Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hendry Kosasih
"Lateks Hevea merupakan media yang balk untuk pertumbuhan
mikroorganisme sehlngga blla penanganan lateks in! kurang balk dapat
menimbulkan masalah, antara lain adalah masalah bau. Mikroorganisme
yang tumbuh pada lateks dapat menguraikan senyawa protein menjadi
senyawa-senyawa lain yang berat molekulnya lebih kecil yang menimbulkan
bau, seperti thiol, amonia, H2S dan Iain-Iain.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perubahan-perubahan
komponen kimia film lateks kebun yang terkait dengan masalah bau busuk
oleh aktivitas bakteri asal lateks. Isolat bakteri yang berasal dari limbah pabrik
lateks diinokulasikan dan diamati perubahan beberapa komponen kimia
lateks seperti protein, thiol, dan karbohidrat, serta perubahan pita-pita protein
PERPU5TAKA|AN
dari gel elektrbforesis SDS-PAGE. I FiyiiPA-U I |
Hasil pengamatan secara sensoris menunjukkan bahwa dari 20 isolat
bakteri yang diuji untuk deodorisasi lateks dapat dipilih 4 isolat yang
berpotensi yaitu, Bacillus sp. Bacillus licheniformis, isolat C7 dan isolat C8.
Keempat isolat bakteri tersebut memiliki kemampuan untuk menguraikan
protein lebih besar dibandingkan dengan kontrol, yang ditunjukkan juga
dengan adanya sejumlah pita protein yang hilang atau berkurang
intensitasnya. Isolat yang diujikan juga dapat meningkatkan kadar thiol dari sampel film lateks. Kadar karbohidrat pada periakuan juga mengaiami
kenaikan dan nilainya sedikit leblh rendah daripada kontrol."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Asyura Rizkyani
"Fruktosiltransferase (FTFase) atau fruktansukrase merupakan enzim ekstraseluler yang digunakan oleh bakteri asam laktat (BAL) untuk mensintesis produk eksopolisakarida (EPS) fruktan dari substrat sukrosa. Manfaat dari produk ini tidak hanya diaplikasikan dalam industri makanan, tetapi juga dalam industri farmasi, kesehatan dan kosmetik. Dalam studi sebelumnya, FTF rekombinan dari Escherichia coli telah dikonstruksi. Kemudian Escherichia coli rekombinan yang telah membawa gen ftf dipelajari ekspresinya untuk memperoleh protein fruktansukrase rekombinan dan mengetahui aktivitas fruktansukrase rekombinan dengan menggunakan teknik SDS-PAGE serta esei aktivitas enzim secara in situ pada studi ini. Escherichia coli rekombinan ditumbuhkan dan diinduksi dengan IPTG untuk menghasilkan protein FTF. Setelah sel dipecah, filtrat pelet sel dipekatkan dengan konsentrator untuk selanjutnya dimurnikan dengan kromatografi kolom affinitas Ni2+. Langkah ini dilakukan untuk mengisolasi FTF rekombinan yang bergabung dengan tag Histidin agar berikatan secara efisien terhadap Ni2+. Dengan demikian, hanya FTF rekombinan dalam fraksi terakhir akan dielusikan oleh buffer imidazol, dan fraksi ini digunakan untuk melakukan analisis lebih lanjut, yaitu SDS PAGE. Dengan menggunakan SDS PAGE, berat molekul protein diperkirakan 130 kDa, sedangkan untuk aktivitasnya, dilakukan protokol in situ dengan menggunakan PAS staining. Aktivitas FTF dapat diamati pada gel yang di-staining PAS setelah gel diinkubasi dengan rafinosa sebagai substrat, tetapi tidak dapat diamati pada substrat sukrosa."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S33110
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Iqbal
"Protein apoptin dari virus anemia ayam telah diteliti memiliki potensi yang baik sebagai pendeteksi dini sel kanker. Keberhasilan produksi apoptin yang tidak lagi berupa badan inklusi telah memberikan harapan lebih besar untuk melakukan optimasi produksi protein apoptin rekombinan ini. Sel rekombinan apoptin yang berhasil diproduksi dalam skala besar dengan menggunakan inang Bacillus subtilis 168 pOXGW-apop-2His8Arg, pOGW-apop-12His dalam berbagai variasi kondisi kultivasi (konsentrasi substrat penginduksi, laju aerasi, dan laju agitasi) kemudian dipurifikasi menggunakan metode IMAC dalam kolom afinitas (HisTrap FF 5 mL) yang berisi ion logam transisi Ni2+ dengan menggunakan instrumen AKTA Prime Plus. Secara rata-rata, hasil purifikasi menunjukkan bahwa elusi apoptin rekombinan terjadi ketika nilai konduktivitas berada pada angka 15,85 mS/cm, dengan konsentrasi imidazole berada pada kisaran nilai 76% - 88% (384,8-442,4 mM), yang terlihat dari grafik gradien elusi. Pengukuran konsentrasi protein apoptin dengan menggunakan metode Bradford menujukkan bahwa konsentrasi terbesar diperoleh pada sampel dengan sistem agitasi 250 rpm dan laju aerasi 0,5 Nl/menit, dengan besar konsentrasi 0,0507 mg/ml. Hasil purifikasi berhasil dideteksi menggunakan SDS-PAGE 12% dengan hasil pita protein terlihat di area 15 kDa dan 58,5 kDa untuk semua sampel.

Apoptin has been known to be having a great potency for cancer detection. The success of apoptin production which is not in inclusion body form anymore has given a bigger hope to optimize its production. Recombinant apoptin cells which was succesful to be cultivated in large scale using Bacillus subtilis 168 pOXGW-apop-12His8Arg, pOGW-apop-12His vector in various cultivation condition (aeration rate, agitation rate) then purified using IMAC method in Ni2+-loaded affinity column (HisTrap FF 5ml) and proceeded in AKTA Prime Plus instrument. Averagely, purifcation result showed that the elution of apoptin recombinant protein happened when the conductivity value at 15,85 mS/cm, with imidazole concentration lied around 76%-88% (384,8-442,4 mM), which could be seen from elusion gradient curve. The measurement of apoptin protein concentration using Bradford method showed that the biggest concentration was obtained from the sample with agitation rate 250 rpm and aeration rate 0,5 Nl/min, and the value is 0,0507 mg/ml. Purification yield was succesfully detected using SDS-PAGE 12%, with protein band was seen on 15 kDa and 58,5 kDa area for all samples."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52997
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeanita Haldy
"Bakteriosin merupakan suatu senyawa protein yang memiliki efek bakterisida terhadap mikroorganisme lain. Bakteri Weissella confusa MBF8-1 yang telah berhasil diisolasi dari produk ampas kacang kedelai terfermentasi, diketahui memiliki aktivitas Bacteriosin Like Inhibitory Substance (BLIS) terhadap bakteri Leuconostoc mesenteroides. Berdasarkan data pada GenBank, terdapat tiga jenis bakteriosin dari W.confusa MBF8-1, yaitu bakteriosin 1, 2, dan 3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekspresi dan karakterisasi salah satu bakteriosin yang dimiliki, yaitu bac2 dengan menggunakan SDS-PAGE. Dalam penelitian sebelumnya, peptida bakteriosin rekombinan Bac2 telah diklon ke Bacillus subtilis DB403. Keberadaan peptida rekombinan Bac2 telah diverifikasi dengan PCR menggunakan primer spesifik. Purifikasi dilakukan dengan menggunakan kolom afinitas HisTrap FF dan diliofilisasi dengan metode freeze-dry. SDS-PAGE digunakan untuk karakterisasi bobot molekul. Uji KHM terhadap bakteri uji Leuconostoc mesenteroides TISTR dilakukan sebagai uji aktivitas antimikroba serta konfirmasi karakterisasi. Hasil SDS-PAGE menunjukkan bahwa peptida Bac2 tidak berhasil dikarakterisasi, fraksi elusi Bac2 menunjukkan pita ukuran ± 84 kDa sedangkan kalkukasi sekuens asam amino diduga ukuran peptida Bac2 adalah 3,96 kDa. Hal ini terjadi karena terbentuknya agregat yang disebabkan oleh sifat bakteriosin. Uji KHM menunjukkan bahwa fraksi elusi Bac2 tidak memiliki aktivitas antimikroba yang potensial ketika diaplikasikan dalam bentuk bakteriosin tunggal.

Bacteriocin is a protein that has a bactericidal effect against other microorganisms. Weissella confusa MBF8-1 was isolated from waste of fermented soya and showed Bacteriosin Like Inhibitory Substance (BLIS) activity against bacteria Leuconostoc mesenteroides. Based on data on the GenBank, there are three types of bacteriocin produced by W.confusa MBF8-1, Bacteriocin 1,2,3. The objective of this study is to observe the expression and characterization one of bacteriocin, that is bac2 by using SDS-PAGE. In previous study, recombinant bacteriocin peptide Bac2 was cloned into Bacillus subtilis DB403. The existence of recombinant peptide Bac2 has been successfully proved by PCR with spesific primer. Purification method have been done using HisTrap FF affinity coloumn and was liofilized using freeze-dry method. SDS-PAGE has been done to characterize its molecular mass and showed that Bac2 peptide cannot be successfully characterized. Bac2 elution fraction showed band at size ± 84 kDa while by calculation amino acid sequence the molecular mass should be 3,96 kDa. Its happened due to aggregation caused by characteristic of bacteriocin. Minimum Inhibitory concentrations (MIC) test against Leuconostoc mesenteroides TISTR have been done as an antimicrobial activity assay and confirmation of characterization, the result didn?t show potential activity at elution fraction when application as a single bacteriocin.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S65142
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanli Aldilavita
"ABSTRAK
Patogenesis ECC dipengaruhi oleh salah satu faktor virulensi Streptococcus mutans yang berasal dari protein S.mutans. Tujuan : Menganalisis perbedaan profil protein S.mutans diisolasi dari permukaan lidah pasien ECC dan bebas karies. Metode : Profil protein S.mutans diisolasi dari permukaan lidah diperoleh melalui metode SDS PAGE dan dibaca melalui pita protein yang terlihat pada gel poliakrilamida. Hasil : Pita protein terlihat pada gel poliakrilamida. Terlihat perbedaan frekuensi ekspresi protein S.mutans pada 13 kDa, 29 kDa, 39 kDa, 41,3 kDa, 74 kDa dan 94,5 kDa pasien ECC dan bebas karies. Kesimpulan : Terdapat perbedaan profil protein S.mutans yang diisolasi dari permukaan lidah pasien ECC dan bebas karies.

ABSTRACT
Pathogenesis of ECC is influenced by one of virulence factors from protein S.mutans. Objective To analyze the difference of S.mutans protein profiling which is isolated from tongue surface in ECC dan free caries subjects. Method Protein Profiling of S.mutans isolated from tongue surface was obtained from SDS PAGE method. It was read by protein band which expressed on polyacrylamide gel. Result Protein band was present on polyacrylamide gel. This study found the different frequencies in protein expression of S.mutans 13 kDa, 29 kDa, 39 kDa, 41,3 kDa, 74 kDa dan 94,5 kDa in ECC and free caries subjects. Conclusion There is difference of S.mutans protein profiling isolated from tongue surface in ECC and free caries subjects."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Rahmasari
"ABSTRAK
Patogenesis ECC disebabkan sifat virulensi dari protein-protein yang menyusun sel Streptococcus mutans. Tujuan: Mengetahui perbedaan profil protein S. mutans isolat saliva pasien ECC. Metode: Profil protein S. mutans berupa pita protein yang terlihat pada gel poliakrilamida diperoleh melalui metode SDS PAGE. Hasil: Profil protein S. mutans diperoleh secara kualitatif melalui interpretasi pita-pita protein yang merepresentasikan berat molekul 13 kDa, 29 kDa, 39 kDa, 41,3 kDa, 74 kDa, dan 94,5 kDa dengan perbedaan frekuensi ekspresi protein pada pasien ECC dan bebas karies. Kesimpulan: Pada pasien ECC dan bebas karies ditemukan adanya perbedaan profil protein dari S. mutans isolat saliva.

ABSTRACT
Background The pathogenesis of ECC is caused by virulence properties from proteins which construct the cell of Streptococcus mutans. Objective To find out the difference of protein profiling from salivary S. mutans in ECC and free caries. Methods Protein profiling of salivary S. mutans appeared on polyacrilamid gel as protein bands obtained through SDS PAGE. Result The profile obtained through interpretation of protein bands represent molecular mass 13 kDa, 29 kDa, 39 kDa, 41,3 kDa, 74 kDa, and 94,5 kDa which had different frequencies in protein expression from ECC and free caries subjects. Conclusion There is difference in protein profiling of salivary S. mutans both in ECC and free caries subjects. "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa
"Latar Belakang: Rongga hidung merupakan entry point untuk udara masuk dan merupakan proses utama dalam sistem respirasi. Namun, terkadang seseorang akan menggunakan mulut untuk bernapas. Prevalensi bernapas mulut pada anak-anak dilaporkan 50-55%. Pada rongga mulut, kondisi bernapas mulut yang terjadi pada anak-anak dapat menyebabkan peningkatan resiko penyakit gigi dan mulut . Perubahan kondisi pada rongga mulut dapat diukur menggunakan indeks kesehatan rongga mulut yang salah satunya adalah indeks OHI-S (Simplified Oral Hygiene Index). Sejauh ini belum dilaporkan adanya penelitian yang membahas korelasi indeks OHI-S terhadap karakteristik protein pada anak yang bernapas melalui mulut.
Tujuan: Menganalisa korelasi antara indeks OHI-S dengan konsentrasi protein serta menganalisa profil protein pada anak yang bernapas melalui mulut.
Metode: Sampel dari anak yang bernapas melalui mulut dan anak bernapas normal dikumpulkan kemudian dikelompokan berdasarkan indeks OHI-S.Sampel dari tongue biofilm, dental biofilm , saliva dan mukosa bukal di uji menggunakan Bradford assay untuk melihat total protein, setelah itu sampel saliva diuji menggunakan SDS PAGE untuk melihat profil protein. Kemudian hasil dianalisa dengan SPSS.
Hasil: Pada kelompok anak yang bernapas melalui mulut, korelasi antara total protein pada masing-masing sumber sampel dan indeks OHI-S didapatkan sebagai berikut: korelasi negatif pada tongue biofilm (r=-0.051), korelasi negatif pada dental biofilm (r=-0,127), korelasi positif pada saliva (r=0.051) dan korelasi positif pada mukosa bukal (r=0.314). Pada deteksi profil protein, frekuensi 3 protein saliva yaitu Amilase (54 kDa), IgA(70 kDa) dan Statherin (8 kDa), Ig-A   terhitung lebih banyak pada kelompok anak bernapas normal yang memiliki indeks OHI-S sedang sedangkan Statherin terhitung lebih banyak pada kelompok anak bernapas normal dengan indeks OHI-S baik.
Kesimpulan: Karakteristik protein dapat menjadi salah satu indikator biologis  perubahan indeks OHI-S pada anak yang bernapas melalui mulut.

Background: Nasal cavity is the entry point in respiration process. However, some individuals use their mouth to breathe. Prevalence of mouth breathing in children is reported between 50-55%.In oral cavity, mouth breathing in children cause increased risk of dental problems. The change of condition within oral cavity can be measured with oral hygiene index such as OHI-S Index (Simplified Oral Hygiene Index). Thus far, there’s no further studies yet that discuss the correlation between OHI-S index and characteristics of protein in children with mouth breathing.
Objective: To analyse the correlation between OHI-S Index and protein total of several sample sources and analyse the salivary profile protein in children with mouth breathing.
Method: Samples were collected from children with mouth breathing and children without mouth breathing as a control group and categorized based on their OHI-S index score. Samples from tongue biofilm, dental biofilm, saliva and buccal mucosa were tested using Bradford Assay method to measure the protein total of each sample source and the salivary protein profile was analysed using SDS PAGE. Final results were analysed using SPSS.
Result: In a group consists of chidren with mouth breathing, the correlation of OHI-S Index and protein total of each sample source were resulted: negative correlation in tongue biofilm (r=-0.051), negative correlation in dental biofilm (r=-0.127), positive correlation in saliva(r=0.051) and positive correlation in buccal mucosa (r=0.314). In salivary profile protein, the frequencies of three proteins: Amylase (54 kDa), IgA (70 kDa) and Statherin (8kDa), Ig-A were counted more in control group with moderate OHI-S Index score and Statherin were counted more in control group with low OHI-S index score.
Conclusion: Characteristics of protein is capable to be one of the biological indicators of changes in OHI-S index in children with mouth breathing."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Haerul Thamrin
"ABSTRAK
Ekstrak Plasenta Manusia (EPM) digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit kulit seperti acne vuL'ars seborrhea dan psorasts. Ekstrak plasenta juga dapat dipakai untuk perawatan kulit yang keriput akibat proses penuaan dan petnercepat penyeinbuhan kulit yang luka. Sebagai suatu sediaan untuk terapi diperlukan standarisasi dan EPH. Standarisasi secara konvensional dilakukan dengañ pemeniksaan ujud fisik, reaksi dengan ninhidrin dan penieniksaan serapan pada daerah ultra-ungu. Penelitian ini bertujuan mengembangkan inetoda standarisasi EPM, sebagai bahan baku untuk sediaan farmasi, dengan cara inenganalisis substansi polipeptida yangterdapat di dalam EFM. Analisis dilakukan dengan tehnik Kromatografi Filtrasi Gel dan Elektroforesis Poliakrilamida - Natrium Dodesilsulfonat (SDS-PAGE). Pada penelitian mi digunakan gel Sephadex G-25 halus sebagai fasa diam kromatografi filtrasi gel. Ukuran kolom 22 x 250 mm dan sebagai eluen digunakan larutan ammonium asetat 0,1 M pH 8,0. Kecepatan aliran optimum adalah 0,4 ml/menit dengan tinggi pelat teoritis (H) 0,83 mm. SDS-PAGE dilakukan dengan sistem diskontinyu dengan konsentrasi akrilamida pada gel pemisah sebanyak 10%. Dari hasil pénelitian diketahui bahwa kromatogram Yang dihasilkan oleh tujuh buah sampel EPM yang dianalisa mempunyai pola yang sama. Hasil analisis protein dengan SDS-PAGE dari beberapa sampel EPM juga mempunyai kemiripan. Oleh karena itu cara standarisasi yang dikembangkan dalam penelitian mi dapat dipakai sebagai suplemen pada standanisasi secara konvensional."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Setyowati
"ABSTRAK
Enzim peroksidase merupakan enzim oksidor~duktase, yang dapat mengkatalis reaksi oksidasi oleh senyawa hidrogen peroksida (H202) dari sejumlah substrat yang merupakan donor hidrogen. Pada penelitian ini telah diisolasi enzim peroksidase dari tanaman sawi hijau (Brassica juncea) yang ada di pasaran. Pemurnian enzim dilakukan dengan teknik pengendapan bertingkat menggunakan garam amonium sulfat. Enzim peroksidase dengan aktivitas spesifik paling tinggi diperoleh pada fraksi amonium sulfat dengan tingkat kejenuhan 55-75 %, yaitu sebesar 1 ,24 kali dibandingkan ekstrak enzim kasarnya. Kondisi optimum reaksi katalisis enzim peroksidase dengan menggunakan substrat guaiakol diperoleh pada suhu 30 oc dan pH 6,0. Pada uji kestabilan, enzim peroksidase yang disimpan pada suhu 4°C selama satu bulan mengalami penurunan yang relatif kecil, yaitu sebesar 2, 79 %. Apabila enzim disimpan pada suhu 30 °C, terjadi penurunan sebesar 10,35-70,42% pada tujuh hari pertama, dan setelah satu bulan penurunannya mencapai 81,73 %. Uji homogenitas enzim peroksidase hasil dialisis dengan SD?PAGE menghasilkan pita protein di sekitar 37-50 kDa."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wangi Firdausi
"Eksopolisakarida (EPS) yang diproduksi dari bakteri asam laktat (BAL) memiliki nilai ekonomis yang penting karena berguna bagi industri makanan, farmasi dan kesehatan. Untuk mensintesis EPS dari substrat berupa sukrosa, BAL menggunakan suatu enzim ekstraselular berukuran besar yaitu enzim sukrase. Dari penelitian terdahulu, telah diketahui bahwa beberapa isolatisolat BAL mengandung gen-gen sukrase seperti gtf dan ftf yang berturutturut menyandikan glukansukrase dan fruktansukrase. Penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas dari enzim-enzim sukrase pada beberapa isolat-isolat BAL yang secara molekuler telah diketahui memiliki gen-gen sukrase. Supernatan dan pelet sel dari isolat-isolat BAL tersebut dianalisis dengan menggunakan elektroforesis gel SDS poliakrilamid (SDS-PAGE).
Dengan melakukan SDS-PAGE menggunakan penanda protein, ukuran molekuler dari enzim dapat diperkirakan, dan dengan menginkubasi gel dalam buffer sukrosa dan staining dengan pereaksi Schiff asam periodat, EPS yang berupa glukan dan/atau fruktan yang diproduksi oleh enzim-enzim tersebut dapat diamati. Semua isolat BAL yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Weisella confusa MBF 8-1, W. confusa MBF 8-2, Leuconostoc mesenteroides MBF 3-1 dan W. confusa MBF PDG10(1) menunjukkan adanya aktivitas-aktivitas sukrase pada ukuran yang bervariasi, mulai dari 10 hingga 43 kDa."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32657
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>