Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arfianti
"ABSTRACT
The prevalence of childhood overnutrition is increasing in many parts of the world including Indonesia. National basic health research (RISKESDAS) 2010 showed that over-nutrition in urban children (10.4%) was greater than in rural areas (8.1%). The purpose of this study was to analyse risk factors for overnutrition on elementary students in urban and rural areas in Pekanbaru. This was an observasional analytical study with cross-sectional design. This study involved 137 urban and 113 rural students from six elementary schools in Pekanbaru recruited by quota sampling technique. This study was conducted between April-May 2018. The results showed that the proportions of overweight and obesity in urban Pekanbaru were 16.1% and 16.8% respectively, while in rural areas were 12.4% and 9.7%, respectively. Furthermore, outdoor activity and snacking habit were significant contributors of childhood overnutrition in urban area whereas frequency of main meal was associated with childhood overnutrition in rural area. In conclusion, there was no difference in the incidence of overnutrition among elementary students in urban and rural areas in Pekanbaru. This study indicated that obesity risk factors may be different between urban and rural areas in Pekanbaru."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
613 KESMAS 13:4 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Apriliana
"Aktivitas screen time merupakan fenomena yang masih sering ditemukan pada anak usia sekolah saat ini. Akibatnya, anak terpapar layar melebihi durasi yang direkomendasikan, yang berdampak negatif pada pertumbuhan dan perkembangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan durasi screen time dengan perilaku makan anak. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Jumlah sampel terdiri dari 341 anak sekolah yang sesuai dengan kriteria inklusi dan dipilih menggunakan teknik cluster random sampling. Instrumen SCREENS-Q untuk mengukur screen time dan Child Eating Behaviour Questionnaire (CEBQ) untuk mengukur perilaku makan. Hasil penelitian yang dianalisis dengan uji chi square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara durasi screen time dengan perilaku makan (p value< 0,05). Peneliti merekomendasikan adanya kerja sama antara pihak tenaga kesehatan dengan orang tua untuk melakukan sosialisasi mengenai penggunaan screen time yang sesuai dan perilaku makan yang baik untuk mengoptimalkan perkembangan anak usia sekolah.

Screen time activity is a phenomenon that is still often found in school-age children today. As a result, children are exposed to screens beyond the recommended duration, which hurts growth and development. This study aims to identify the relationship between screen time duration and children's eating behavior. This study used a cross-sectional design. The sample size consisted of 341 School-Aged Children who met the inclusion criteria through the cluster random sampling method. SCREENS-Q instrument to measure screen time and the Child Eating Behavior Questionnaire (CEBQ) to measure eating behavior. The results of the study analyzed by the chi-square test showed a significant relationship between screen time duration and eating behavior (p-value< 0.05). Researchers recommend that there be cooperation between health workers and parents to socialize the use of appropriate screen time and good eating behavior to optimize the development of school-age children. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariz Dwi Fathan
"Latar Belakang Kesiapan bersekolah merupakan hal yang sangat penting karena berpengaruh positif terhadap kemampuan anak untuk lulus dari sekolah dasar. Salah satu faktor yang memengaruhi kesiapan bersekolah adalah Screen Time. Penelitian sebelumnya mengenai hubungan antara Screen Time dan kesiapan bersekolah menunjukkan bahwa terdapat asosiasi antara peningkatan Screen Time dan kesiapan bersekolah anak. Akan tetapi, penelitian-penelitian sebelumnya belum pernah diadakan di Indonesia. Oleh sebab itu, penelitian ini betujuan untuk menentukan hubungan antara Screen Time dan kesiapan bersekolah pada anak usia prasekolah. Metode Desain penelitian cross-sectional digunakan pada anak usia prasekolah di TK Negeri Menteng 01 dan TK Negeri Cilacap untuk mencari hubungan antara kedua variable. Penelitian dilakukan dengan membandingkan jumlah Screen Time subjek per hari menggunakan kuesioner SmallQ (Surveillance of digital media habits in early childhood questionnaire) dengan hasil pemeriksaan kesiapan bersekolah anak menggunakan kuesioner Brigance Early Childhood Screens III untuk anak 3-5 tahun. Hasil Dari 69 subjek pada penelitian ini, 16 subjek berusia empat tahun (23,18%) dan 53 subjek berusia lima tahun (76,81%) yang mana 33 orang subjek berkelamin laki-laki (47,82%) dan orang subjek 36 berkelamin perempuan (52,17%) yang mayoritas di antaranya memiliki orang tua dengan pendidikan terakhir SMA (50,84%) dan S1 (30,5%). Pengukuran menggunakan instrumen menunjukkan bahwa 37 dari 69 subjek memiliki Screen Time yang lebih (53,62%) dan 19 dari 69 subjek belum siap bersekolah (27,53%). Hasil analisis antara Screen Time terhadap kesiapan bersekolah tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara statistic (p=0,328). Kesimpulan Screen Time tidak berhubungan langsung dengan kesiapan bersekolah pada anak usia prasekolah karena masih terdapat banyak faktor lainnya yang turut berperan dalam kesiapan bersekolah.

Introduction School readiness is very important due to its positive influence on the ability of children to graduate from elementary school. One of the factors that affect school readiness is screen time. Previous studies that correlate screen time and school readiness show an association between the two of them. However, there have yet to be any studies on the same topic in Indonesia. Therefore, this study aims to determine the relation between screen time and school readiness in preschool-aged children. Method A cross-sectional research design was used for preschool children at TK Negeri Menteng 01 dan TK Negeri Cilacap to find the relationship between the two variables. The research was conducted by comparing the number of subjects' screen time per day using the SmallQ questionnaire (Surveillance of digital media habits in early childhood questionnaire) with the results of children's school readiness examination using the Brigance Early Childhood Screens III questionnaire for children with the age of 3-5 years old. Results The 69 subjects in this study consisted of 16 subjects aged four years (23.18%) and 53 subjects aged five years (76.81%) of which 33 subjects were male (47.82%) and 36 subjects were male. women (52.17%) the majority of whom have parents with a high school education (50.84%) and bachelor's degree (30.5%). By using the instruments, it was found that 37 of 69 subjects had more screen time (53.62%) and 19 of 69 subjects were not ready for school (27.53%). The results of the analysis between Screen Time and school readiness did not show a statistically significant relationship (p=0.328). Conclusion Screen time is not directly related to school readiness in preschool children because there are many other factors that play a role in school readiness."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arzeti Ayu Cendekia
"Penggunaan perangkat layar elektronik semakin tidak terpisahkan dalam kehidupan, terutama bagi mahasiswa keperawatan. Perangkat layar elektronik banyak digunakan oleh mahasiswa untuk mengerjakan tugas, mengakses e-book, serta menjadi sumber hiburan. Namun, tingginya screen time atau waktu yang dihabiskan untuk menatap layar elektronik dapat berpotensi dalam peningkatan stres. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan screen time dan tingkat stres pada mahasiswa keperawatan di Jabodetabek. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel penelitian 287 mahasiswa keperawatan. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner self report screen time, screen dependence, dan Perceived Stress Scale (PSS-10) secara daring melalui google form. Hasil penelitian tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara screen time dengan tingkat stres pada mahasiswa keperawatan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang mungkin lebih berpengaruh terhadap tingkat stres mahasiswa keperawatan. Penelitian selanjutnya dapat mengeksplorasi faktor-faktor tersebut.

The use of electronic screen devices has become increasingly indispensable in daily life, particularly for nursing students who utilize them for completing assignments, accessing e-books, and entertainment. However, excessive screen time, or the time spent staring at electronic screens, may potentially increase stress levels. This study aims to investigate the relationship between screen time and stress levels among nursing students in Jabodetabek. A cross-sectional design was employed, involving a sample of 287 nursing students. Data were collected through online questionnaires including self-reported screen time, screen dependence, and the Perceived Stress Scale (PSS-10) using Google Forms. Data analysis was conducted using univariate and bivariate methods. The results indicated no significant relationship between screen time and stress levels among nursing students. These findings suggest that other factors may have a more substantial impact on stress levels in nursing students. Future research should explore these factors in greater detail."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naomi Athina
"Media digital menjadi bagian dalam kehidupan saat ini dan mempengaruhi hubungan antara orang tua dan anak. Durasi screen time berlebih berpotensi memunculkan masalah perilaku pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara screen time dan masalah perilaku pada anak berusia 4-6 tahun, serta memeriksa peran moderasi parental stress dalam hubungan ini. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teknik cross-sectional. Partisipan penelitian adalah 663 orang tua yang memiliki anak berusia 4-6 tahun yang mengisi serangkaian kuesioner melalui google form. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mencakup, durasiscreen time anak diukur menggunakan instrumen untuk mengukur durasi screen time, masalah perilaku, dan stres pengasuhan. Melalui uji statistik moderasi menggunakan PROCESS Hayes, ditemukan bahwa parental stress tidak memoderasi hubungan durasi screen time dan masalah perilaku. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa durasi screen time dan parental stress memiliki hubungan yang positif terhadap masalah perilaku. Di sisi lain, parental stress tidak memiliki hubungan dalam meningkatkan durasi screen time anak. Penelitian ini menegaskan kembali pentingnya mengelola durasi screen time anak dan memperhatikan faktor pengasuhan seperti durasi parental stress dalam menangani masalah perilaku pada anak.

Digital media has become an integral part of contemporary life, influencing the parent-child relationship. Excessive screen time has the potential to give rise to behavioral problems in children. This study aims to explore the relationship between screen time and behavioral problems in children aged 4-6 years, as well as to examine the moderating role of parental stress in this relationship. Employing a quantitative research method with a cross-sectional design, the study involved 663 parents of children aged 4-6 years who completed a series of questionnaires via Google Forms. The research instruments utilized instruments to measure children's duration of screen time, behavioral problems, and parental stress. Through moderation statistical tests using PROCESS Hayes, it was found that parental stress did not moderate the relationship between screen time and behavioral problems. The results also indicated a positive relationship between screen time and parental stress with behavioral problems. Conversely, parental stress did not have a significant association with increasing children's screen time. This study reaffirms the importance of managing children's screen time and considering parenting factors such as parental stress in addressing behavioral problems in children."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kyana Salapani Sangadi
"Durasi screen time tinggi merupakan salah satu faktor risiko munculnya masalah perilaku pada anak usia prasekolah. Aspek yang bisa menjadi faktor protektif terhadap dampak buruk dari media adalah parental mediation. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari hubungan antara screen time dan masalah perilaku pada anak usia prasekolah yang dimoderasi oleh parental mediation. Partisipan merupakan 663 orang tua anak usia prasekolah yang memenuhi kriteria. Hasil menunjukkan adanya efek positif dan signifikan antara screen time dan masalah perilaku (r = 0.128, p < 0.01). Efek negatif dan signifikan ditemukan antara parental mediation terhadap masalah perilaku (r = , p < 0.01). Dimensi dari parental mediation yaitu, supervision (r = -0.25, p <0.01), activerestrictive meditation (r = -0.18, p < 0.01), dan technical restriction (r = -0.18, p < 0.01) juga memiliki hubungan yang signifikan dengan masalah perilaku. Namun, dimensi couse tidak memiliki efek signifikan terhadap masalah perilaku ( r = - 0.02, p > 0.05). Selanjutnya, parental mediation secara keseluruhan dan dimensinya tidak memoderasi secara signifikan hubungan antara durasi screen time dan masalah perilaku (p > 0.05). Penemuan dari riset ini dapat digunakan sebagai pertimbangan pembuatan panduan durasi screen time dan pengembangan strategi untuk memitigasi efek negatif dari screen time.

High screen time duration can be considered as a risk factor for the emergence of problem behaviors in preschool-aged children. One aspect that may serve as a protective factor against the negative effects of scree time is parental mediation. The aim of this research is to examine the moderating effect of parental mediation on screen time and behavior problems will also be studied in this study. Based on the results of this study, it was found that there was a positive and significant effect between screen time and behavioral problems (r = 0.128, p < 0.01). Furthermore, a negative and significant effect was found between parental mediation and problem behavior (r = -0.18, p < 0.01). Different dimensions of parental mediaiton such as supervision (r = -0.25, p <0.01), active- restrictive meditation (r = -0.18, p < 0.01), technical restriction (r = -0.18, p < 0.01) was also found to correlate negatively with problem behavior. However, co-use did not have a significant effect on behavior problems (r = -0.18, p < 0.01). There was also no significant moderating effect of parental mediation and its dimensions on the relationship between screen time and behavior problems (p > 0.05). The findings of this research can considered for creating guidelines regarding screen time duration as well as developing strategies to mitigate the negative effects of screen time."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ria Roswita
"Sedentary behavior pada anak usia sekolah menunjukkan peningkatan di beberapa negara. Menghabiskan waktu dengan sedentary behavior yang dilakukan secara berlebihan dapat berdampak pada masalah kesehatan. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa besarnya dampak sedentary behavior terhadap anak usia sekolah.
Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran jumlah waktu yang dihabiskan untuk sedentary behavior yang digunakan anak usia sekolah dan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sedentary behavior pada anak usia sekolah di SDN Ujung Menteng 01 Jakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan proporsional random sampling dan sampel berjumlah 107 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata lama sedentary behavior sebesar 4,03 jam dan adanya hubungan yang signifikan antara IMT, pekerjaan ibu, pembatasan screen time, ketersediaan media elektronik serta kebiasaan makan dengan sedentary behavior dengan nilai p < 0,05. Faktor yang paling dominan terhadap sedentary behavior adalah pembatasan screen time. Pembatasan screen time sebaiknya dapat diterapkan pada anak usia sekolah untuk menurunkan risiko sedentary behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48253
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kanthi Soraca Widiatmika
"Screen time pada anak semakin meningkat seiring berkembangnya teknologi. Peningkatan screen time tersebut dapat menyebabkan sejumlah dampak, salah satunya adalah gangguan pola tidur. Penelitian ini menggambarkan hubungan screen time dengan pola tidur anak sekolah dasar di SDN Beji 1 Depok. Penelitian ini menggunakan studi potong lintang. Instrumen yang digunakan adalah Sleep Disturbance Scale for Children (SDSC) yang disebar ke seluruh murid SDN Beji 1 Depok dan diisi oleh orang tua atau pengasuh dengan tingkat pendidikan minimal Sekolah Menengah Pertama. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dari 183 data sehingga didapat 100 data yang dianalisis.
Hasil analisis Chi-Square menunjukkan adanya hubungan berbeda bermakna secara statistik antara screen time berlebih dengan gangguan pola tidur pada anak (p = 0,024). Anak dengan screen time berlebih memiliki peluang mengalami gangguan pola tidur 2,6 kali lebih tinggi dibandingkan anak dengan screen time tidak berlebih (OR = 2,6 dan IK 95% = 1,123-6,243). Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara screen time dengan pola tidur anak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembatasan screen time untuk mengurangi peluang terjadinya gangguan pola tidur.

Screen time for children is increasing as technology develops. The increase in screen time can cause a number of impacts, one of which is a sleep pattern disorder. This study describes a screen time relationship to the sleep patterns of elementary school children at SDN Beji 1 Depok. A cross-sectional study was used for this research along with the Sleep Disturbance Scale for Children (SDSC) instrument, which was filled by parents and/or caregivers with a minimum educational background of junior high school. A total of 183 datasets collected, and 100 of those were sampled for analysis.
The results of Chi-square analysis showed a statistically significant relationship between screen time and sleep pattern disorder (p = 0.024). Children with excessive screen time have 2.6 times higher risk of having sleep pattern disorder (OR = 2.6 and IK 95% = 1.123-6.243). Based on these results, it can be concluded that there is a relationship between screen time and childrens sleep pattern. Therefore, screen time restriction is needed to reduce the chance of sleep pattern disorder.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aulia
"Sugar Sweetened Beverages (SSBs) merupakan cairan yang dimaniskan dengan berbagai bentuk gula tambahan seperti corn syrup, dekstrosa, fruktosa, glukosa, sukrosa, madu dan gula yang secara alami terdapat di dalam bahan pangan namun telah dipekatkan, jika dikonsumsi secara berlebihan maka akan menyebabkan kejadian obesitas dan mengakibatkan faktor risiko lain seperti penyakit tidak menular yaitu diabetes dan penyakit kardiovaskular. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan proporsi konsumsi Sugar Sweetened Beverages (SSBs) berdasarkan konsumsi fast food, screen time, karakteristik individu, karakteristik lingkungan pada mahasiswa Universitas Indonesia tahun 2023. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan jumlah sampel 185 orang. Data diambil melalui pengisian kuesioner online secara mandiri oleh responden. Data akan dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 61,6% mahasiswa Universitas Indonesia mengonsumsi SSB dalam tingkat tingi (≥ 200 kkal). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang signifikan antara ketersediaan SSBs p-value 0,045 dan odds ratio OR 2,057 (1,068-3,963), pengaruh media sosial p-value 0,025 dan odds ratio OR 2,273 (1,159-4,457), konsumsi fast food p-value 0,049 dan odds ratio OR 0,514 (0,277-0,954), dan screen time p-value 0,044 dan odds ratio OR 1,986 (1,066-3,699) terhadap konsumsi SSBs. Peneliti menyarankan konsumen untuk memperhatikan konsumsi SSBs dan memilih alternatif lain agar tidak mengonsumsi SSBs berlebihan saat melakukan kegiatan luar bersama dengan teman maupun keluarga. Produsen SSBs disarankan untuk mencantumkan label gizi pangan terkait jumlah gula yang ada di produk SSBs terutama SSBs yang berbentuk warlaba. Peneliti juga menyarankan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dapat mencantumkan infromasi nilai gizi dalam bentuk traffic light atau penggunaan warna yang berbeda untuk membedakan kandungan zat gizi yang rendah, sedang dan juga tinggi seperti warna hijau untuk kandungan zat gizi yang rendah, warna kuning untuk kandungan zat gizi yang sedang dan warna hijau untuk kandungan zat gizi yang tinggi.

Sugar Sweetened Beverages (SSBs) are liquids that are sweetened with various forms of added sugar such as corn syrup, dextrose, fructose, glucose, sucrose, honey, and sugar which are naturally found in foodstuffs but have been concentrated, if it consumes in excess, it will cause an obesity and lead to other risk factors such as infectious diseases diabetes and cardiovascular disease. The purpose of this study is to determine the differences in the proportion of consumption of Sugar Sweetened Beverages (SSBs) based on consumption of fast food, screen time, individual characteristics, environmental characteristics among the students at University of Indonesia in 2023. This study used a cross-sectional study design with a sample size of 185 respondents. Data was collected by filling online questionnaires independently by respondents. Data will be analyzed univariately and bivariate. The results showed that 61.6% of University of Indonesia students consumed high levels of SSB (≥ 200 kcal). The results of the bivariate analysis showed that there was a significant proportion difference between the availability of SSBs p-value 0.045 and odds ratio OR 2.057 (1.068-3.963), social media influence p-value 0.025 and odds ratio OR 2.273 (1.159-4.457), consumption of fast-food p -value 0.049 and odds ratio OR 0.514 (0.277-0.954), and screen time p-value 0.044 and odds ratio OR 1.986 (1.066-3.699) for consumption of SSBs. Researchers suggest consumers to pay attention to consumption of SSBs and choose other alternatives to avoid heavy consumption of SSBs when doing outdoor activities with friends or family. SSBs producers are advised to put food nutrition labels related to the amount of sugar in SSBs products, especially SSBs in the form of franchises. Researchers also suggest that the Food and Drug Monitoring Agency (BPOM) can put nutritional value information in the form of traffic lights or the use of different colors to distinguish low, medium, and high nutrient content such as green for low nutrient content, yellow for medium nutrient content and green for high nutrient content."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>