Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Henny Supriyati Widyaningsih
"Penelitian ini didasari pada suatu anggapan bahwa setiap individu yang terlibat dalam suatu kegiatan organisasi (karyawan) secara otomatis akan membuat perjanjian psikologis sebagai pelengkap perjanjian ekonomis. Artinya jika mereka mencurahkan tenaga dan loyalitasnya dalam kadar tertentu akan menuntut lebih dari hanya sekedar imbalan ekonomi atau gaji. Hal inilah yang merupakan indikasi dan adanya kepuasan kerja bagi karyawan di sebuah perusahaan.
Berangkat dari anggapan diatas, permasalahan pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini menyangkut seberapa jauh faktor komunikasi, yang tercakup dalam iklim komunikasi, turut mempengaruhi kepuasan kerja karyawan di kalangan ?public relations officer? (PRO) di Jakarta. Dipilihnya kalangan PRO yaitu dengan asumsi bahwa PRO mempunyai posisi strategis dalam melaksanakan komunikasi internal dan eksternal sehubungan dengan menciptakan citra positif dari suatu organisasi.
Untuk kebutuhan itu penulis mewawancarai 128 responden sebagai sampel yang ditarik dengan cara kuota. Dan responden dipilih dengan cara accidental, yakni mewawancarai PRO baik dan perusahaan semi pemerintah atau swasta yang ditemui di Jakarta. Sedangkan tipe penelitian ini adalah eksplanatif, yakni untuk melihat secara lebih jauh keterkaitan variabel-variabel komunikasi dan juga non komunikasi dengan variabeI kepuasan kerja. Dan analisis data dilakukan dengan 2 tahap, yakni analisis deskriptif dan analisis diskriminan (inferensial). Analisis deskriptif dimaksudkan untuk melihat tingkat signifikansi perbedaan melalui penghitungan "chi square" (X2) dengan level p< 0.05. Dan analisis diskriminan dimaksudkan untuk melihat perbedaan 2 kelompok (kepuasan dan ketidak puasan) dikaitkan dengan beberapa variabel secara bersamaan.
Dari hasil analisis deskriptif, diketahui bahwa yang mempunyai signifikansi perbedaan kuat terhadap kepuasan kerja secara keseluruhan berasal dari faktor komunikasi. Namun jika dilihat secara parsial, faktor-faktor tersebut tidak selalu memberikan signifikansi yang cukup kuat terhadap masing-masing indikator kepuasan, kecuali untuk kepuasan akan tugas dan kepuasan akan kecocokkan pekerjaan.
Berdasarkan hasil klasiflkasi analisis diskriminan, ke 16 variabel diskriminan tetah membedakan secara benar antara kelompok yang puas dan tidak puas dari kepuasan kerja secara keseluruhan. Berdasarkan F rasio, terdapat 8 variabel yang dengan nyata membedakan tingkat kepuasan responden. Dari 8 variabel tadi hanya 2 variabel komunikasi (kejelasan tujuan dan daya dukungan) yang memberikan kontribusi paling nyata.
Kecenderungan di atas terjadi pula jika dilihat dari setiap indikator kepuasan kerja. Namun demikian tidak semua dari 16 variabel diskriminan memberikan kontribusi pada masing-masing indikator kepuasan. Untuk kepuasan tugas, dari 7 variabel yang signifikan, hanya 2 variabel (tujuan organisasi dan kepercayaan) yang mempunyai kontribusi yang paling nyata. Untuk kepuasan disiplin, dari 5 variabel yang membedakan kepuasan, hanya 2 variabel yang secara nyata memberikan kontribusi. Pada kepuasan kecocokkan kerja, dari 7 yang signifikan, 5 diantaranya memberikan kontribusi yang kuat. Dan untuk kepuasan pemecahan masalah, hanya 1 variabel (promosi jabatan) yang membedakan dan memberikan kontribusi yang kuat.
Dan temuan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor komunikasi, antara lain mencakup variabel kepercayaan, daya dukungan, kejelasan tujuan dan penghargaan, dapat menjadi prediktor terhadap kepuasan kerja para PRO. Disamping itu ada pula faktor non komunikasi yang turut serta mempengaruhi kepuasan kerja para PRO tersebut, antara lain adalah gaji, promosi jabatan, kesesuaian peran dan budaya organisasi. Hal ini sejalan dengan model yang dikemukakan oleh Herzberg bahwa kepuasan kerja ditentukan oleh 2 faktor, yaitu faktor satisfiers dan dissatisfiers. Jadi dapat dikatakan bahwa kepuasan kerja ini banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor komunikasi. Sementara faktor-faktor non komunikasi tetap memberi dukungan dan merupakan faktor pemelihara terhadap kepuasan kerja karyawan."
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Wiryono HS
"Periklanan merupakan suatu bentuk komunikasi yang dapat berfungsi untuk memberi informasi mengenai suatu produk. Dalam penelitian ini strategi komunikasi yang akan diteliti adalah kegiatan komunikasi melalui iklan copy panjang, yaitu suatu bentuk iklan dengan naskah (copy) yang terdiri dari 50 kata atau lebih. Dalam skripsi ini peneliti akan melihat apakah iklan copy panjang mempunyai pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan tanggapan khalayak dengan tingkat pendidikan menengah dan tinggi. Iklan Singapura dipilih sebagai kasus iklan copy panjang karena memenuhi kriteria lebih dari 50 kata tersebut dan juga karena seseorang yang diharap akan mengunjungi Siadalah ngapura mereka dari kelompok menengah ke atas, baik dari segi penghasilan, maupun pendidikan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah iklan copy panjang di majalah bisa berpengaruh yaitu meningkatkan pengetahuan dan tanggapan khalayak mengenai Singapura dari mereka yang berpendidikan tinggi dan mereka yang berpendidikan menengah. Sifat penelitian ini adalah diskriptif analitis yang dimaksudkan sebagai usaha untuk membuat penjelasan mengapa suatu hubungan terjadi secara tidak menyeluruh. Sifat hubungan itu sendiri diterangkan berdasarkan latar belakang teoritis dan data empiris yang diperoleh dari suatu sampel survey. Populasi penelitian ini terdiri dari kalangan menengah atas yang dilihat dari segi penghasilan, pekerjaan serta memiliki status pendidikan sedang sampai tinggi. Sampel ditarik secara tidak acak (purposif), dengan syarat antara lain bahwa responden dalam sampel adalah mereka yang belum pernah melihat iklan dan belum pernah bepergian ke Singapura.Dari sampel yang purposif itu kemudian ditarik secara proporsional berdasarkan tingkat pendidikan, dengan jumlah sampel sebanyak 120 responden, pendidikan diwakili oleh 60 responden. Peningkatan pengetahuan seseorang dalam penelitian. ini diukur dengan selisih tingkat pengetahuan sebelum dan setelah ditampilkan iklan kemudian disebut sebagai peningkatan pengetahuan, yang kemudian dipisahkan dalam ukuran kategori tinggi, rendah, dan sedang. Tanggapan diukur dengan kesukaan (suka) atau tidak suka terhadap iklan. Dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa hampir seluruh responden tanggapannya pada iklan di majalah positif, akan tetapi yanggapan dan reaksi mereka terhadap iklan dengan copy panjang tersebut ternyata banyak yang tidak menyukai jenis iklan dengan copy panjang tersebut. Hasil penelitian ini juga menyimpulkan bahwa sifatsifat demografi, sosial dan ekonomi, seperti jenis kelamin, umur, status perkawinan, dan ciri-ciri sosial ekonomi lainnya tidak mempunyai pengaruh yang berarti terhadap peningkatan pengetahuan responden tentang Singapura pada umumnya. Ada sedikit kekecualian yaitu pada peningkatan pengetahuan "tinggi", terlihat bahwa makin tua umur responden peningkatan pengetahuan kategori tinggi tersebut makin bertambah tinggi. Ternyata bahwa faktor pendidikan mempunyai pengaruh yang paling kuat terhadap peningkatan pengetahuan, walaupun hubungan itu relatif tidak terlalu kuat. Ini artinya makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin tinggi pula nilai atau score peningkatan pengetahuannya tentang Singapura ."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1991
S3965
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asih Dwi Hayu Pangestu
"ABSTRAK
Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia merupakan calon
edukator masyarakat agar siap menghadapi bencana. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan kesiapan bencana berdasarkan
karakteristik responden dan aplikasinya. Penelitian ini bersifat cross-sectional
dengan 100 responden yang diambil secara acak sederhana. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa mahasiswa keperawatan memiliki tingkat pengetahuan
tentang kesiapan bencana dengan rerata skor pengetahuan 15,14 dari maksimal 24
(95% CI, 14,7;15,6) dan tidak ada hubungan signifikan terhadap karakteristik
responden (p>0.05, α=0.05). Sebanyak 99% responden belum mampu
mengaplikasikan kesiapan bencana. Sosialisasi sarana tanggap darurat dan
evaluasi metode pendidikan bencana perlu dilakukan untuk meningkatkan
kesiapan bencana mahasiswa keperawatan.

ABSTRACT
Nursing students in University of Indonesia are future society educator about
disaster preparedness. This study aims to identify knowledge level of disaster
preparedness based on characteristic and its applications. This study used crosssectional
with 100 participants using random sampling. Result showed that
nursing students have knowledge level of disaster preparedness with average
knowledge score 15,14 from total 24 (95% CI, 14,7;15,6) with no significant
relations to human characteristics (p> 0.05, α= 0.05). As many as 99%
participants were unable to implement disaster preparedness. Socialization of
emergency planning and evaluation towards disaster education method need to do
to increase disaster preparedness among nursing students.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S42573
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Justi Amaria
"Organisasi, baik pemerintah maupun swasta, harus mampu mendayagunakan sumber daya yang dipunyai. Diantara berbagai sumber daya yang digunakan organisasi, tenaga kerja manusia merupakan sumber daya terpenting.
Kegiatan organisasi yang esensial sehubungan dengan keterlibatan manusia adalah komunikasi. Ada ungkapan ?Communication is the lifeblood of an organization" Komunikasi informal yang lebih menekankan pada hubungan antar pribadi sangat penting. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi merupakan prediktor yang tepat antara motivasi pekerja dan produktivitasnya dalam berbagai organisasi. Kontribusi yang penting terhadap motivasi kerja adalah kualitas hubungan karyawan dengan atasan karena itu pimpinan organisasi perlu memelihara motivasi kerja.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara efektivitas komunikasi antar pribadi dengan motivasi kerja. Menurut Yoseph De Vito dalam efektivitas komunikasi antar pribadi terdapat 5 unsur utama yaitu keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan.
Penelitian ini lebih jauh ingin melihat dari kelima faktor efektivitas komunikasi antar pribadi, faktor mana yang mempunyai pengaruh secara dominan terhadap motivasi kerja.
Dalam pengumpulan data, penulis mengedarkan kuesioner kepada pejabat struktural (eselon II, eselon III, eselon IV) Departemen Tenaga Kerja yang berada di pusat, sejumlah 159 orang. Sedangkan teknik analisis data dilakukan dengan dua tahap yaitu analisis deskriptif dan uji statistik Chi Square.
Dari hasil analisis deskriptif, diketahui bahwa mereka mempersepsikan adanya keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan dan kesamaan dari pimpinan/atasannya. Juga didapat hasil bahwa mereka mempunyai motivasi kerja yang cukup baik untuk mencapai prestasinya.
Hasil uji Chi Square menunjukkan secara bersamaan kelima dimensi efektivitas komunikasi antar pribadi memiliki hubungan yang cukup signifikan terhadap motivasi kerja. Tetapi bila dilihat dari masing-masing dimensi, maka dari kelima dimensi efektivitas komunikasi antar pribadi ternyata hanya dua diantaranya yang memiliki hubungan yang signifikan yaitu dimensi dukungan dan kepositifan (Sikap Positif). Adanya temuan atas pengaruh dukungan dan kepositifan ini jelas sangat baik sebagai landasan dalam upaya menciptakan kondisi kerja yang baik melalui komunikasi. Sementara itu ketiga variabel lainnya mempunyai hubungan yang secara statistik kurang signifikan.
Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor komunikasi cukup penting peranannya dalam meningkatkan motivasi kerja pegawai, meskipun mungkin ada faktor lain yang mempengaruhi."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T731
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mateus Arsent Theono
"Literasi keuangan merupakan salah satu literasi yang dianggap penting. Pasalnya, literasi keuangan menentukan kualitas dari keputusan keuangan yang akan menentukan keberlangsungan hidup individu, termasuk dalam keputusan investasi yang berorientasi masa depan. Penelitian lebih jauh mengenai fenomena yang ada di Indonesia perlu dilakukan untuk memahami karakteristik investor dan konteks untuk upaya untuk mengoptimalkan keputusan investasi. Penelitian kali ini meneliti pengaruh literasi keuangan terhadap keputusan investasi pada investor Indonesia dengan variabel kontrol latar belakang responden. Besaran sampel yang diteliti sebanyak 187 responden. Hasil penelitian membuktikan bahwa peningkatan literasi keuangan secara kuat dan positif meningkatkan peluang meningkatkan kategori keputusan investasi ke yang lebih tinggi. Namun, pengaruhnya hampir dapat diabaikan di tingkatan rendah dan sedang. Secara keseluruhan responden memiliki literasi keuangan yang baik dan keputusan investasi yang tergolong tinggi. Variabel kontrol latar belakang tidak berpengaruh secara signifikan sehingga penelitian sukses dalam mengontrol variabel kontrol. Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya penelitian di masa depan mengenai konteks yang terjadi di Indonesia, terutama dalam meneliti topik terkait. Implikasi manajerial dari penelitian ditujukan kepada investor individu untuk melatih keterampilan keuangan dan memahami kebutuhan keuangan pribadi, kepada investor dalam organisasi untuk menanamkan budaya literasi keuangan dan mengupayakan tujuan keuangan pemangku kepentingan serta bagi pengambil kebijakan untuk menanamkan budaya literasi keuangan dengan menyertai edukasi dalam program keuangan kepada masyarakat.

Financial literacy is thought to be one of the most important literacies. Essentially, financial literacy determines the quality of financial decisions which then determines the well-being of an individual, including investment decisions which are future-oriented. Further research about recurring phenomena in Indonesia needs to be done in order to understand the characteristics of investors and the context to optimise investment decisions. This research analysed the impact of financial literacy on investment decisions with respondents’ background as the control variable. The sample size is 187 respondents. Results show that an increment in financial literacy strongly and positively affects the likelihood for investment decisions to fall into the higher category. However, the effect is negligible in low and medium categories. Control variable does not affect dependent variable significantly so the research proves success in controlling control variable. Overall, respondents have good financial literacy level and most are classified in the high category in the investment decisions. Hopefully this research would contribute to augment the knowledge about the context in Indonesia, especially for future research. Managerial implications are aimed towards individual investors to train their financial skills and understand their personal financial needs, towards institutional investors to grow financial cultures within organisation and to fight for stakeholders’ goals and towards policy makers to grow financial culture in society by education through their programs."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiwayu Imano Fadhli
"Pada umumnya primigravida belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang proses serta prosedur persalinan. Dalam keadaan sehat primigravida dapat melahirkan pervaginam, namun akibat ketidaktahuan tentang proses serta prosedur persalinan, primigravida menjadi takut untuk melahirkan pervaginam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu primigravida tentang proses serta prosedur persalinan dan motivasi untuk melahirkan pervaginam. Penelitian ini bersifat cross sectional dengan 96 responden yang diambil melalui teknik quota sampling baik yang ditemui di Puskesmas maupun di rumah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 62,5% ibu primigravida memiliki pengetahuan tinggi tentang proses serta prosedur persalinan. Sebanyak 51% ibu primigravida memiliki motivasi yang tinggi untuk melahirkan pervaginam. Mayoritas primigravida memiliki pengetahuan tinggi tentang proses serta prosedur persalinan dan motivasi tinggi melahirkan pervaginam. Sosialisasi tentang proses dan prosedur persalinan serta motivasi dari tenaga kesehatan untuk melahirkan pervaginam dapat mengurangi angka kelahiran melalui operasi sesar dan kematian ibu dan bayi.

Generally primigravida do no thave enough knowledge about process and procedure of labor. In ahealthy state primigravida can give birth vaginally, but due to ignorance about the process and procedure of labor, primigravida be afraid to give birth vaginally. This study aims to describe the knowledge of primigravida about the process and procedure of labor and motivation to give birth vaginally. This studyis cross-sectional with 96 respondents were taken through aquota sampling technique is encountered either in the health center or at home.
The results showed that 62.5% primigravida has a high knowledge about the process and procedure of labor. A total of 51% primigravida highly motivated to give birth vaginally. The majority primgravida have high knowledge about the process and procedure of labor and motivate to giving birth vaginally. Socialization of labor processes and procedures and motivation from health workers to recommended primigravida to give birth vaginally, so that it can reduce the number of births by caesarean section and maternal and infant mortality.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S57176
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Triany
"Latar belakang. Dampak perubahan iklim menyebabkan tingginya penyebaran penyakit DBD, dan semakin meningkatnya jumlah KLB DBD dibeberapa wilayah kabupaten/kota di Indonesia. Pada bulan Januari 2016 terjadi KLB DBD di Kabupaten Tangerang.
Metodologi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian DBD pada saat KLB di Kabupaten Tangerang, menggunakan desain kasus kontrol dengan analisis multivariat uji logistic regresion. Jumlah sampel 201 terdiri dari 67 kasus dan 134 kontrol. Kasus adalah penderita DBD pada saat KLB dengan konfirmasi medis yang berusia 5-44 tahun, kontrol adalah tetangga kasus yang berada pada radius 100 dari rumah kasus. Data diambil langsung kerumah kasus dan kontrol yang dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2016.
Hasil penelitian, Kejadian DBD dipengaruhi oleh faktor umur OR: 22,87 (95% CI: 6,67-78,51), jenis kelamin 3,62 (95% CI : 1,71-7,67), kebiasaan tidur siang OR: 2,47 (95% CI:1,20-5,12), kontak dengan penderita OR: 2.22 (95% CI: 1,05-4,68) dan lingkungan rumah yang terdapat kebun/semak OR: 2,02 (95% CI: 0,99-4,14). Umur merupakan faktor dominan yang mempengaruhi kejadian DBD.
Disarankan. Masyarakat disarankan lebih waspada terhadap penyakit DBD dan kepada pemerintah agar meningkatkan promosi kesehatan tentang penyakit DBD sehingga masyarakat dapat berperanan dan berpartisipasi aktif dalam upaya pengendalian penyakit DBD.

Background. Impact of climate change to high spread of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) and also increasing number of DHF outbreak in some district or city in Indonesia. Outbreak of dengue fever occurred in Tangerang regency in January 2016.
Methods. The aim of this study was to determine influence factors of DHF outbreak incidence. This study was conducted in Tangerang Regency. A case-control study design with logistic regresion test of multivariate analysis. The total sample was 201, 67 cases of DHF and 134 controls. Cases were 5-44 years old DHF patients during an outbreak with medical confirmation. The control was a neighbor of cases who live in the radius of 100 meter. The study was conducted from February to May 2016 using the primary data.
Results, Incidence of dengue was influenced by age OR: 22.87 (95% CI: 6.67 to 78.51), the sex OR 3.62 (95% CI: 1.71 to 7.67), the habit of napping OR: 2.47 (95% CI: 1.20 to 5.12), contact with patients DHF OR: 2:22 (95% CI: 1.05 to 4.68) and a home environment there are gardens/shrubs OR: 2.02 ( 95% CI: 0.99 to 4.14) and DHF incidence. Age is the dominant factor affecting the incidence of DHF.
Suggestion. Increasing the awareness of DHF in the community. The government increased health promotion on DHF so that people can contribute and participate actively to control DHF.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Puspitasari
"ABSTRAK
Penyakit Jantung Koroner adalah pembunuh nomor satu di dunia, sulit ditangani
karena banyak faktor risiko yang berkontribusi. Penelitian bertujuan untuk
mengidentifikasi perilaku hidup pekerja PT. BXX yang dibentuk oleh faktor
predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor pendorong, menggunakan sequential
exploratory design, dimulai dengan pengambilan data kuantitatif untuk melihat
gambaran faktor risiko perilaku hidup, diikuti kualitatif melalui Focus Group
Discussion untuk memperdalam analisis faktor risiko yang teridentifikasi. Hasil
telitian mend apatkan perilaku hidup sebagian besar pekerja PT. BXX tidak sehat,
yaitu 57,89% responden kurang konsumsi sayur dan buah, 46,05% responden
tidak berolahraga, 40,79% kurang olahraga, dan 93,42% responden mengalami
kelebihan berat badan dan kegemukan.

ABSTRACT
Coronary Heart Disease is the number one killer in this world, it is difficult to be
cured because there are many factors that contributing on it. This research aims to
identify life behavior of PT. BXX workers which formed by pre-disposing factors,
enabling factors, and reinforcing factors. Sequential exploratory design is used by
collecting quantitative data at the beginning to describe the risk factors of life
behavior, followed by the qualitative data which is collected by holding a Focus
Group Discussion to analyze the identified risk factors further. This research
result shows that the life behavior of majority of PT. BXX workers are unhealthy,
which are explained more that 57.89% of the respondents are consuming less
vegetable and fruit, 46,05% of the respondents are not working out, and 93,42%
of the respondents are overweight and obese"
2017
T48318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Astuti Ratna Kusumadewi
"Merebaknya virus corona (COVID-19) telah menyebabkan gangguan pada pola perjalanan dan aktivitas mobilitas.  Namun demikian, hal tersebut berubah pada saat epidemi virus ini mulai menurun. Pada periode Omicron, orang dianggap sudah memahami upaya pengurangan penyebaran virus dan mayoritas penduduk juga telah divaksin. Dengan penerapan protocol kesehatan, pekerja yang sebelumnya melakukan WFH sudah diharuskan WFO kembali. Wilayah pelayanan transportasi yang baik adalah apabila memiliki moda transportasi umum lengkap dengan kualitas yang baik. Dengan tujuan untuk mengetahui pola pemilihan transportasi umum berdasarkan kualitas pelayanan transportasi umum, studi ini menggunakan data sekunder dari instansi yang mengelola transportasi umum, dan kuesioner guna mengetahui karakteristik pelaku perjalanan dengan tujuan perjalanannya. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan tabulasi silang, sedangkan analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perjalanan jarak pendek, responden tidak memperhatikan kualitas pelayanan moda transportasi, namun menggunakan moda transportasi yang paling mudah didapat. Pada perjalanan jarak sedang, responden memilih moda transportasi umum yang paling mudah dijangkau jaraknya, namun tetap memperhatikan penerapan protokol kesehatan. Untuk perjalanan jarak jauh, responden memilih moda dengan tarif yang murah, pelayanan yang baik dan dengan penerapan protocol kesehatan yang ketat. Kesimpulan menunjukkan bahwa wilayah dengan kualitas pelayanan moda transportasi terbaik tidak berarti memberikan lebih banyak pilihan.  Hal ini disebabkan karena pemilihan moda transportasi umum dipengaruhi oleh tujuan, penggunaan waktu dan jarak perjalanan, serta profil ekonomi responden.

The outbreak of the coronavirus (COVID-19) has caused major disruptions to travel patterns and mobility activities. However, that situation changed when the epidemic of this virus began to decline. During the Omicron period, people considered to have understood more about this disease, and the majority of residents had been vaccinated. Therefore, by implementing the health protocol, workers who previously carried out Work From Home necessary to return to Work From Office. A good transportation service area is when it has complete public transportation modes of good quality. This study uses secondary data from agencies that manage public transportation, and questionnaires to determine the characteristics of travelers with their travel destinations. Data processing was carried out using cross-tabulations, while analysis was carried out using a spatial approach. The results showed that on short-distance trips, respondents not paying attention to the service quality of the transportation modes but used the most accessible. On medium-distance trips, respondents chose the public transportation mode that was the easiest to reach but still paid attention to the implementation of the health protocol. For long-distance trips, respondents choose a mode with low fares, good service, and the application of strict health protocols. The conclusion shows that the region with the best service quality of transportation modes does not necessarily provide more choices. The choice of public transportation mode is influenced by the destination, use of travel time and distance, as well as the economic profile of the respondent."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>