Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bhayangkara Tegar Pradana
"Propolis merupakan suatu kekayaan alam yang dihasilkan dari lebah selain madu. Salah satu kandungan propolis yang memiliki manfaat besar dari bioaktivitasnya adalah Artepillin C. Artepillin C merupakan suatu derivat asam sinamat terprenilasi pada posisi meta dari gugus karboksil dalam cincin aromatis. Sintesis asam sinamat dengan dilanjutkan dengan reaksi prenilasi adalah suatu cara untuk melakukan pendekatan menuju sintesis Artepillin C. Asam sinamat yang digunakan adalah hasil sintesis dari benzaldehida dan anhidrida asetat dengan bantuan katalis kalium asetat. Karakterisasi dengan UV-Vis menunjukkan λmax sebesar 279 nm. Hasil FT-IR spesifik asam sinamat pada 3070nm sebagai penunjuk OH karboksilat dan 1681 nm sebagai gugus karbonil. Asam sinamat hasil sintesis diprenilasi dengan dua katalis heterogen, yaitu γ-Al2O3/NaOH/Na dan K2CO3. Keduanya memiliki hasil yang serupa baik dari hasil karakterisasi spektrofotometer FT-IR dengan kemunculan peak pada daerah 1400 nm, spektrofotometer UV-Vis dengan adanya pergeseran batokromik, maupun LC-MS dengan keberadaan peak yang mirip. Pada asam sinamat yang telah mengalami prenilasi ini dilakukan uji aktivitas antioksidan dan dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 517 nm. Adanya persentase kenaikan aktivitas antioksidan sebesar 27,28% membuktikan bahwa asam sinamat terprenilasi memiliki aktivitas lebih baik dibandingkan asam sinamat hasil sintesis.

Propolis is a natural resource produced by bees other than honey. One component in propolisthat has the benefit for its bioactivity is Artepillin C. Artepillin C is a prenylated cinnamic acid derivatives at the meta position of the carboxyl group in the aromatic ring. Synthesis of cinnamic acid followed by the reaction with dimethyl allyl bromide is a way to synthesize Artepillin C. Cinnamic acid was synthesized from benzaldehyde and acetic anhydride in the presence of potassium acetate as the catalyst. The characterization by spectrophotometer UV-Vis showed the λmax at 279 nm. The spectrophotometer FT-IR results of cinnamic acid showed the specific absorbancypeak at 3070 nm of OH carboxylate and at 1681 nm of carbonyl groups. Prenylation of cinnamic acid was conducted using two heterogeneous catalysts, namely γ-Al2O3/NaOH/Na and K2CO3. Both catalysts showed similar results based onspectrophotometer FT-IR with peak emergence in the 1400 nm region, spectrophotometer UV-Vis with a bathochromic shift, so doLC-MS in the presence of a similar peak. Antioxidant activity test is done onprenylated cinnamic acid using spectrophotometer UV-Vis at 517 nm. The increased antioxidant activity of27.28% proved that the prenylated cinnamic acid had better antioxidant activity than the original cinnamic acid."
Universitas Indonesia, 2014
S53151
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudha Fariska
"Spons Callyspongia aerizusa dapat ditemukan di dua zona Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNLKS) dengan kondisi ekologis yang berbeda, yaitu zona pemukiman (Pulau Karya dan Pramuka) dan zona inti (Pulau Penjaliran Timur). Kondisi ekologis di zona inti relatif lebih baik jika dibandingkan dengan zona pemukiman. Zona inti merupakan zona dengan akses terbatas guna perlindungan biota laut, diasumsikan tingkat kerusakan ekosistem yang terjadi dan asupan pencemarannya rendah. Untuk mengetahui adanya perbedaan aktivitas senyawaan bioaktif tersebut, dilakukan uji toksisitas dengan metode Brine Shrimp (Artemia salina) Lethality Test (BSLT) menggunakan crude extract dan ekstrak hasil fraksinasi spons C. aerizusa dari kedua zona tersebut. Fraksinasi crude extract spons tersebut dilakukan dengan teknik kromatografi cair-cair. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawaan crude extract C. aerizusa yang paling aktif berasal dari Pulau Penjaliran Timur (nilai LC50 sebesar 723,972 ppm) dan ekstrak hasil fraksinasinya yang paling aktif ialah ekstrak fraksi etil asetat (nilai LC50 sebesar 529,032 ppm)."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S31487
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erline Yuniarti
"Biji kopi robusta (Coffea canephora) dapat diolah menjadi biji kopi hijau yang memiliki asam klorogenat lebih tinggi dibandingkan dengan kopi sangrai. Penggunaan pelarut ramah lingkungan untuk ekstraksi target metabolit sekunder dari tanaman terus ditingkatkan, diantarnya adalah Natural Deep Eutectic Solvent (NADES). Tujuan penelitian adalah mendapatkan kondisi optimum NADES kolin klorida-sorbitol yang dapat digunakan untuk mengekstraksi kafein dan asam klorogenat dari serbuk biji kopi hijau dibandingkan dengan metode maserasi serta melakukan uji aktivitas ekstrak NADES tersebut terhadap inhibitor aktivitas lipase. Serbuk biji kopi diekstraksi menggunakan NADES dan ultrasound-assisted extraction (UAE) dengan variasi kondisi yaitu perbandingan mol kolin klorida terhadap sorbitol (2:1, 4:1, 6:1), waktu ekstraksi (10, 35 dan 60 menit) dan perbandingan pelarut terhadap simplisia (10:1, 20:1 dan 30:1 mL/g).
Disain variasi perlakuan menggunakan respon permukaan (RSM) Box Behnken Design. Analisa kafein dan asam klorogenat menggunakan KCKT fase gerak gradien 0,1% asam asetat sebagai pelarut A dan asetonitril sebagai pelarut B selama 35 menit, deteksi kafein dan asam klorogenat berturut-turut menggunakan panjang gelombang 272 nm dan 326 nm. Kondisi terbaik ditunjukkan pada perbandingan mol kolin klorida- sorbitol 4:1, waktu ekstraksi 60 menit dan perbandingan pelarut NADES dengan simplisia 1:30 g/mL sehingga dapat mengekstraksi senyawa bioaktif serbuk kopi hijau dengan kadar 5,87 mg/g untuk kafein dan 12,24 mg/g untuk asam klorogenat.
Hasil ini bila dibandingkan dengan metode maserasi relatif sama 93,72% untuk kafein dan lebih tinggi 297% untuk asam klorogenat. Kondisi optimum berdasarkan analis RSM untuk perbandingan mol kolin klorida-sorbitol adalah 4,17:1, waktu ekstraksi selama 59,94 menit dan perbandingan pelarut NADES dengan simplisia sebanyak 29,96:1 mL/g dan ekstrak cair NADES tersebut memiliki IC50 terhadap lipase sebesar 32,46 μg/mL.

Robusta coffee beans (Coffea canephora) could be processed into green coffee beans (GCB) that have higher chlorogenic acid (CGA) than roasted coffee. The developing of environmentally friendly solvents for the extraction of secondary metabolites from the plants were increasing, such as the Natural Deep Eutectic Solvent (NADES). This study aimed to obtain the optimum conditions of NADES choline chloride-sorbitol which could be used to extract caffeine and CGA from the powder of GCB compared to the maceration method and testing the NADES extract for the activity as inhibitor lipase. GCB powder was extracted with NADES by UAE method with variation conditions: ratio mol of choline chloride:sorbitol (2: 1, 4: 1, 6: 1), extraction time (10, 35 and 60 minutes) and ratio of sample solvents (10: 1, 20: 1 and 30: 1 mL / g).
Design variation treatment was obtained by the Box Behnken Design of Response Surface Methodology (RSM). Analysis of caffeine and CGA by HPLC with gradient system for 35 minutes and the mobile phase were 0.1% acetic acid as solvent A and acetonitrile as solvent B, detection of caffeine and CGA respectively using wavelengths 272 nm and 326 nm. The best conditions were shown in the composition of NADES with 4 mol choline chloride, 60 minutes extraction time and 1:30 g/mL ratio of sample solvent and the yield of that condition were 5.87 mg / g for caffeine and 12.24 mg / g for CGA.
The result was relatively the same 97% for caffeine and higher 297% for CGA compared with maceration methode. Based on RSM analysis, the optimum conditions for obtaining highest levels of caffeine and CGA were 4.17 moles of choline chloride, extraction time for 59.54 minutes and 29.96 mL/g for the ratio of sample solvent and IC50 for these extract were 32.46 μg /mL."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T52606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadilah
"Influenza A (H1N1) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Influenza type A subtipe H1N1. Influenza ini telah menjadi masalah kesehatan utama di negara tropis dan subtropis. Virus ini selalu mengalami mutasi dan menjadi resisten terhadap obat-obat yang digunakan. Pada penelitian ini dilakukan penapisan senyawa bioaktif dari famili jahe-jahean (Zingiberaceae) yang dapat berperan sebagai inhibitor neuraminidase virus Influenza melalui pendekatan docking.
Hasil evaluasi mengindikasikan bahwa senyawa 1,2-di-O- β-D-glucopyranosyl-4-allylbenzene (BGA) memiliki afinitas dan kemampuan untuk menghambat neuraminidase. Untuk mengetahui interaksi dan kontak residu digunakan senyawa standard zanamivir dan isoliquertigenin. Kontak residu senyawa BGA terhadap neuraminidase terdapat 14 kontak residu dan 8 kontak residu dengan sisi katalitik enzim. Hasil docking menunjukkan bahwa BGA memiliki energi binding dan affinitas yang lebih baik dibandingkan dengan senyawa bioaktif lainnya dan juga dengan standard.

Influenza A (H1N1) is a disease caused by infection of Influenza A virus subtype H1N1. It has become a major health problem in tropical and subtropical countries. This virus constantly mutates and consequently drug-resistant strains emerge. In this research, we have conducted docking study to screen bioactive compounds from Zingiberaceae family, which has a role as neuraminidase inhibitor of Influenza A virus.
The docking result identified that 1,2-di-O- β-D-glucopyranosyl-4-allylbenzene (BGA) compound has affinity and ability to inhibit neuraminidase. To understand the interaction and contact residues of complex, we used Zanamivir (ZNM) and Isoliquertigenin (ILG) as standards. There are indications of fourteen contact residues of BGA compound to neuraminidase and eight contact residues of enzyme that formed hydrogen bonds with catalytic site. The docking result showed that BGA has better binding energy and affinity than other bioactive compounds and the standards used.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29024
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Feby Zilvania
"Mikrosfer polimer biodegradable secara luas diselidiki dalam sistem pengiriman untuk senyawa bioaktif. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan mikrosfer dari polipaduan poli asam laktat dan polikaprolakton menggunakan metode penguapan pelarut emulsi air dalam minyak w/o dengan Nonidet SF-5 sebagai surfaktan. Pengaruh dari surfaktan nonidet SF-5 terhadap ukuran mikrosfer dan distribusinya dipelajari dengan memvariasikan volume surfaktan 1 mL; 1,5 mL; dan 2 mL. Variasi tambahan seperti kecepatan pengadukan emulsi 700 rpm, 800 rpm, dan 900 rpm dan waktu pengadukan dispersi 0,5 jam; 1 jam; 1,5 jam; dan 2 jam juga dilakukan. Karakterisasi mikrosfer dilakukan menggunakan Particle Size Analyzer PSA dan FTIR. Bentuk dan permukaan mikrosfer diamati dengan menggunakan mikroskop optik.
Hasil menunjukkan bahwa penambahan volume surfaktan menurunkan ukuran mikrosfer dari 34,58 m ke 28.70 m dengan ukuran mikrosfer yang paling seragam diperoleh pada 1 mL Nonidet SF-5. Sedangkan mikrosfer yang dihasilkan melalui variasi kecepatan pengadukan emulsi menunjukkan ukuran yang sama, yaitu sebesar 31,50 m, serta ukuran mikrosfer yang paling seragam diperoleh pada kecepatan 800 rpm. Kemudian peningkatan waktu pengadukan dispersi juga menurunkan ukuran mikrosfer dari 31.50 m ke 19.76 m, akan tetapi tidak mempengaruhi distribusi ukuran mikrosfer.

Microspheres of biodegradable polymers have been widely investigated in delivery system for bioactive compounds. In this study, microspheres were prepared from polyblend of poly lactic acid and polycaprolactone using water in oil w o emulsion solvent evaporation method with Nonidet SF 5 as surfactant. The effect of Nonidet SF 5 on the size of microspheres and its distribution was studied by varying the volume of surfactant 1, 1.5, and 2 mL. Additional variations such as emulsion stirring speed 700, 800, and 900 rpm and dispersion stirring time 0.5, 1, 1.5, and 2 h were also conducted. Microspheres were characterized using Particle Size Analyzer PSA and FTIR. The physical form and appearance of microspheres were observed by optical microscope.
The results showed that the addition of surfactant volume decreased the microspheres size from 34.58 m to 28.70 m with the most uniform microspheres size was obtained at 1 mL of Nonidet SF 5. While the microspheres that produced through variations of emulsion stirring speed showed the same size, that was 31.50 m and the most uniform microspheres size was obtained at 800 rpm. Moreover, the increasing of dispersion stirring time also decreased the microspheres size from 31.50 m to 19.76 m, but it did not affect the microspheres size distribution.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Kurniawan
"Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) sebagai pelarut dalam ekstraksi senyawa bioaktif dapat menggantikan pelarut organik konvensional yang bersifat toksik bagi lingkungan dan kesehatan. NADES memiliki volatilitas yang dapat diabaikan pada suhu ruang, solubilitas tinggi, toksisitas rendah dan bersifat biodegradable. Pada penelitian ini, kemampuan NADES dalam mengekstraksi -mangostin dari kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dievaluasi. NADES dibuat dari campuran antara betain dengan donor ikatan hidrogen dari berbagai jenis alkohol dalam berbagai variasi rasio molar. Pada NADES dilakukan analisa struktur kimia, uji polaritas, uji viskositas, dan uji perilaku termal, untuk mengetahui karakteristik fisis dan kimianya. Ekstraksi dilakukan dengan metode pengadukan pada suhu ruang. Kuantitas hasil ekstraksi dianalisa dengan high performance liquid chromatography. Hasil ekstraksi α-mangostin menggunakan NADES berbasis betain dengan 1,4-butanediol (rasio molar 1:3) serta 1,2-propanediol (rasio molar 1:3) mencapai 3,07% massa dan 3,02% massa, lebih tinggi dibandingkan hasil ekstraksi α-mangostin dengan pelarut etanol yakni 2,99% massa. Penelitian ini memperlihatkan potensi yang bagus dari NADES sebagai pelarut alternatif untuk mengekstraksi berbagai senyawa bioaktif dari alam.
Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) as an extraction solvent of bioactive compounds can replace the conventional organic solvents which are toxic for environment and human health. NADES has a negligible volatility at room temperature, high solubility, and low toxicity. In this research, the ability of NADES to extract α-mangosteen from the mangosteen (Garcinia mangostana L.) pericarp is evaluated. NADES is made from a mixture of betaine with hydrogen bond donors of some types of alcohols, and in some varieties of molar ratios. There are chemical structure analysis, polarity test, viscosity test, and thermal behavior test, to determine the physical and chemical characteristics of NADES. The extraction method used is shaking method at room temperature. The quantities of extraction yield were tested by using high performance liquid chromatography. The extraction yield of α-mangosteen using betain based NADES with 1,4-butanediol (1:3 molar ratio) and 1,2-propanediol (1:3 molar ratio) give 3,07% mass and 3,02% mass, higher than the extraction yield of α-mangosteen using ethanol, 2,99% mass. This research shows a good potential of NADES as an alternative solvent for extraction of bioactive compounds from nature."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59291
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library