Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 535 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Achmad Jamil
"Lembar-lembar pada halaman berikut merupakan sebuah studi tentang peran politik Sutan Sjahrir tahun 1945-1947. Studi ini merupakan pendalaman dari mata kuliah Politik Indonesia yang berfokus pada peran politik Sjahrir sekaligus melihat persoalanpersoalan yang dihadapi bangsa ini di awal kemerdekaan. Mempelajari peran politik Sjahrir 1945-1947 berarti perhatian akan tertuju pada periode revolusi Indonesia, suatu masa di mana terjadi perubahan kekuasaan secara cepat dari bangsa terjajah menjadi bangsa merdeka. Para pemimpin gerakan nasionalis memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang arah dan bentuk negara yang ingin diciptakan. Secara sederhana elit politik ketika itu terbelah dalam mereka yang melihat Barat sebagai suatu model pemerintahan seperti Matta dan Sjahrir dan mereka yang menolaknya karena berpendapat model Barat tidak mencerminkan apa yang terjadi di Indonesia. Dapat dikatakan Soekarno termasuk tokoh utama golongan ini.
Sebagai seorang yang pernah tinggal dan mengenyam pendidikan di negeri Belanda, Sjahrir melihat kehidupan bangsa yang demokratis dapat diciptakan jika negara yang didirikan mengambil model seperti apa yang dilihatnya di negeri Belanda. Peran politik yang dimainkan Sjahrir didasari oleh pemikiran sosial sebagai penentangannya terhadap kapitalisme yang mengakibatkan timbulnya kolonialisme. Sistem pemerintahan parlementer dengan banyak partai dengan lembaga perwakilan pada tiap daerah menurut Sjahrir sangat cocok untuk Indonesia yang memiliki begitu banyak keragaman.
Dalam menghadapi kedatangan Sekutu dan Belanda setelah kekalahan Jepang, Sjahrir melihat diplomasi sebagai satu-satunya jalan keluar bagi pengakuan kemerdekaan Indonesia. Bagi Soekarno-Hatta, Sjahrir adalah orang yang paling tepat untuk tugas itu. Sebagai orang yang anti fasis dan pro Barat, Sjahrir tentu akan mudah diterima baik Belanda maupun Sekutu. Kebijakan politik Sjahrir di bidang diplomasi mendapatkan oposisi yang kuat dari Tan Halaka dengan Persatuan Perjuangannya yang mendapat dukungan dari sebagian tentara. Naiknya Sjahrir ke pentas politik berkat dukungan yang diperolehnya dari para pemuda yang tidak puas terhadap kelambanan pemerintahan Sukarno-Hatta dalam menyelesaikan berbagai persoalan dua bulan sebelum proklamasi. Dukungan dari pemuda ini sebenarnya bersifat semu karena kemudian banyak diantaranya berbalik menentangnya. Pendukung fanatik Sjahrir berasal dari pemuda perkotaan yang mendapat pendidikan Barat yang melihat Sjahrir sebagai representasi dari pandangan mereka, mereka yang masuk dalam lingkaran itu disebut dengan kelompok Sjahrir. Tidak dapat diabaikan adalah dukungan yang besar dari Dwitunggal Soekarno-Hatta terhadap kebijakan Sjahrir yang membuat peran politiknya memiliki pengaruh besar pada periode ini. Puncak perubahan penting setelah proklamasi adalah terjadinya pergeseran kekuasaan dari Soekarno kepada Sjahrir pada tanggal 14 November 1945. Melalui manuver politik dalam KNIP, Sjahrir. berhasil mendapat persetujuan pemerintah untuk berlangsungnya sebuah pemerintahan parlementer.
Teori yang digunakan dalam studi ini yaitu peran kaum cendekiawan di dunia ketiga setelah berakhirnya Perang Dunia kedua, pemikiran sosialisme demokratis dan pendapat beberapa ahli tentang peran politik Sjahrir. Instrumen penelitian ini studi literatur dan wawancara mendalam.
Dari analisa dan interpretasi data menunjukkan bahwa teori tersebut relevan untuk menjelaskan studi ini. Setelah berakhirnya Perang Dunia kedua banyak negera-negara bekas jajahan muncul menjadi negara merdeka. Peran politik mereka sangat menentukan bentuk dan visi bangsa tersebut karena pada umumnya mereka adalah pemimpin nasionalis yang telah jauh sebelumnya memperjuangkan kemerdekaan. Langkah-langkah politik Sjahrir pada periode 1945-1947 dapat dimengerti dengan melihat pomikiran politik sosial demokratis yang dianutnya. Sedangkan pendapat beberapa ahli tentang peran politik Sjahrir akan berguna untuk membawa kita pada suatu sintesis, feodalisme, fasisme, anarkisme suatu watak yang harus ditinggalkan jika mau menjadi bangsa demokratis. Studi ini barangkali studi mau mengatakan, kearah mana Sjahrir memikirkan untuk membawa bahtera bangsa ini dahulu sampai kini kita masih belum dapat berlabuh."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Indani
"There is an increasing need for nonprofit organizations to improve their way of management and operation so that they can optimally use its limited resources to provide better services to its environment. Budgeting is one of a number of important areas of management and operation. The thesis focuses on the use of budgeting as planning and controlling tools in a nonprofit organization. The information required in the development of the thesis is obtained through field study in AIESEC International as well as a study of literatures in the libraries. AIESEC International formulates its year plan prior to the development of annual budget. In such a manner, available resources can be allocated based on the priorities to achieve the organizational goals. In developing its budget, AIESEC International applies participatory budgeting with bottom-up approach. This way, the budget developed may contain a more reliable data as the persons involved are familiar with daily operation. As the budget is developed, it is then reviewed and approved by AIESEC member countries. The development of expenditures budget precedes the development of revenues budget. The targeted revenues are then expected to be balanced the estimated expenditures. The budget structure follows the management structure of AIESEC International, in which it consists of budgets for functional key areas as well as for the regions. AIESEC International allocates its revenues and expenditures to one unrestricted and a number of restricted funds. The revenues are generated from internal and external financial sources. Revenues from internal sources consist of fees collection from member countries, while those from external sources are mostly in the forms of sponsorship, grants and donations from government, private institutions and companies. As an attempt to obtain a better reflection of financial condition, starting in the 1992/1993 financial year, the accrual basis accounting is used as the revenues recognition method, replacing the former cash basis accounting. It can be concluded that AIESEC International has been using the budget as its planning and coordination tools. However, the use of budget as a controlling and performance evaluation tools has not been fully implemented."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18848
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Puspitasari
"This research is abaout the implementation of record manager?s role Engineering Faculty of Indonesian University (FTUI). It is qualitative approach with study case method to comprehend record management process at FTUI being conducted. The result shows that
the roles of record manager are played by faculty secretary and general manager whom they both manage the record based on their knowledge and experiences. It shows also among the staff whom conducting the practical of record managing. The implementation
of record manager?s role in managing Engineering Faculty of Indonesian University?s record comprehended as symbolic role. It
means that structurally in UI record management is on faculty secretary but in fact record management done by general manager.
Penelitian ini merupakan pelaksanaan peran rekor manajer Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI).Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus untuk memahami proses manajemen catatan di FTUI sedang dilakukan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa peran manajer rekaman yang dimainkan oleh sekretaris fakultas dan general manager yang mereka berdua mengelola catatan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka. Ini menunjukkan juga di antara staf yang
melakukan pengelolaan arsip. Pelaksanaan peran rekor manajer dalam mengelola Fakultas Teknik rekor Universitas Indonesia ini dipahami sebagai peran simbolis. Ini berarti bahwa secara struktural di UI catatan manajemen adalah pada sekretaris
fakultas tapi dalam manajemen catatan sebenarnya dilakukan oleh general manager.
"
Universitas Airlangga, 2016
020 PAL 7:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Soemilah Sastroamidjojo
"Perkenankanlah saya terlebih dahulu memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang Masa Esa atas rahmat dan karunia-Nya hingga upacara pengukuhan saya sebagai Guru Besar Tetap dalam lhnu Gizi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dapat terselenggara pada hari ini. Saya ucapkan terima kasih kepada para hadirin sekalian yang telah memberikan perhatian dan meluangkan waktu untuk menghadiri pengukuhan saya.
Pada tahun ini kita akan mengakhiri Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (PJPT-I) dan akan memulai PJPT II pada tahun depan yaitu awal era tinggal landas. Tujuan utama era tinggal landas pembangunan nasional ini adalah pengembangan sumberdaya manusia yang berkualitas tinggi. Salah satu upaya di bidang kesehatan yang mempunyai dampak besar terhadap peningkatan kualitas sumberdaya manusia tersebut, adalah upaya peningkatan gizi masyakarat. Kiranya wajar kalau pada kesempatan ini saya memilih judul:
Peranan Perguruan Tinggi dalam Upaya Perbaikan Gizi di Indonesia
Masalah gizi telah diidentifikasi di Indonesia sebelum Perang Dunia II. Setelah Perang Dunia II yaitu setelah kemerdekaan, sekitar tahun 1950-1965, beberapa daerah di Indonesia mengalami krisis pangan, busung lapar, 3-5% anak-anak menderita Kurang Kalori Protein berat dan pendarita Kwashiorkor serta Marasmus mudah ditemukan di bangsal-bangsal rumah sakit.
Usaha pemerintah untuk menanggulangi masalah gizi telah lama dilakukan di Indonesia. Ini tercermin pada program-program sebelum dan selama PJPT-I. Pada tahun lima puluhan dibentuk Panitia Negara Perbaikan Menu Makanan Rakyat, dibangun Lembaga Makanan Rakyat dan pada tahun 1963 diadakan Applied Nutrition Program, yang kemudian dikenal sebagai Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Dalam Repelita I (1969-1974) dan Repelita II (1974-1979) pembangunan sektor pertanian serta produksi pangan mendapat prioritas, Nutritional Surveillance System/Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) dirintis dalam bentuk Pilot Project pada tahun 1979. Pilot Project ini berkembang menjadi Sistem Isyarat Dini dan Intervensi (SIDI)/Early Warning Information and Intervension System yang kemudian menjadi Timely Warning System. Selanjutnya salah satu tujuan utama Repelita III adalah pengembangan UPGK hingga mencakup 75% desa yang tersebar di 27 propinsi. Dalam Repelita IV program perbaikan gizi merupakan bagian dari program program bidang kesehatan, pertanian, pembangunan daerah pedesaan serta kependudukan, sedangkan dalam Repelita terakhir PJPT-I (1989-1994) upaya perbaikan pangan dan gizi dikaitkan dengan peningkatan kualitas hidup penduduk.
Ternyata PJPT-I berhasil dan keberhasilannya dalam bidang pertumbuhan ekonomi, perkembangan bidang pertanian, keluarga berencana serta penunman angka kematian bayi telah mengubah keadaan pangan dan gizi di Indonesia. Dan pengimpor beras nomor satu di dunia, Indonesia menjadi negara swasembada pangan dan prevalensi penyakit-penyakit kurang gizi utama sekitar tahun 1990 lebih rendah jika dibandingkan dengan sekitar tahun 1980; penyakit Kurang Kalori Protein dari 29,9% menjadi 10,48%, Kurang Vitamin A (KVA) dari 1,4% menjadi 0,7%, Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) dari 37,2% menjadi 23,2% dan Anemia Gizi dari 70% menjadi 55%. Tetapi juga diidentifikasi gizi lebih di kelompok masyarakat tertentu.
Keberhasilan PJPT-I dalam upaya perbaikan gizi tidak lepas dari pendekatan sistem yang dipakai serta perkembangan kelembagaan gizi di Indonesia."
Jakarta: UI-Press, 1993
PGB 0124
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Madubrangti
"ABSTRAK
Nojuu Shinsaku, dari Pusat Penelitian Bimbingan Kehidupan Anak di Jepang mengatakan tentang apa yang disebut ijime sebagai berikut : ( 1989: 44 )
Penjelasannya:
"Yang disebut ijime berbeda dengan perkelahian, tetapi merupakan suatu perbuatan seseorang yang mempunyai kekuatan dalam beberapa bentuk untuk dapat melakukan penyerangan searah terhadap yang menjadi lawannya. Orang yang berada dalam posisi yang kuat menyerang orang yang berada dalam posisi yang lemah baik seoara fisik maupun mental, dan mempunyai ciri bahwa yang melakukan itu merasa senang apabila melihat lawannya menderita atau menjadi kesal. Ijime mempunyai ciri bukan dilakukan dengan berakhir dalam satu kali perbuatan seperti halnya dalam suatu perkelahian, tetapi dilakukan dalam masa yang panjang.
Ijime berbeda dengan apa yang disebut perkelahian, karena berkelahi di dalam suatu perkelahian biasanya dilakukan oleh satu lawan satu orang, tetapi ijime kelihatannya semacam perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok besar orang terhadap sekelompok kecil orang atau oleh beberapa orang terhadap satu orang. Selain itu, ijime tidak hanya dilakukan satu kali perbuatan, tetapi dilakukan berkali-kali dalam masa yang panjang.
Ijime sekarang menunjukkan bentuk tersendiri pada masyarakat anak sekolah di Jepang akhir-akhir ini dalam melakukan suatu perbuatan atau tindakan di lingkungan sekolahnya sendiri dalam bentuk gendai no ijime `ijime masa kini'. Di dalam gendai no ijime lebih menunjukkan adanya dochokeiko 'kebersamaan yang kolektif' dalam melakukan suatu perbuatan atau tindakan secara bersama yang disebut doohokodo 'perbuatan secara bersama-sama.
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Connecticut : Libraries Unlimited, 2005
374.012 4 LEA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bornstein, Robert F
APA: Washington D.C, 2002
150.195 PSY
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lesikar, Raymond Vincent
Boston: McGraw-Hill/Irwin , 2002
651.74 LES b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Washington DC: National Academy Press, 1992
338.880 9 GOV
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Manuella Nuryani Jasmine Z.
"Kinerja manajer wanita dipandang lebih inferior daripada manajer pria. Penelitian mengenai perbandingan kinerja manajer pria dan wanita selalu menggunakan kinerja kuantitatif (penilaian kinerja oleh perusahaan). Menurut Lawler (dalam Rabinowitz & Hall, 1977), ada cara lain yaitu penilaian kinerja secara kualitatif (keterlibatan kerja). Penilaian ini mempunyai lingkup yang lebih luas dan hasil yang diperoleh sejalan dengan penilaian kinerja kuantitatif.
Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan kinerja (keterlibatan kerja) manajer pda dan wanita. Dalam melakukan kinerjanya, seorang manajer harus menjalankan 4 fungsi utama (perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan memimpin bawahan) dimana fungsi memimpin memegang peranan terpenting (Baron & Greenberg, 1990). Menurut Rosener (dalam Gabarro, 1990), ada perbedaan gaya kepemimpinan manajer pria dan wanita. Manajer pria memiliki gaya kepemimpinan berorientasi tugas atau Memprakarsai Struktur, sedangkan manajer wanita berorientasi Tenggang Rasa. Adanya perbedaan gaya kepemimpinan ini disebabkan proses sosialisasi peran jenis kelamin yang berbeda antara manajer pria dan wanita. Wanita ditanamkan nilai-nilai feminin, sehingga gaya kepemimpinannya mengarah kepada gaya kepemimpinan Tenggang Rasa. Pria ditanamkan nilai-nilai maskulin, sehingga mengarah kepada gaya kepemimpinan Memprakarsai Struktur. Kedua gaya ini walaupun berbeda, tetapi tidak mengarah kepada perbedaan keterlibatan kerja. Hal terakhir ini tidak didukung oleh Reddin (1970) yang berpandangan bahwa manajer pria dan wanita seharusnya memiliki gaya kepemimpinan integrasi (kombinasi Memprakarsai Struktur dan Tenggang Rasa) agar mengarah kepada keterlibatan kerja tinggi.
Berdasarkan hal ini mungkin dapat disimpulkan bahwa keterlibatan kerja pria dan wanita dipengaruhi oleh faktor peran jenis kelamin dan gaya kepemimpinan. Oleh sebab itu, permasalahan umum dalam penelitian ini, Bagaimana perbandingan gambaran peran jenis kelamin, gaya kepemimpinan dan keterlibatan kerja antara manajer pria dan wanita. Variabel penelitian ini adalah variiabel peran jenis kelamin (maskulin, feminin dan androgini), variabel gaya kepemimpinan (gaya kepemimpinan terpisah, berhubungan, dedikasi dan integrasi) dan variabel keterlibatan kerja (keterlibatan kerja tinggi dan rendah).
Sampel yang digunakan berjumlah 36 manajer pria dan 33 manajer wanita. Tehnik pengambilan sampel secara accidental dan metode pengumpulan data menggunakan 3 kuesioner yaitu Kuesioner Teori Kebutuhan Dua Faktor Herzberg (mengukur keterlibatan kerja), Skala Maskulin-Feminin (mengukur peran jenis kelamin) dan Kuesioner Opini Kepemimpinan (mengukur gaya kepemimpinan).
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan peran jenis kelamin antara manajer pria dan wanita. Mayoritas manajer pria mempunyai peran jenis kelamin maskulin, sedangkan mayoritas manajer wanita mempunyai peran jenis kelamin androgini. Dalam hal gaya kepemimpinan, tidak ada perbedaan antara manajer pria dan wanita, namun mayoritas manajer pria dan wanita mempunyai gaya kepemimpinan integrasi. Dalam hal keterlibatan kerja, tidak ada perbedaan antara manajer pria dan wanita. Mayoritas manajer pria dan wanita dengan keterlibatan kerja tinggi berada pada gaya kepemimpinan integrasi, dengan peran jenis kelamin maskulin pada manajer pria dan androgini pada manajer wanita. Hanya 1 orang manajer pria yang mempunyai keterlibatan kerja rendah dan tidak seorang pun manajer wanita yang mempunyai keterlibatan kera rendah."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
S2335
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>