Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erwin Ardian Noor
"Pendahuluan: Rekonstruksi anatomi dan biomekanik panggul yang akurat sangat penting untuk mendapatkan luaran klinis yang optimal pasca THR. Kesejajaran stem femur yang sesuai berperan dalam mendapatkan luaran yang diharapkan, terutama mencegah terjadinya impingement dan loosening. Meski demikian, tilting stem femur pada bidang sagital belum banyak diteliti dan pengaruhnya pada luaran klinis dan radiologis masih belum jelas. Pada studiini, peneliti ingin mengevaluasi posisi stem femur pada bidang sagital pasca THR cementless dan menganalisis hubungannya dengan luaran klinis dan parameter radiologis pascaoperasi.
Metode: Studi analitik observasional dengan desain potong lintang dilakukan pada total 71 panggul (67 pasien, usia 18-85 tahun) yang telah dilakukan prosedur THR cementless di dua pusat orthopedi di Jakarta, Indonesia. Semua panggul dioperasi dengan teknik anterolateral atau posterior dan menggunakan implan dengan desain extended/full- coating wedge tapered stem (Corail, Depuy) atau proximal-coated wedge tapered stem (EcoFit, Implantcast; M/L Taper, Zimmer). Evaluasi dilakukan pada satu waktu dengan median 1,1 tahun (13,7 bulan). Luaran klinis dievaluasi menggunakan penilaian dengan kusioner mHHS, nilai VAS pada nyeripaha depan, dan penilaian derajat lingkup gerak sendi panggul. Kesejajaran sagital stem femurdan variabel radiologis lainnya diukur dari foto polos pelvis dan femur. Subjek dibagi ke dalam3 grup (anterior tilt, netral, dan posterior tilt) dan dilakukan analisis luaran pada ketiga grup tersebut. Pada studi ini, peneliti juga melakukan studi bivariat antara kesejajaran sagital stem femur dengan morfologi femur, approach, dan desain implan untuk melihat efeknya terhadapposisi stem.
Hasil: Nilai median kesejajaran sagital stem adalah 2o (-4,3o – 7.2o) dengan posisi stem netralditemukan lebih banyak dibandingkan stem yang mengalami tilting (54,9% vs. 45,1%). Tidakditemukan perbedaan bermakna antara skor mHHS, nilai VAS nyeri paha, dan derajat ROM diantara ketiga grup stem alignment. Nilai anteversi dan offset implan pasca prosedur juga tidakdipengaruhi oleh posisi stem femur. Studi ini menemukan beberapa faktor yang mempengaruhi kesejajaran sagital stem yang bermakna secara statistik. Uji regresi linier pada morfologi femurmendapatkan bahwa setiap penambahan sudut kelengkungan anterior femur (femoral tilt) 1o berpotensi meningkatkan tilting stem femur sebesar 0,69o ke posterior (Coeff. = 0,502). Posisistem netral lebih banyak ditemukan pada approach anterolateral dibandingkan posterior(56,9% berbanding 50%; p=0,000). Anterior tilt ditemukan hanya pada approach posterior dansebaliknya posterior tilt ditemukan lebih banyak pada approach anterolateral approach (43,1%berbanding 20%). Deviasi stem juga ditemukan lebih besar secara proporsi pada proximal- coated stem dibandingkan dengan fully-coated stem (66,6% berbanding 37,7%; p=0,000).
Kesimpulan: Perbedaan kesejajaran stem femur di bidang sagital tidak mempengaruhi luaran klinis maupun radiologis pasien pasca operasi. Meskipun demikian, dalam memposisikan stem, approach ̧anterolateral merupakan teknik terbaik untuk mendapatkan posisi stem netral. Sebaliknya, deviasi stem banyak ditemukan pada approach posterior maupun tipe implant proximal-coated. Terkait morfologi femur, setiap penambahan 1o anterior bowing, posterior tilting dapat bertambah 0,69o. Temuan ini akan sangat berguna bagi klinisi dalam melakukan perencanaan preoperasi THR cementless untuk medapatkan posisi stem femur yang ideal.

Introduction: Optimal stem alignment is essential after THR. However, stem sagittal tilting has not been sufficiently investigated and outcome is still unclear. We aimed to evaluate sagittal stem position following cementless THR and its relationship with functional and radiological outcomes.
Method: Seventy-one hips underwent primary cementless THR. Median follow up was 1,1 years. Postoperative clinical and radiological outcomes were evaluated. Subjects divided based on tilting degree and outcomes were compared between groups. Bivariate analysis was performed between sagittal alignment and several influencing factors for stem position.
Results: Median sagittal alignment was 2º (-4,3º – 7.2º) with neutral stem more frequent. There were no significant differences on clinical or radiological outcomes. Test result showed 0,69º increase of posterior tilt for every 1º anterior bowing. Anterior tilting found only in posterior approach. Conversely, more posterior tilting after anterolateral approach. Larger stem deviation were found on proximal-coated stem.
Conclusion: Stem tilting in sagittal plane did not affect patient’s functional or radiological outcome postoperatively. Although, in term of stem positioning, anterolateral is the best approach to obtain neutral stem. In addition, for every degree of increased anterior femoral bowing, 0,69º increase in posterior stem tilting can be expected.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Relanfa Farando
"Latar belakang: Low back pain (LBP) dengan atau tanpa kelainan radikulopati merupakan penyebab utama disabilitas tertinggi ke 6 di dunia. LBP dapat disebabkan oleh stenosis foramen intervertebralis (SFI) lumbal yang disebabkan oleh proses degenerasi vertebra lumbal. Penilaian derajat SFI lumbal saat ini masih menggunakan potongan sagital, namun belum terdapat penilaian derajat SFI lumbal menggunakan potongan aksial Metode: Penelitian observasional analitik potong lintang menggunakan data sekunder; Sebanyak 54 pasien memenuhi kriteria penelitian yang telah dilakukan pemeriksaan MRI lumbal selama Januari 2023 hingga Desember 2023. Analisis kesesuaian antar 2 variabel kategorik disajikan dalam plot Kappa Cohen (R). Hasil: Kesesuaian pengukuran berdasarkan potongan axial dengan potongan sagital mempunyai nilai R sebesar 0,801; p <0,001) menunjukan kesesuaian diagnostik yang hampir sempurna dalam menilai SFI lumbal antara potongan aksial dengan sagital dan hasil uji nonparametrik menggunakan McNemar menunjukan tidak terdapat perbedaan kemampuan diagnosis derajat SFI lumbal mengunakan potongan aksial maupun sagital dengan nilai p 0,209 (p = < 0,5). Kesimpulan: Terdapat kesesuaian yang sangat baik antara potongan aksial dengan potongan sagital dalam menilai derajat SFI lumbal L4-5.

Background: Low back pain (LBP) with or without radiculopathy is the 6th leading cause of disability in the world. LBP can be caused by lumbar intervertebral foramen stenosis caused by the process of lumbar vertebral degeneration. Current assessment of lumbar intervertebral foramen stenosis degrees still uses sagittal planes, but there is no assessment of lumbar SFI degrees using axial planes Methods: Cross-sectional analytical observational study using secondary data; A total of 54 patients met the criteria for a lumbar MRI examination between January 2023 and December 2023. The conformity analysis among 2 categorical variables is presented in Cohen's Kappa plot (R). Results: The suitability of measurements based on axial planes to sagittal planes has an R value of 0.801; p <0.001) showed a near-perfect diagnostic fit in assessing lumbar SFI between axial and sagittal pieces and nonparametric test results using McNemar showed no difference in the ability to diagnose lumbar SFI degrees using axial and sagittal planes with a p value of 0.209 (p = < 0.5) Conclusion: There is an excellent fit between axial and sagittal planes in assessing grade of lumbar lumbar intervertebral foramen stenosis L4-5."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library