 M NaCl electrolyte, 600V voltage, and 250 mL reactor for 15 minutes. This is supported by XRD data indicating a 59.87% increase in the crystalline fraction of sorghum stalk fibers after GDEP treatment. Thermal analysis shows that GDEP-treated fibers exhibit higher thermal stability compared to untreated fibers, with optimum values of Td1 at 323.48°C and Td2 at 365.59°C. GDEP treatment results in the formation of hydrophobic pseudo-lignin compounds on the fiber surface. Effectively, GDEP treatment eliminates 37.28% of lignin in fibers while simultaneously modifying the fiber surface to be more hydrophobic in a single step compared to conventional (chemical/alkaline) methods. Overall, the tensile properties of PP composites are strengthened with GDEP-treated fibers, with an optimum increase of 32.19 MPa at a 5 phr addition. The study also indicates that as the fiber loading of MFC in the PP matrix increases, the tensile strength of the composite decreases, and the Young's modulus value increases."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwanto
"Meningkatnya penggunaan komposit di segala bidang merupakan rekayasa bahan yang banyak dilakukan orang untuk mendapatkan bahan alternatif yang baru, salah satu bahan tersebut adalah serat alam akar wangi (SAW) yang mempunyai sifat dasar kuat dan ringan dan serbuk gegajian kau (SGK) yang merupakan bahan limbah. Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan komposit SAW dan SGK kemudian dilakukan pengujian akustik/daya redam dengan mengukur koefisien peredaman terhadap suara dan pengamatan struktur mikronya. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah eksperimen di Laboratorium dengan membuat komposit berdasarkan perbandingan fraksi berat antara SAW dan SGK mulai 1:5, 2:5, 3:5, 4:5 dan 5:5. Setelah terbentuk komposit dibuat specimen uji akustik sesuai standart ASTM E-1050-98 dengan instrument uji B&K 4206 Small Tube Set. Selanjutnya untuk mengetahui komposisi serat pada komposit dilakukan pengamatan strukturnya secara mikro. Dari hasil penelitian menujukan bahwa komposit yang dihasilkan mempunyai kemampuan redam terhadap suara yang paling baik untuk frekuensi rendah (1000 Hz) dengan nilai koefisien peredaman (α) sebesar 0,25 terjadi pada perbandingan fraksi 2:5 (SAW20,SGK50). Sedangkan pada frekuensi tinggi (5000 Hz) mempunyai nilai koefisen (α) sebesar 0,41 terjadi pada komposisi perbandingan 1:5 (SAW10,SGK50). Komposisi jumlah serat mepengaruhi kekuatan tarik komposit dan hasil pengamatan secara mikro terjadi pada komposisi perbandingan 5:5 kekuatan tariknya paling tinggi."
Bandung: Unisba Pusat Penerbitan Universitas (P2U-LPPM), 2017
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Hadiwibowo
"Saat ini sudah banyak sekali produk-produk berbasis material polimer khususnya plastik. Namun, plastik sangat tidak ramah lingkungan karena sifatnya yang sulit untuk terdegradasi. Biokomposit yang mengandung matriks polimer dan serat alam merupakan salah satu alternatif dalam mereduksi penggunaan produk-produk plastik karena sifatnya yang mudah terdegradasi oleh alam. Serat alam yang memiliki potensi bagus untuk dijadikan sebagai penguat ialah serat sorgum. Selulosa dari serat sorgum diperlukan untuk menghasilkan penguat yang baik pada matriks polimer. Selulosa ini bisa didapatkan dengan mendefibrilasi serat sorgum sehingga kandungan non-selulosa seperti lignin dan hemiselulosa dapat berkurang.
Proses defibrilasi dilakukan menggunakan teknik hidrotermal dengan metode rendam bertekanan dengan variasi waktu proses selama 5, 10, 15, 20, 25, 30, dan 60 menit. Hasil menunjukkan bahwa nilai optimum dalam mendefibrilasi serat sorgum terdapat pada proses hidrotermal rendam bertekanan selama 5 menit. Serat sorgum yang dihasilkan memiliki permukaan yang halus dan mengalami peningkatan kristalinitas, hidrofilisitas, dan kestabilan termal.

Nowadays, we have a lot of polymer based products, especially plastic. However, the plastic is not very environmentally friendly because it is difficult to degrade. Biocomposites containing polymer matrix and natural fibers is an alternative in reducing the use of plastic products because of its ease biodegradable. Natural fiber that has good potential to be used as a reinforce is sorghum fiber. Cellulose from sorghum fiber is required to produce a good compatibility with polymer matrix. This cellulose can be obtained by defibrillate the sorghum fibers so that non cellulose content such as lignin and hemicellulose can be reduced.
The defibrillation process was performed using hydrothermal technique with pressure soak method with variation of processing time for 5, 10, 15, 20, 25, 30, and 60 minutes. The results showed that the optimum value in the defibrillation of sorghum fiber was found in the hydrothermal pressurized soak process for 5 minutes. The resulting sorghum fiber has a smooth surface and increases in crystallinity, hydrophilicity, and thermal stability.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Bagus Adittya
"Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) adalah Instalasi atau Fasilitas milik PT Pertamina Patra Niaga yang berfungsi untuk melakukan kegiatan penerimaan (dari kapal, pipa, mobil tangki), penimbunan, dan penyaluran/pengisian Bahan Bakar Pesawat Udara (avtur dan avgas) kepada konsumen (maskapai, TNI/Polri, sekolah penerbangan). Dalam pelaksanaan inspeksi rutin pada peralatan di DPPU di PT Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah, ditemukan bahwa 60% dari kerusakan sarana dan fasilitas yang terjadi disebabkan oleh korosi pada material baja. Apabila proses korosi dibiarkan dalam waktu yang lama akan menurunkan properties dan performa material sehingga akan menyebabkan kerusakan dan kebocoran pipa dan tangki timbun yang menimbulkan kerugian besar dari aspek manusia, lingkungan, finansial dan reputasi perusahaan. Dalam upaya mengurangi laju korosi, ditemukan bahwa 60% anggaran maintenance digunakan untuk pengecatan dan pelapisan anti korosi (coating) dimana biaya terbesar berasal dari biaya pembelian material coating. Penelitian ini fokus pada bagaimana cara mengatasi tingginya biaya coating dalam upaya mengurangi laju korosi dengan menggunakan material organik berupa serat rami (Boehmeria nivea) sebagai campuran cat dan pelapis anti korosi (coating). Pengujian yang dilakukan terhadap hasil pengecatan dengan campuran serat rami adalah pengukuran ketebalan, uji daya rekat, pull off test, dan uji ketahanan korosi. Hasil pengujian menunjukkan penambahan serat rami berpengaruh positif pada proses pengecatan dengan hasil akhir permukaan material baja yang lebih tebal dengan dibandingkan pengecatan tanpa penambahan serat rami sehingga dapat menghemat biaya pembelian material coating sebesar 25%. Selain itu, daya rekat lapisan cat yang dicampur dengan serat rami layak untuk dipakai karena cat yang terkelupas pada pengujian cross cut dan X cut tidak lebih dari 5% dan pada pull off test memenuhi persyaratan minimum. Hasil uji ketahanan korosi juga menunjukkan tidak ada tanda-tanda permukaan material yang terkorosi yang mana menunjukkan efektifitas dari lapisan cat yang dicampur dengan serat rami dalam melindungi material baja.

Aircraft Refuelling Depot (DPPU) is an installation or facility owned by PT Pertamina Patra Niaga which carries out aviation (avtur and avgas) fuel receiving (from tankers, pipelines, trucks), storage operation, and distribution to consumers (airlines, air force/police, flying schools). In carrying out routine equipment inspections at the DPPU at PT Pertamina Patra Niaga, Central Java Region, it was found that 60% of equipment damage or malfunction was caused by corrosion of steel materials. If there are no special treatment to corroded material for a long time, it will reduce the properties and performance of the steel materials, so that it will lead damage and leakage of pipes and storage tanks which lead to huge losses in terms of human, environmental, and financial aspects and the company's reputation. In order to reduce the corrosion rate, it was found that 60% of the maintenance budget was used for anti-corrosion coatings where the largest cost came from the cost of purchasing coating materials. This research focuses on how to overcome the high cost of coating by using organic material from ramie fiber (Boehmeria nivea) as a mixture of anti-corrosion coating. Several examination conducted to the results of coating process with a mixture of ramie fiber were thickness measurement, adhesion test, pull off test, and corrosion resistance test. The examination results show the addition of ramie fiber give positive effect on the coating process where the surface finish of the steel material is thicker than coating without the addition of ramie fiber so it can save the cost of purchasing coating material by 25%. In addition, the adhesion of the coating layer mixed with ramie fiber is suitable for use because the coat peeling in the cross cut and X cut tests is not more than 5% and the pull off test meets the minimum requirements. The results of the corrosion resistance test also showed no signs of the surface of the material being corroded which indicates the effectiveness of the coating layer mixed with ramie fiber in protecting the steel material."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Essy Arijoeni Basoenondo
"ABSTRAK
Panelitian kali ini dititik beraikan pada penambahan serat alum serabut kelapa pada beton daur ulang yang bertujuan untuk mengetahui sifat dari beton segos maupun beton keras.. Dengan penambahan serabut kelapa mulai dari 0.25kg/m3, 0.5 kg/m3, 0.75kg/m3 dan 1 kg/m3, digunakan mutu beton 25 MPa didapat komposisi campuran semen : pasir : kerikil = 1 : 1.7 : 2.6 dengan faktor air semen 0.6.
Hasil penelitian kekuatan tekan beton yang dapat dicapai pada umur 28 baru sebesar 28.78 MPa. Sedangkan dengan menambahkan serabut kelapa sampai dosis 0.75 kg/m3, kekuatan tekan yang dihasilkan pada umur 28 hari sebesar 32.224 MPa meningkat sebesar 12%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ricko Setiawan
"Green composite merupakan salah satu jenis komposit dengan unsur penyusunnya merupakan bahan alam. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan keragaman sumber daya alam yang menghasilkan berbagai jenis serat alam salah satunya serat daun nanas dari perkebunan Subang Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh model konduktivitas termal komposit sandwich dengan core poliuretan/nanoselulosa berbasis serat daun nanas Subang Jawa Barat dan skin epoksi berpenguat variasi serat alam. Pemodelan konduktivitas termal komposit sandwich dibuat menggunakan komputasi Microsoft Excel sederhana. Pemodelan dilakukan berdasarkan persamaan Rule of Mixture dari core dan skin berpenguat variasi serat alam berupa pineapple leaves (PALF), serat tandan kosong kelapa sawit (STKKS), coconut husk (CH), papyrus (PPR), dan corn cob (CC) dengan susunan seri skin-core-skin. Berdasarkan kajian literatur konduktivitas termal penguat dipilih menurut komposisi berat atau volume yang menghasilkan sifat mekanik terbaik yakni 1 wt% core filler dan 40 wt% skin fiber. Hasil terbaik konduktivitas termal komposit sandwich sebesar 17,53 x 10-2 pada model komposit sandwich dengan skin epoksi berpenguat serat papyrus (PPR) dan core poliuretan berpenguat nanoselulosa (CNF) berbasis serat daun nanas Subang, Jawa Barat. Konduktivitas termal komposit sandwich meningkat 84,89 % dari poliuretan murni dan menurun 11,86 % dari epoksi murni.

Green composite is one type of composites in which one of the elements is natural resource. Indonesia is a tropical country that rich in diversity of natural resources which produces various types of natural fibres, one of which is pineapple leaf fibre from Subang, West Java. This study aimed to obtain the thermal conductivity of sandwich composites model with polyurethane/nanocellulose based on Subang pineapple leaf fiber in West Java as core and epoxy reinforced with natural fiber variations as skins. The thermal conductivity of sandwich composite model was calculated using a simple computation of Microsoft Excel. Modelling was done by reviewing the equation of the Rule of Mixture of core and skins with the variety of natural fibers in the form of pineapple leaves (PALF), oil palm empty fruit bunches (OPEFB), coconut husk (CH), papyrus (PPR), and corn cob (CC) with a series layer of skin-core-skin. Based on the literature study, the thermal conductivity of the reinforcement was chosen according to the composition of the weight or volume that produces the best mechanical properties i.e 1 wt% core filler and 40 wt% skin fiber. The best result of the thermal conductivity of sandwich composites was 17.53 x 10-2 W/mK on the composite sandwich model with epoxy reinforced 40 wt% papyrus (PPR) as skin and polyurethane reinforced Subang pineapple leaf nanocellulose as core. The thermal conductivity of sandwich composites increased by 84.89% compared to pristine polyurethane and decreased by 11.86% compared to pristine epoxy."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aqil Arrosid
"Penggunaan material berbasis ramah lingkungan semakin mengalami perkembangan pada dekade ini, salah satunya adalah penggunaan serat alam. Hal ini dikarenakan sifat serat alam yang mudah terurai di alam dalam waktu singkat, sifat kekuatan mekanisnya, dan ketersediaannya yang melimpah dialam. Salah satu sumber yang potensial untuk diolah adalah serat tandan kosong kelapa sawit (TKKS) untuk dijadikan penguat pada komposit. Untuk mengimbangi sifat penguat sintetis, serat TKKS harus dihilangkan komponen amorphousnya seperti lignin dan hemiselulosa sehingga serat memiliki kristalinitas yang tinggi dan kompatibilitas yang baik dengan matriks. Perlakuan secara kimia diperlukan untuk menghasilkan serat selulosa berukuran mikro atau microfibrilated cellulose dengan kristalinitas tinggi dan kompatibilitas yang baik. Perlakuan kimia ini meliputi tiga tahapan perlakuan kimia berbeda yaitu dengan kombinasi penggunaan NaOH, H2O2, dan CH3COOH. Hasil serat yang paling baik adalah melalui perlakuan perendaman asam peroksida (H2O2) dengan konsentrasi 20% dan dilanjutkan dengan perendaman menggunakan asam parasetat (C2H4O3) yang sebelumnnya melewati proses alkalinasi, yaitu menunjukan defibrilasi serat menjadi ukuran dimater sebesar 9 μm, dan menunjukan adanya pengurangan kandungan lignin dan hemiselulosa paling besar diantara tahapan perlakuan lain ditunjukan dengan indeks kristalinitas sebesar 88,7 %, serta mengalami peningkatan hidrofobisitas dibanding tahapan perlakuan lain yaitu dengan sudut kontak sebesar 37,472º.

The use of environmentally friendly materials has increasingly experienced developments in this decade, one of which is the use of natural fibers. This is due to the nature of natural fibers that are easily decomposed in nature in a short time, their mechanical strength, and also abundance in nature. One of the potential sources for processing is oil palm empty fruit bunches (OPEFB) to be used as reinforcement agent in composites. To compensate for the synthetic reinforcing properties, OPEFB fibers must have their amorphous components removed such as lignin and hemicellulose so that they have high crystallinity and good compatibility with the matrix. Chemical treatment is required to produce microfibrilated cellulose fibers with high crystallinity and good compatibility. This chemical treatment includes three different chemical treatment stages, namely the combination of using NaOH, H2O2, and CH3COOH. The best fiber yield is through the treatment of peroxide acid (H2O2) immersion with a concentration of 20% and followed by soaking using paracetic acid (C2H4O3) which previously passed through the alkalination process, which shows defibrillation of the fiber to a dimater size of 9 μm, and shows a largest reduction in content of lignin and hemicellulose among other treatment stages were indicated by a crystallinity index of 88.7%, and increased hydrophobicity compared to other treatment stages, indicated with a contact angle of 37,472º."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>