Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Edi Hartini Sundoro
"Karies gigi masih merupakan masalah di Indonesia. Karena itu pencegahan yang efektif, mudah, dan murah masih perlu diperhatikan. Flour sudah umum digunakan dalam mencegah karies. Teh mengandung flour dan beberapa penelitian mengenai pencegahan karies dengan the sudah dilakukan. Antara lain Departemen Kesehatan (1987) pada murid sekolah dasar di Cilandak yang menyimpulkan bahwa teh mempunyai pengaruh positif dalam program pencegahan karies gigi. Penelitian ini ditujukan untuk membuktikan bahwa teh dapat menyebabkan remineralisasi email yang sudah didemineralisasi. Sample adalah lempeng email gigi insisif manusia yang diukur kekerasannya dengan ukuran KHN sebelum dan sesudah demineralisasi, dan sesudah direndam dalam teh 1,2, dan 3 kali setiap hari selama 4-8 minggu. Sebagai pembanding digunakan air biasa yang digunakan untuk menyeduh teh. Selama penelitian lempeng email disimpan dalam aquades. Sebagai kesimpulan dinyatakan bahwa teh dapat meyebabkan remineralisasi pada email yang sudah di demineralisasi. Dan hasil remineralisasinya lebih tinggi secara bermakna (p<0,05) daripada jika direndam dengan air. Tidak ada perbedaan antara angka kekerasan kelompok yang direndam dalam teh atau air yang dilakuakan 1,2,3 kali setiap harinya. Juga tidak ada perbedaan bermakna angka kekerasan email yang direndam teh atau air dan dilakukan 4,6 dan 8 minggu."
1988
LP-01-88
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Waviyatul Ahdi
"Latar Belakang: Polymer Induced Liquid Precursor (PILP) merupakan remineralisasi biomimetik dengan menggunakan bahan polimer anionik sintetik yang dapat menggantikan peran protein non kolagen dalam remineralisasi intrafibrillar. Asam poliaspartik merupakan salah satu material analog protein non kolagen yang penting dalam proses PILP. Nanodroplet yang terbentuk dalam proses PILP mampu berdifusi ke dalam intrafibrillar kolagen ataupun gap zone yang memiliki ukuran 40 nanometer dan mengalami kristalisasi.
Tujuan: Menganalisis remineralisasi intrafibrillar dan ukuran kristal hidroksiapatit yang terbentuk.
Metode: Evaluasi efek asam poliaspartik dalam proses PILP pada remineralisasi intrafibrillar selama 3, 7 dan 14 hari melalui TEM dan ukuran kristal hidroksiapatit yang terbentuk melalui XRD.
Hasil: Ada perbedaan signifikan secara evaluasi deskriptif antar kelompok remineralisasi 3, 7 dan 14 hari terhadap kelompok demineralized dentin pada remineraliasi intrafibrillar. Tidak terdapat perbedaan bermakna antar kelompok remineralisasi maupun kelompok demineralized dentin terhadap ukuran kristal hidroksiapatit.
Kesimpulan: Asam poliaspartik dalam proses PILP memiliki potensi dalam remineralisasi intrafibrillar.

Background: Polymer Induced Liquid Precursor (PILP) is a biomimetic remineralization using synthetic anionic polymer material that can replace the role of non-collagen proteins in intrafibrillar remineralization. Polyaspartic acid is one of the non collagen protein analog materials that is important in the PILP process. Nanodroplet formed in the PILP process is able to diffuse into intrafibrillar collagen or gap zones that have a size of 40 nanometers and crystallize. Purpose: To analyze the intrafibrillar remineralization and the size of hydroxyapatite crystal formed.
Methods: Evaluation of the effect of polyaspartic acid in PILP process on intrafibrillar remineralization for 3, 7 and 14 days through TEM and the size of hydroxyapatite crystal formed through XRD.
Result: There was a significant difference in descriptive evaluation between remineralization groups of 3, 7 and 14 days against the demineralized dentin group in intrafibrillar remineralization. There were no significant differences between the remineralization group and the demineralized dentin group to the size of hydroxyapatite crystals.
Conclusion: Polyaspartic acid within PILP process has potential ability in intrafibrillar remineralization.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aryo Megantoro
"Karies gigi merupakan salah satu penyakit infeksi jaringan keras gigi yang sangat banyak menyerang penduduk Indonesia, dengan tingkat prevalensi lebih dari 90%. Karies terjadi sebagai akibat ketidakseimbangan proses demineralisasi dan remineralisasi yang terjadi pada permukaan gigi, yaitu pada saat tingkat demineralisasi terjadi lebih tinggi daripada remineralisasi. Untuk menanggulangi masalah karies, diperlukan usaha preventif yang terjangkau oleh masyarakat. Salah satu agen yang dipercaya dapat mencegah terjadinya karies adalah xylitol. Penelitian-penelitian terdahulu telah menyatakan bahwa xylitol dapat meningkatkan remineralisasi. Pada penelitian ini, diteliti pengaruh penambahan xylitol pada larutan remineralisasi pada permukaan email yang didemineralisasi ditinjau dari struktur permukaan email gigi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 22 potong spesimen gigi yang dikelompokkan menjadi kelompok kontrol positif, kontrol negatif, dan perlakuan. Seluruh spesimen gigi, kecuali kelompok kontrol positif, direndam ke dalam larutan asam asetat dengan pH 4 selama 2x24 jam pada suhu 500C. Setelah itu, kelompok perlakuan dibagi ke dalam dua kelompok dan direndam kembali ke dalam larutan reminerlisasi, yang mengandung 20% dan 50% xylitol pada suhu 370C selama 2x7 hari. Seluruh sampel difoto dengan menggunakan SEM (Scaning Electron Micrograf) pada laboratorium CMPFA FTUI dan dilakukan analisis secara kualitatif. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa xylitol dapat memicu terjadinya proses remineralisasi pada permukaan gigi yang telah mengalami demineralisasi.

Dental caries is one of the infection diseases on the tooth. Its prevalence in Indonesia is more than 90%. Caries happened when there is unbalance condition between demineralization and remineralization process, which is higher in demineralization. To prevent the dental caries, there should be preventive programs that can be reached by all people. One agent believed to control and reduced dental caries is xylitol. This research observed the enamel surface?s structure related remineralization effects of xylitol on artificially demineralized enamel. The samples were demineralized in an acid solution with 4.0 pH level for two days. After that, they`re immersed in a remineralized solution containing 20% or 50% xylitol at 37oC for two weeks. Samples were analyzed using SEM to see the quality difference between the control samples and the other one on the enamel?s surface. SEM analyzing indicated that remineralization happened in enamel?s surfaces. The enamel?s surfaces remineralized with solution containing 50% xylitol had a better change after remineralization than the 20% did. These results mean that xylitol can avoid caries by inducing remineralization and inhibit demineralization."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Runi Oktayani
"Latar Belakang: Proses PILP adalah proses remineralisasi yang menggunakan makromolekul bermuatan, yakni polyaspartic acid, untuk menstabilkan ion calcium phosphate dalam larutan tersaturasi, dan mencegah nukleasi spontan serta presipitasi mineral. Penambahan ion fluoride pada proses ini akan membentuk kristal fluorapatite yang memiiki kekerasan lebih tinggi dari hidroksiapatit. Tujuan:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahu pengaruh penambahan fluoride dalam larutan remineralisasi melalui proses PILP terhadap kekerasan email. Metode: 25 sampel gigi dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok 1 (email normal) sebagai kontrol positif, kelompok 2 (email terdemineralisasi) sebagai kontrol negatif, kelompok 3 email yang diremineralisasi melalui proses PILP, kelompok 4 email yang diremineralisasi melalui proses PILP dengan penambahan fluoride 5 ppm, kelompok 5 email yang diremineralisasi melalui proses PILP dengan penambahan fluoride 25 ppm. Seluruh sampel disimpan dalam inkubator pada suhu 370C selama 14 hari. Selanjutnya dilakukan uji kekerasan mikro untuk melihat kekerasan email. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan one-way ANOVA dan uji Post Hoc Tamhane. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna kekerasan mikro email setelah diremineralisasi melalui proses PILP tanpa dan dengan penambahan fluoride 5 ppm dan 25 ppm. Kesimpulan:Remineralisasi melalui proses PILP dengan penambhan fluoride 5 ppm memiliki kekerasan mikro yang lebih tinggi dibandingkan tanpa penambahan fluoride dan dengan penambahan fluoride 25 ppm.

Background: PILP process is a remimineralization used charged macromolecule, polyaspartic acid, to stabilize calcium and phophate ion in order to prevent mineral spontaneus nucleation and precipitation. Fluoride was addedto form fluorapatite crystals which have a higer microhardness than hydroxyapatite. Objective: To determine the effect of adding fluoride in remineralization solution through the PILP process on enamel microhardness. Methods: 25 teeth were divided into 5 groups. Group 1 (normal enamel) as a positive control, group 2 (demineralized enamel) as a negative control, group 3 demineralized enamel which remineralized through PILPprocess, group 4 demineralized enamel which remineralized through PILP process with 5 ppm fluoride, group 5 demineralized enamel which remineralized through PILP process with 25 ppm fluoride. All samples were stored in an incubator at 370C for 14 days. Vicker's microhardness test was performed to see enamel microhardness. The data were statistically analyzed with one-way ANOVA and Tamhane Post Hoc Test. Result: There is a difference between enamel microhardness after being remineralized through PILP process without and with 5 and 25 ppm fluoride.Conclusion: Remineralization via PILP process with addition of 5 ppm fluoride has a higher microhardness value than without and with 25 ppm fluoride."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Putra Ramadhan
"ABSTRAK
Latar belakang: Karies gigi merupakan penyakit multifaktor yang disebabkan oleh interaksi komplek biofilm dengan sumber karbohidrat yang menempel di permukaan gigi. Salah satu proses yang terjadi pada email gigi untuk terbentuknya karies adalah proses demineralisasi gigi yang terjadi secara dominan dibandingkan dengan proses remineralisasi. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah karies adalah dengan pengaplikasian bahan remineralisasi seperti propolis fluorida dan natrium fluorida. Penggunaan bahan remineralisasi ini dapat meningkatkan kekerasan email. Tujuan: Membandingkan peningkatan kekerasan email setelah pengaplikasian bahan remineralisasi propolis fluorida dan natrium fluorida. Metode: 32 sampel gigi premolar dibagi menjadi kelompok propolis fluorida dan natrium fluorida. Seluruh spesimen ditanam di dalam pipa paralon dan dilakukan penghalusan dan pemolesan. Seluruh spesimen dilakukan tes kekerasan awal. Kemudian dilakukan demineralisasi dengan menggunakan Buavita® (pH 3,85). Setelah itu spesimen diukur kekerasannya, kemudian diaplikasikan propolis fluorida dan natrium fluorida dan direndam dalam saliva buatan selama 3 hari. Setelah itu dilakukan pengukuran kekerasan akhir dan dibandingkan secara statistik. Hasil: Natrium Fluorida lebih efektif dalam meningkatkan kekerasan email dibandingkan dengan Propolis Fluorida, dan juga terdapat perbedaan bermakna kekerasan gigi yang telah didemineralisasi dan kekerasan email gigi setelah diaplikasi bahan remineralisasi. Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna antara peningkatan kekerasan email pada pengaplikasian propolis fluorida dan natrium fluorida.

ABSTRACT
Background: Dental caries is a multifactorial disease caused by the interaction of the biofilm complex with carbohydrate sources attached to the surface of the teeth. One process that occurs in tooth enamel for caries formation is the process of tooth demineralization that occurs predominantly compared to the remineralization process. Efforts that can be made to prevent caries are by applying remineralization materials such as propolis fluoride and sodium fluoride. The use of remineralization materials can increase the hardness of email. Objective: Compares increased enamel hardness after application of propolis fluoride and sodium fluoride remineralization materials. Methods: 32 premolar tooth samples were divided into propolis fluoride and sodium fluoride groups. All specimens were planted in paralon pipes and finalized and polished. All specimens were subjected to initial hardness tests. Then demineralization was done using Buavita® (pH 3.85). After that the specimens were measured hardness, then propolis fluoride and sodium fluoride were applied and soaked in artificial saliva for 3 days. After that, the final violence measurement and compared statistically. Results: Sodium Fluoride is more effective in increasing the hardness compared with Propolis Fluoride, and there were also significant differences in demineralized tooth enamel and tooth enamel hardness after remineralization.. Conclusion: There is a significant difference between increasing enamel hardness when applying propolis fluoride and sodium fluoride."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erliyana
"ABSTRAK
Latar belakang: Carboximethyl Chitosan / Amorphous Calcium Phosphate (CMC/ACP) sebagai material analog non-protein mempunyai kemampuan meremineralisasi dentin. Gypsum sebagai bahan pencampur yang dapat memudahkan aplikasi. Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh penambahan gypsum pada material analog non-protein CMC/ACP. Metode: 27 kavitas dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok 1 dentin demineralisasi tidak diaplikasi bahan, kelompok 2 dentin demineralisasi diaplikasi CMC/ACP, kelompok 3 dentin demineralisasi diaplikasi gypsum+CMC/ACP. Diperiksa pada hari ke-14 menggunakan SEM-EDX. Hasil: gypsum tidak memengaruhi kemampuan material analog non-protein CMC/ACP dalam remineralisasi dentin.

ABSTRACT
Background: Carboximethyl Chitosan / Amorphous Calcium Phosphate (CMC/ACP) is analog material non-protein that have dentine remineralization ability.  While Gypsum is mixing material that can facilitate the application. Objective of this study was to see the effect of gypsum addition on analog material non-protein CMC/ACP. Methods: 27 cavities were divided into 3 groups. Group 1 were dentine demineralization without any material applied. Group 2 were dentine demineralization with CMC/ACP material applied, and group 3 were dentine demineralization with gypsum + CMC/ACP material applied. Checked on day 14 using SEM-EDX. Result:  Gypsum was not affect material ability of analog non-protein CMC/ACP in dentine remineralization.

 

"
2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Liesma Dzulfia
"Latar Belakang: Karies gigi merupakan penyakit gigi dengan prevalensi tinggi di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui pengaruh susu sapi dan protein whey terhadap kekerasan email gigi setelah demineralisasi.
Metode : Dua puluh satu email gigi diukur kekerasannya sebelum perlakuan, setelah demineralisasi dengan asam sitrat 1%, serta setelah perendaman dengan susu sapi, protein whey, dan aquades selama 90 menit.
Hasil: Semua kelompok perlakuan remineralisasi menunjukkan peningkatan nilai kekerasan yang bermakna (p<0,05). Kelompok yang direndam dengan susu sapi dan kelompok protein whey menunjukkan hasil yang tidak berbeda bermakna (p>0,05).
Kesimpulan: Susu sapi maupun protein whey dapat meremineralisasi gigi.

Background: Caries has high prevalence oral problem in Indonesia.
Objective: To evaluate the effect of bovine milk and protein whey on the enamel hardness after demineralization.
Methods: Twenty one tooth enamel measured its hardness before the treatment, after demineralized with 1% citric acid, and after immersed in bovine milk, whey protein and aquades for 90 minutes.
Results: Significant increase of enamel hardness in all remineralization groups (p<0,05). There was no significant differences between group with immersed in bovine milk and whey protein group (p>0,05).
Conclusion: Bovine milk and whey protein can remineralize enamel surface.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryo Megantoro
"Latar belakang: Perawatan lesi karies dalam masih banyak dilakukan dengan pembuangan seluruh jaringan karies karena kekhawatiran proses karies berlanjut apabila jaringan karies ditinggalkan. Perawatan tersebut berisiko tinggi kematian pulpa. Dengan kemajuan ilmu teknologi kedokteran gigi, dapat dilakukan perawatan secara minimal invasif dengan meninggalkan jaringan karies.
Tujuan: Mengevaluasi perbandingan remineralisasi affected dentin dengan meninggalkan sebagian atau mengangkat seluruh infected dentin pada lesi karies dalam.
Metode: Dua kelompok, dengan meninggalkan atau mengangkat infected dentin. Pada kedua kelompok diaplikasikan BiodentineTM dan dievaluasi setelah 4 minggu.
Hasil: Kelompok I menunjukkan terjadi remineralisasi, tetapi belum tampak di radiograf. Kelompok II menunjukkan adanya remineralisasi. Perbandingan remineralisasi antara kedua kelompok tidak signifikan
Kesimpulan: Remineralisasi affected dentin dapat terjadi dengan meninggalkan infected dentin ataupun mengangkat seluruhnya.

Background: The treatment of deep carious lession still done with complete carious removal, risking the pulp to necrosis. With the upgrade in dental science and technology, nowadays dentist can provide minimal invasive carious removal by leaving partly carious lession.
Objective: To evaluate the remineralization in affected dentin by leaving partly infected dentin or remove all infected dentin.
Methods: Two groups, leaving partly or remove all infected dentin. Both group applied with BiodentineTM and evaluated after four weeks.
Result: First gruop showed remineralization, but radiographically insignificant. Second group showed remineralization. The comparation between two groups insignificant.
Conclusion: Affected dentin remineralization can happened, either leaving the infected dentin or remove all of them.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Santoso
"Latar Belakang : Konsep minimal intervention dentistry adalah membuang infected dentin dan meninggalkan affected dentin yang dapat mengalami remineralisasi. Berdasarkan cara terjadinya, remineralisasi affected dentin dapat melalui dua cara yaitu metode konvensional dan Guided Tissue Remineralization GTR . GTR adalah proses remineralisasi yang melibatkan Dentin Matrix Protein1 DMP1 . Peran DMP1 adalah mengikatAmorphous Calcium Phosphat ACP dalam skala nano, membentuk ikatan elektrostatik yang stabil menuju zona gap dalam fibril kolagen dan menghasilkan remineralisasi mineralisasi intrafibrilar.DMP 1 yang rusak oleh proses karies digantikan oleh protein analog Carboxymetil Chitosan/Amorphous Calcium Phosphate CMC/ACP . Tujuan: Melihat remineralisasi yang terjadi setelah peletakan CMC/ACP pada demineralized dentin dan diperiksa menggunakan micro-CTpada hari ke-7 dan hari ke-14.Metode: Dua kelompok dilakukan demineralisasi buatan, salah satunya diaplikasikan material CMC/ACP, evaluasi grey level dengan menggunakan micro-CT. Hasil: Terlihat remineralisasi pada permukaan demineralized dentin dengan naiknya grey level pada hari ke-7 dan hari ke-14. Kesimpulan: CMC/ACP berpotensi untuk remineralisasi metode Guided Tissue Regeneration pada demineralized dentin. Kata kunci : Carboxymethyl Chitosan/ Amorphous Calcium Phosphate, Remineralisasi Metode Guided Tissue Regeneration.

Background. The concept of minimal intervention dentistry showed that only the lsquo infected rsquo dentine needed to be removed as part of the cavity preparation process, and that the lsquo affected rsquo dentine could remain. Remineralization of affected dentine was possible through two methods conventional remineralization techniques and Guided Tissue Remineralization GTR . GTR is a process of remineralization involving Dentin Matrix Protein 1 DMP1 . Dentin matrix protein 1 DMP1 is a non collagenous calcium binding protein that plays a critical role in biomineralization at the nanoscale, forming stable electrostatic bonds to the gap zone in collagen fibrils and resulting in remineralization of intrafibrillar mineralization. DMP1 is replaced by an analog protein Carboxymethyl Chitosan Amorphous Calcium Phosphate CMC ACP . Objective to evaluate demineralized dentin remineralization after application CMC ACP using micro CT. Methods Two groups performed artificial demineralisation, one of which applied CMC ACP material whereas, the other group was not applied CMC ACP. Evaluation of remineralization with micro CT. Result After 7 days and 14 days CMC ACP application, remineralization was obsrved.Conclusions CMC ACP has the potential to remineralize the demineralized dentin.Key words Carboxymethyl Chitosan Amorphous Calcium Phosphate, Guided Tissue Regeneration "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Setijono
"Latar Belakang : Penggunaan CPP-ACP secara kombinasi bersamaan dengan agen antibakterial propolis masih belum banyak diteliti dan dikembangkan.
Tujuan : Membandingkan efikasi penggunaan CPP-ACP yang mengandung propolis dan tanpa propolis terhadap jumlah Streptococcus mutans pada anak usia 7-9 tahun.
Metode : Subjek penelitian adalah 32 anak yang dibagi menjadi dua kelompok. Kedua kelompok melakukan pengambilan data awal (baseline) pada variabel jumlah S. mutans dan indeks plak, kemudian dilakukan pengolesan pasta tiap hari selama 4 minggu, dan dilakukan pengambilan data akhir setelahnya.
Hasil : Terdapat penurunan bermakna pada jumlah S. mutans dan indeks plak dari masing-masing kelompok perlakuan (p<0.05). Namun tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik antara penurunan jumlah Streptococcus mutans dan indeks plak dari kedua kelompok yang dibandingkan.
Kesimpulan : CPP-ACP yang mengandung propolis tidak terbukti lebih baik dari CPP-ACP tanpa propolis dalam penurunan jumlah Streptococcus mutans, namun berpotensi untuk dijadikan alternatif sebagai agen remineralisasi gigi.

Background : The use of CPP-ACP in combination with antibacterial agent propolis still hasnt been researched and developed much yet.
Objective : To know the difference in Streptococcus mutans count on subjects teeth, before and after applied with CPP-ACP with and without propolis.
Methods : The subject of the experiment are 32 grade school children aged 7-9 which divided into 2 groups, would have their baseline data taken on Streptococcus mutans count and plaque index, have their teeth applied with both CPP-ACP paste, with and without propolis for 4 weeks, then would have their data taken again.
Results : After 4 weeks, there is a significant decrease in Streptococcus mutans count and plaque index for both groups (p<0.05). However, there is no significant difference in the decrease between the two groups.
Conclusion : CPP-ACP with propolis is not proven to be better than CPP-ACP alone in terms of reducing Streptococcus mutans count on children aged 7-9 years old, but it could be used as an alternative remineralizing agent.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>