Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri R. Wahyu Endah P.
"Tugas Akhir ini mengangkat pentingnya pengetahuan disiplin berlalulintas pada anak-anak usia sekolah agar mereka memiliki bekal pemahaman Ientimg bersikap yang aman dalam suatu situasi lalu lintas. Program berisi serangkaian pelatihan yang partisipatif dengan target intervensi anak usia sekolah (6~l2 tahun), namun difokuskan pada anak usia 9-10 tahun yang duduk di kelas empat, SDN Pondok Cina Ol, Depok.
Intervensi dilatarbelakangani oleh kenyataan bahwa kondisi lalu lintas di jalan Margonda Raya tepat di depan SDN Pondok Cina Ol sangat rawan bagi keselamatan para siswa. Setiap hari mereka mau tidak mau harus melalui lalu lintas yang padat dan semrawut. Kondisi lalu lintas seperti itu menjadi ancaman bagi keselamatan jiwa mereka. Terbukti sepanjang tahun 2008, lebih dari I0 siswa sekolah mcnjadi korban kecelakaan lalu lintas di depan sekolah mereka sendiri.
Perilaku pemakai jalan yang tidak mengindahkan disiplin berlalulintas merupakan faktor utama penyebab kecelakaan lalu lintas di Wilayah Depok sepanjang 2008 (Kasat Lantas Depok, 2009). Perilaku tersebut bukan tidak rnungkin untuk diperbaiki sqiak usia dini. Memasukkan pemahaman, aturan, fakta lewat pcsan-pcsan komunikatif akan mampu mempengaruhi individu untuk membuat perubahan sikap (Secord dan Backman, 1964 dalam Azwar, 2003). Intervensi cdukasi merupakan salah satu strategi yang dapat dilakukan change agent untuk mempengaruhi change target agar melakukan perubahan sosial (Zaltman, 1977).
Baseline study dilakukan melalui observasi, wawancara, focussed-group discussion, kucsioncr dan kepustakaan. Intervensi terhadap target menggunakan metode partisipatif melalui berbagai teknik intervensi scperti mcndongeng, pcrmainan, diskusi, menggambar dan praktek Iangsung di lapangan.
Target intervensi mengambil sample anak usia 9-10 tahun sesuai dengan teori perkembangan dari Piaget bahwa pada usia tersebut anak berada pada tahap perkembangan kognisi Operasional Konkrit. Perkembangan moral disiplin pada tahap im telah berkembang dengan baik yakni tidak hanya rnampu membedakan baik - bumk, dan benar - salah, tetapi juga alasannya. Dengan pendekatan kognisi sosial (Social Cognilive Theory), program lcbih memfokuskan pada kognisi subyek intervensi dengan pemelajaran melalui pendekatan observasi dari Bandura.
Analisis kuantitatif melalui Sample Paired T-test menunjukkan adanya peningkatan pemahaman subyek terhadap disiplin berlalulintas antara sebelum dan sesudah intervensi. Hasil analisis kualitatif menyebutkan bahwa subyek merasa program intervensi sangat bermanfaat dan memotivasi mereka untuk merubah perilaklmya sebagai pengunajalan.
Untuk keberlangsungan program ini, disarankan agar pelatihan disiplin berlalu lintas ini dapat menjadi kurikulum sekolah dan pihak sekolah dapat mengusulkan pembuatan Zona Selamat Sekolah (ZQSS) kepada pihak yang bcrwcnang demi kesclamatan siswa-siswanya.

This study highlights the importance of inculcating the knowledge of road safety disciplines among children at school age (6-12) to enable them to be able to keep themselves as safe as possible on the roads. The Program, consisting of series of participative training activities, is targeting 47 fourth graders aged 9-10 years old at Pondok Cina 01 Public Elementary School (SDN), Depok.
This intervention is triggered by serious traflic safety concems on thc street located just outside of the school yard. The heavy traffic situation witl1 insufficient road safety support (crossing bridge, clear zebra crossing, school signage, and presence of trained school security and police guards) puts the school children at risk.
The result is chaos for them, who, as road users are forced into this traffic situation as they seek to enter or leave their schoolyard. In 2008, over 10 students from the SDN Pondok Cina 01 had been involved in the traffic accidents taking place on the street, just in front of their school gate. Report from Depok Police Office (2008) explains, road users’ behaviour with no respect of road safety disciplines is the main factor behind the accidents. This behaviour is not impossible to be intervened since the early age. The change target can be influenced through educational intervention of communicative messages such as dissemination of knowledge and understanding of traffic rules (Zaltman 1977).
The baseline studies include observation, interviews, focussed-group discussion (F GD), literatures and distribution of pre-test and post-test questionnaires to the subjects. Using participative method, skill-based training is executed with various approaches such B story telling, games, problem-solving discussion, drawing competitions and direct practice out on the roads in real situation setting.
The change target (47 students of 9 -I0 years old), according to Piaget’s moral cognitive theory, is at the Concrete Operational stage and at the stage of established moral disciplines development. They have grown their competence not only to diierentiate good - bad, right - wrong, but also the reasons behind those. Using the social cognitive theory, the intervention emphasizes more on the subjects’ cognition through observational learning of Bandura.
The quantitative analysis ofthe pre-post test using sample-paired t-test shows a significant increase in subjects’ understanding towards traffic signs, regulations and road safety disciplines. The qualitative examination indicates the training is an effective altemative to train children to be safer pedestrians. In summary, the intervention program yields success and brings positive impact to the subjects for they are able to improve their knowledge about road safety disciplines and change their behaviours as road users.
For sustainability of the program, it is advisable that the school proposes the government to include the road safety education as part of the elementary school curriculum and build ZoSS for the safety of their students.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34046
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Widiyatmini
"Anak usia sekolah merupakan tahapan perkembangan psikososial yang berada pada tahap Industry vs Inferiority. Tahap perkembangan anak usia sekolah jika tidak tercapai akan menimbulkan perilaku yang menyimpang. Perilaku agresif adalah perilaku menyimpang yang dapat timbul jika perkembangan anak usia sekolah tidak tercapai secara optimal. Latihan asertif merupakan intervensi keperawatan yang dapat mencegah timbulnya perilaku agresif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perkembangan dan kemampuan asertif pada anak sekolah setelah diberikan terapi kelompok terapeutik, psikoedukasi keluarga dan latihan asertif. Desain penelitian ini menggunakan metode quasy eksperiment yang melibatkan 40 anak usia sekolah. Hasil menunjukkan bahwa adanya peningkatan perkembangan dan kemampuan asertif anak usia sekolah secara bermakna setelah diberikan terapi kelompok terapeutik anak usia sekolah, psikoedukasi keluarga, dan latihan asertif lebih tinggi secara bermakna dibandingkan pada kelompok lain (pvalue < 0.05). Terapi kelompok terapeutik anak sekolah, psikoedukasi keluarga dan latihan asertif direkomendasikan pada anak usia sekolah untuk meningkatkan tugas dan aspek perkembangan anak usia sekolah untuk peningkatan kesehatan jiwa.

School age children are a stage of psychosocial development at an industrial versus inferiority stage..The progress stage of school age if not achieved will result in a distorted behavior. Aggressive behavior is aberrant behavior that can arise if school age development is not reached optimally. Aserative exercise is an intervention of nursing that can prevent aggressive behavior. This study aims to know the difference in development and the acertative skills of schoolchildren after being given therapy of the therapeutic group, psychoeducated family and aserative exercise. This research design uses a quasy experimental method involving 40 school-aged children. Results show that there has been an increase in asertive growth and ability for school age children in meaningful form after being given terapeutic group therapy of school age children, family psychoeducated and aserative exercise is higher in meaning than in group."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hans Kurniawan
"Infeksi cacing tanah, terutama A. duodenale tersebar luas ke seluruh dunia. Anak-anak adalah salah satu populasi yang dianggap memiliki resiko tinggi untuk terinfeksi dan mengalami komplikasi seperti kehilangan darah kronis dan malnutrisi yang pada akhirnya dapat mengganggu tumbuh kembang sang anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan dari infeksi A. duodenale dengan kekurusan pada anak usia sekolah. Peserta riset ini adalah anak-anak yang tinggal di Nangapanda, Nusa Tenggara Timur yang berusia dibawah 18 tahun. Data demografis dan antropometri diperoleh dan deteksi A. duodenale dari sampel tinja dilakukan dengan metode rtPCR. Analisis univariat dan multivariat dilakukan untuk melihat hubungan tiap variabel dan disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia tiap anak. Dari 185 anak, 25 anak (13.5%) menderita infeksi A. duodenale dan 94 anak (51%) berada dalam kategori kurus dan sangat kurus berdasarkan hasil z-score BMI menurut umur. Pada akhirnya kami menemukan bahwa terdapat korelasi positif antara infeksi A. duodenale dengan kekurusan pada grup anak perempuan berusia ≥ 10 tahun namun tidak pada grup anak lainnya. Umur dan jenis kelamin tidak memiliki asosiasi dengan infeksi A. duodenale. Studi longitudinal dibutuhkan untuk bisa mengkonfirmasi hubungan antara infeksi A. duodenale dengan tingkat kekurusan pada anak-anak.

Soil-transmitted helminth (STH) infection, especially A. duodenale infection is distributed widely in the world. Children are one of the most susceptible populations at risk to develop complications from hookworm infection, such as chronic blood loss and malnutrition that may eventually lead to development retardation. This study aims to see the relationship between A. duodenale infection and thinness in school-aged children. Children below 18 years old living in Nangapanda Subdistrict, East Nusa Tenggara were examined for their demographic and anthropometric data, along with stool samples for further analysis using real time polymerase chain reaction (rtPCR). The data gathered was further analyzed using univariate and multivariate analysis between A. duodenale infection and body mass index (BMI) to age Z score with age and gender as the potential confounding factor. From 185 children, 25 (13.5%) had positive A. duodenale infection by rtPCR. 94(51%) were considered thin with BMI-to-age Z-scores (BAZ). A. duodenale was associated with thinness (p = 0.014) in female children aged above and equal 10 years old but not in the other groups. We found that A. duodenale infection was associated with thinness in older female population but not in the other population groups. Age and gender were found not to be significant with A. duodenale infection. Further longitudinal studies are needed to confirm the causal relationship between A. duodenale infection and low BMI status."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Kurniadi
"Infeksi parasit, khususnya soil-transmitted helminht (STH), adalah infeksi yang tersebar luas di dunia. Anak usia sekolah mempunyai resiko yang tinggi untuk terinfeksi dan telah dikaitkan dengan berbagai konsekuensi seperti anemia, keterlambatan pertumbuhan, dan hilangnya berat badan. Studi ini bertujuan untuk menginvestigasi hubungan antara infeksi STH dan kekurusan di anak usia sekolah. Peserta adalah anak usia sekolah kurang dari 18 tahun yang tinggal di Nangapanda, Nusa Tenggara Timur. Data demografis diperoleh dan deteksi infeksi STH dalam tinja dilakukan dengan real-time PCR. Analisa univariat dan multivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara infeksi STH dan BMI, disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin. Dari 185 anak, 179 (96.7%) terinfeksi oleh STH. 91 anak didapatkan berada dalam kategori kurus dan sangat kurus. Infeksi Necator adalah infeksi yang paling sering (174 kasus, 94.1%), diikuti oleh Ancylostoma (24 cakasusses, 13%) and Ascaris infection (49 kasus, 26.5%). Infeksi STH tidak ditemukan, namun menunjukkan pola untuk, memiliki hubungan yang signifikan dengan kekurusan (p-value=0.089). Poliinfeksi STH tidak ditemukan memiliki perbedaan signifikan dengan monoinfeksi. Usia dan jenis kelamin tidak ditemukan berasosiasi signifikan dengan infeksi STH. Studi lebih lanjut dengan populasi yang lebih besar diperlukan untuk mengkonfirmasi hasil ini. Studi longitudinal juga diperlukan untuk mengkonfirmasi hubungan sebab-akibat pada studi ini.

Soil-transmitted helminth (STH) infection is widely distributed in the world. School-aged children are at high risk of acquiring this infection, which has been linked with various consequences such as anemia, stunting, and weight loss. This study aims to investigate the relationship between STH infection and thinness in school children. The study participants were children below 18 years living in Nangapanda Subdistrict, East Nusa Tenggara. The basic demographic data was taken and detection of STH infection in stool samples was done by real time PCR. Univariate and multivariate analyses were done to examine the relationship between STH infection and BMI, with age and gender as potential confounding factors. Out of 185 children, 179 (96.7%) were infected with STHs by PCR. 91 children were shown to be in the thinness and severe thinness category. Necator infection was found to be the most common infection (174 cases, 94.1%); followed by Ancylostoma (24 cases, 13%) and Ascaris infection (49 cases, 26.5%) respectively. STH infection was not, but showed a tendency, to be associated with thinness (p-value=0.089). Polyinfection of STHs did not show a significant difference with monoinfection. Age and gender were not found to be associated with STH infection. We found that there was a tendency of positive association between STH infection and thinness. Age and gender were not found to be significantly associated with STH infection. Future studies with a larger number of population are needed to confirm these results. In addition, longitudinal studies are needed to confirm the cause-effect relationship."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arky Kurniati Alexandra
"Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia masih menghadapi masalah rendahnya nutrisi pada anak - anak karena 14,9% anak - anak kelas 4 - 6 SD tergolong dalam kategori kurus yang salah satunya disebabkan oleh rendahnya konsumsi susu. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui asosiasi antara kebiasaan konsumsi susu pada anak sekolah dasar kelas 4 - 6 dan sumber informasi yang mempengaruhi pengonsumsian susu mereka. Riset ini terdiri dari 97 responden yang terdiri dari anak kelas 4 - 6 SD dan pengumpulan data dilakukan di SD Pegangsaan 01, Jakarta Pusat, pada Januari 2011 dengan metode cross sectional. Sampel diambil dengan cluster random sampling dengan cara mengisi kuisioner tentang kebiasaan meminum susu. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada asosiasi yang signifikan antara kebiasaan konsumsi susu dan sumber informasi.

As a developing country, Indonesia still faces a problem of the low nutrition in children because 14,9% of children grade 4 - 6 was categorized in a thin condition with low milk consumption as one of the cause.3 The aim of this study is to find the association between the habit of milk consumption and sources of information. The research consists of 97 respondents and the data was collected at SD Pegangsaan 01 grade 4 - 6, Central Jakarta on January 2011 with cross sectional method. The sample was taken by cluster random sampling by filling the questionnaire about milk consumption habit. The result showed that all 97 respondents consumed milk; however there is no significant association between the habit of milk consumption and the sources of information."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Roswita
"Sedentary behavior pada anak usia sekolah menunjukkan peningkatan di beberapa negara. Menghabiskan waktu dengan sedentary behavior yang dilakukan secara berlebihan dapat berdampak pada masalah kesehatan. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa besarnya dampak sedentary behavior terhadap anak usia sekolah.
Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran jumlah waktu yang dihabiskan untuk sedentary behavior yang digunakan anak usia sekolah dan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sedentary behavior pada anak usia sekolah di SDN Ujung Menteng 01 Jakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan proporsional random sampling dan sampel berjumlah 107 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata lama sedentary behavior sebesar 4,03 jam dan adanya hubungan yang signifikan antara IMT, pekerjaan ibu, pembatasan screen time, ketersediaan media elektronik serta kebiasaan makan dengan sedentary behavior dengan nilai p < 0,05. Faktor yang paling dominan terhadap sedentary behavior adalah pembatasan screen time. Pembatasan screen time sebaiknya dapat diterapkan pada anak usia sekolah untuk menurunkan risiko sedentary behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48253
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Auliani
"Anak-anak usia sekolah cenderung mengonsumsi makanan tinggi lemak dan rendah serat termasuk sayur. Rendahnya konsumsi sayur pada periode ini dalam jangka pendek dapat menyebabkan kerusakan sel, lemahnya imunitas tubuh, ISPA, dan masalah pencernaan sedangkan dampak jangka panjangnya dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kronis seperti penyakit jantung koroner, COPD, stroke, kardiovaskular, dan kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan proporsi konsumsi sayur anak usia 10-11 tahun berdasarkan food neophobia dan faktor lainnya di SDN Polisi 1 Kota Bogor. Penelitian ini bersifat kuantitatif menggunakan desain studi cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 142 responden. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner serta formulir food record 2x24 jam oleh responden. Data dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 18,3% responden yang mengonsumsi sayur setiap hari dan rata-rata konsumsi sayur responden hanya 33,75 gram per hari. Analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan proporsi konsumsi sayur yang bermakna berdasarkan faktor kesukaan, keyakinan diri, hambatan, dan preferensi sayur. Edukasi mengenai pentingnya konsumsi sayur perlu diberikan kepada anak usia sekolah serta orang tuanya untuk mencapai anjuran konsumsi sayur yang direkomendasikan.

School aged children tend to eat high-fat and low fiber foods, also low vegetable intake. Low vegetable consumption in this period cause cell damage, low imunity system, URI, and inflammatory bowel disease, besides long term effect can cause heart disease, COPD, stroke, CVD, and cancer. The study aims to determine the proportional differences of vegetable consumption in 10-11 years old children based on food neophobia and the other factos at Polisi 1 Public Elementary School in Bogor City. This quantitative study uses cross sectional design with 142 respondents. Data were collected through self-registered questionnaire and 2x24 hours food record form and analysed using chi-square test. The result showed that there were only 18,3% respondents who eat vegetables daily and only 33,75 gram vegetables consumed each day. Statistical analysis also showed a significant vegetable consumption differences based on liking, self efficacy, perceived barrier, and vegetable preferences. Nutrition education is needed for school aged children and their parents to reach daily vegetable recommendation intake.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natalia Herwanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara kesehatan mental orang tua terhadap gaya pengasuhan pada anak usia sekolah di Kabupaten Tangerang pada tahun 2024. Metodologi menggunakan pendekatan cross-sectional survey yang melibatkan 110 orang tua anak usia sekolah di Kabupaten Tangerang yang berperan sebagai pengasuh utama anak sebagai syarat untuk penelitian ini. Mereka dipilih dengan menggunakan metode clustur random sampling dan purposive sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang telah divalidasi dan diuji menggunakan Self-Reporting Quisioner 29 (SRQ-29) untuk kesehatan mental dan Parenting Styles And Dimensions Questionnaire (PSDQ) untuk gaya pengasuhan. Data dianalisis menggunakan IBM SPSS versi 25. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara kesehatan mental orang tua dengan gaya pengasuhan pada anak usia sekolah dengan p-value 0.025 melalui uji Chi-Square dan korelasi positif sebesar 0.213 sehingga hubungan kedua variabel bersifat searah, dengan demikian dapat diartikan bahwa semakin baik kualitas kesehatan mental orang tua maka gaya pengasuhan kepada anak akan lebih baik.

This research aims to explore the relationship between parents' mental health and parenting styles in school-aged children in Tangerang Regency in 2024. The methodology employs a cross-sectional survey approach involving 110 parents of school-aged children in Tangerang Regency who act as the primary caregivers for their children as a requirement for this research. They were selected using a combination of cluster random sampling and purposive sampling methods. Data were collected through validated questionnaires and tested using the Self Reporting Questionnaire 29 (SRQ-29) for mental health and the Parenting Styles and Dimensions Questionnaire (PSDQ) for parenting styles. Data were analyzed using IBM SPSS version 25. The research results indicate a significant relationship between parental mental health and parenting styles in school-aged children, with a p-value of 0.025 through the Chi-Square test and a positive correlation of 0.213. This suggests that the relationship between the two variables is direct, meaning that the better the quality of the parents' mental health, the better their parenting style will be."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Faulina Sjarifuddin
"Latar Belakang :
Event-related potensial (ERP), terutama P300, merupakan perubahan potensial otak yang menggambarkan proses pengolahan stimulus yang diterima. Pemeriksaan ERP merupakan salah satu tekhnik neurofisiologis yang non-invasive, tetapi objektif, yang sexing digunakan untuk mengevaluasi aktivitas kognitif seseorang, terutama yang berkaitan dengan atensi, persepsi memori, fungsi eksekutif, dan kontrol perilaku.
Metode :
Pemeriksaan ERP auditorik diskriminasi 2 nada dilakukan pada 81 anak asimptomatik yang memenuhi kriteria inklusi dari 3 sekolah dasar swasta di Jakarta. Rerata performa motorik (kecepatan reaksi, hits, dan commission error) serta iatensi dan amplitude komponen-komponen ERP (N I00, N200, dan P300) yang timbul terhadap nada target direkam dan dianalisa berdasarkan faktor usia dan jenis kelamin.
Basil :
Kecepatan reaksi, hits, dan latensi P300 secara statistik berbeda bermakna berdasarkan faktor usia. Terdapat korelasi negatif dengan kekuatan sedang antara faktor umur dan kecepatan reaksi dan latensi P300 (p<0.0l). Sedangkan faktor usia dan hits berkorelasi secara positif dengan kekuatan sedang. Tidal( didapatkan perbedaan yang bermakna secara statistik antara performa motorik maupun latensi dan amplitudo P300 terhadap faktor jenis kelamin.
Kesimpulan :
Perkembangan fungsi kognitif anak tampaknya berkaitan dengan maturasi otak sejalan dengan pertambahan usia, dan tidak berkaitan dengan faktor jenis kelamin. Perneriksaan ERP auditorik diskriminasi 2 nada dapat digunakan untuk menilai perkembangan fungsi kognitif anak.

Background :
Event Related Potentials (ERPs), especially P300, are electrical changes generated in the brain in association with stimuli processing. They can provide a non-invasive but objective means to evaluate the activity of human brain associated with attention, perception, memory, decision making, and control of behavior.
Methods:
Auditory ERP two-tone discrimination (`oddball ) paradigm was presented to 81 healthy asymtomatic school aged children of three private elementary schools in Jakarta. Motor performances (reaction time, hits, and commission error) and latency and amptlitude of ERP components (N100, N200, and P300) elicited to target stimuli were recorded and analyzed for between group difference (age and sex).
Results:
Reaction times, hits, and P300 latency were significantly different between age groups (pcO.01). There were also moderately negative correlation between age groups and reaction limes and P300 latencies (p<0.01). Moderately positive correlation were noted between hits and age (p <0 01). None of motor performances nor latencies and amplitudes of P300 were different between sex groups (p>0.05).
Conclusions:
Maturation of cognitive brain functions in children are related to age development despite of sex gender. Auditory ERP two-tone discrimination ERPs are excellent tools for the study of cognitive brain functions in humans and the developmental time course of these functions in childhood.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18175
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wita Septiana
"Analisis Efektifitas Kegiatan Mewarnai Untuk Menurunkan Skor Ansietas Pre-Operatif Anak Usia Sekolah di Ruang Rawat Bedah Anak (BCH) RSUPN Cipto Mangunkusumo. Operasi merupakan salah satu tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan menyelamatkan nyawa pasien dalam keadaan gawat darurat dan menargetkan berbagai sistem pada tubuh. Fase pre-operatif merupakan salah satu fase dimana tenaga kesehatan dapat mempersiapkan pasien, terutama anak untuk menghadapi tindakan pembedahan. Kegiatan mewarnai telah diaplikasikan sebagai salah satu metode non-farmakologis untuk menurunkan ansietas pada anak usia sekolah.
Tujuan studi ini adalah untuk menggambarkan efek pemberian kegiatan mewarnai pada anak usia sekolah agar terjadi penurunan skor ansietas pre-operatif. Kegiatan ini telah diaplikasikan kepada pasien yang berumur 11 tahun yang akan menjalani operasi pada keesokan harinya. Respon pasien diukur dengan CFS & MYPAS yang menghasilkan skor CFS sebesar 1 setelah diberikan intervensi kegiatan mewarnai sehari sebelum masuk ruang operasi dan skor MYPAS sebesar 22,75 pada 30 menit sebelum masuk ke ruang operasi.
Kesimpulannya, persiapan anak pada masa pre-operatif merupakan salah satu hal penting untuk memberikan anak pengertian mengenai prosedur pembedahan, juga menurunkan ansietas pre-operatif pada anak karena perubahan lingkungan baru di sekitarnya.

Effectiveness Analysis of Coloring Activities To Reduce Pre-Operative Anxiety Score of School-Age Children in the Childrens Surgery Room (BCH) of RSUPN Cipto Mangunkusumo Surgery is one of the actions intended to improve the quality of life of patients and save the lives of patients in emergencies and target various systems in the body. The pre-operative phase is one phase in which health workers can prepare patients, especially children, to perform surgical procedures. Coloring activities have been applied as one of the non-pharmacological methods to reduce anxiety in school-age children.
The purpose of this study was to reflect the effect of drawing activities on school-age children in order to decrease pre-operative anxiety scores. This activity has been applied to 11 years olds boy who will undergo surgery on the next day.. Patients response were received with CFS & MYPAS which resulted in a CFS score of 1 after a coloring activity on a day before entering the operating room and MYPAS score of 22.75 in 30 minutes before entering the operating room.
In conclusion, pre-operative child preparation is one of the important things to provide children with surgical procedures, also reduce pre-operative anxiety in children due to changes in the new environment around them.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>