Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aulia Tresna Amalia Ilmi
"Infeksi human papillomavirus tipe 16 (HPV16) dapat menyebabkan kanker servikk, penyebab kematian no 2 di dunia. Salah satu pencegahannya adalah dengan imunisasi. Vaksin komersil saat ini merupakan vaksin viral like particles (VLP) diproduksi pada sistem ekspresi yeast dan baculovirus. Sebagai upaya penyediaan vaksin dengan harga lebih ekonomis telah dilakukan pengembangan vaksin DNA dan protein rekombinan L1 HPV16 yang diekspresikan di prokariota. Antigenitas vaksin DNA dan L1 rekombinan diujikan dalam peneltian ini. Penelitian dimulai dari pemindahan L1 dari pUC L1 HPV16 ke pCDNA3.1, ekspresi L1 rekombinan dalam prokariota, pengamatan pembentukan VLP oleh L1 rekombinan dengan transmission electron microscope (TEM), pengujian antigenitas kombinasi vaksin DNA dan protein rekombinan pada BALB/c. Hasil menunjukkan pcDNA3.1 L1 berhasil diperoleh yang dibuktikan dengan analisis enzim restriksi dan sekuensing. L1 rekombinan berhasil membentuk VLP, vaksin komposisi 12,5 μg pcDNA3.1 L1 dikombinasikan 2 μg L1 rekombinan menginduksi titer antibodi endpoint tertinggi pada pengambilan serum terakhir yaitu 23.55 (p<0.05) dibandingkan vaksin 12,5 μg pcDNA3.1 L1 (2.775) dan 2 μg L1 rekombinan (10.45) yang diberikan secara terpisah setelah 3 kali imunisasi. Sebagai kesimpulan pCDNA3.1L1 berhasil diperoleh, protein L1 rekombinan dapat membentuk VLP dan pemberian kombinasi pcDNA3.1 L1 dan L1 rekombinan menginduksi respon kekebalan tubuh lebih bagus dibandingkan pemberian secara terpisah.

Infection with human papillomavirus type 16 (HPV16) can cause cervical cancer, the second cause of death in the world. One way to prevent it is with a barrier. The current commercial vaccine is a viral like particle (VLP) vaccine produced on yeast and baculovirus expression systems. As an effort to provide a vaccine at a more economical price, a DNA vaccine and a recombinant L1 HPV16 protein that are expressed in prokaryotes have been developed. The antigenicity of recombinant DNA and L1 vaccines was tested in this study. The research started with the transfer of L1 from pUC L1 HPV16 to pCDNA3.1, expression of recombinant L1 in prokaryotes, assessment of VLP formation by recombinant L1 with transmission electron microscopy (TEM), testing the antigenicity of a combination of DNA vaccines and recombinant protein on BALB/c. The results showed that pcDNA3.1 L1 was successfully obtained, as evidenced by restriction enzyme analysis and sequencing. The recombinant L1 succeeded in forming a VLP, the composition of the vaccine 12.5 µg PCDNA3.1 L1 combined 2 µg L1 recombinant induced the highest endpoint antibody titer (10.45) which was given 23.55 (p <0.05) compared to the 12.5 µg vaccine PCDNA 3.1 L1 (2,775) and 2 µg L1 recombinant (10.45) given by 3 times. As a conclusion, pCDNA3.1L1 was successfully obtained, recombinant L1 protein can form VLP and provide a combination of recombinant pcDNA3.1 L1 and L1 induce an immune response better than administration separately."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zilhadia
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T39528
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Burhannuddin
"Mortalitas yang disebabkan oleh Tuberkulosis (TB) masih tinggi dan saat ini hanya tersedia vaksin BCG untuk mencegah TB. Lebih dari 90 % individu yang terinfeksi adalah laten, bakteri dalam kondisi tersebut dorman, namun dapat terjadi reaktivasi saat imunitas melemah atau bakteri mengalami resusitasi. Vaksin BCG menunjukkan efikasi yang bervariasi pada orang dewasa dan tidak dapat mencegah reaktivasi pada TB laten. Protein RpfB yang disekresikan M. tuberculosis dalam tahap resusitasi diketahui imunogenik, sehingga berpotensi dikembangkan sebagai kandidat vaksin TB. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi, mempurifikasi, dan mengetahui imunogenitas protein rekombinan RpfB hasil konstruksi Departemen Mikrobiologi FK UI secara invitro pada splenosit mencit. Protein rekombinan RpfB diekpresikan dalam strain bakteri MRB4 (E. coli BL21 pGEX6p-1 RpfB). Protein diekstraksi dengan sonikasi dan sentrifugasi bertahap kemudian disolubilisasi dengan dapar urea 8M. Protein direnaturasi dalam dapar refolding kemudian diisolasi dengan kolom kromatografi afinitas terhadap GST. Keberadaaan protein dikonfirmasi dengan SDS-PAGE dan Western Blot kemudian dihitung konsentrasinya menggunakan metode Bradford. Uji imunogenitas dilakukan secara invitro menggunakan kultur splenosit mencit yang distimulasi masing-masing dengan 25 μg/ml protein rekombinan RpfB, 25 μg/ml protein GST, 1-2 % mitogen PHA, dan satu kelompok kultur tidak stimulasi sebagai kontrol negatif. Selanjutnya dilakukan booster pada jam ke-24 dan ke-72. Supernatan kultur splenosit dikoleksi pada jam ke-96 kemudian digunakan untuk menganalisis respon IFNγ, IL-12, IL-4, dan IL-10 dengan kit ELISA. Perbedaan respon yang dihasilkan dianalisis secara statistika menggunakan uji T independen pada nilai P<0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa protein rekombinan RpfB terekspresi dalam bentuk badan inklusi dengan berat molekul sekitar 66 kDa dan berhasil dipurifikasi dengan konsentrasi 53 μg/ml. Uji imunogenitas menunjukkan protein rekombinan RpfB dapat menstimulasi respon IFNγ dan IL-12, namun tidak menstimulasi respon IL-4 dan IL-10 pada splenosit mencit.

Mortality rate caused by tuberculosis (TB) is high all over the world and only BCG vaccine is currently available. More than 90% of TB infection is latent, where Mycobacterium tuberculosis in dormant state that can be active when host immune response is insufficient or the bacteria promote resucitation. As a vaccine, BCG shows varied efficacy in adults and can not give protection against resucitation of latent TB infection. Resucitation Promoting Factor B (RpfB) is one protein produced by M.tuberculosis in resucitation state and proved to be immunogenic as make it suitable to be use as TB vaccine. Microbiology Department, University Indonesia has successfully construct recombinant pGEX6p-1-RpfB plasmid in BL21 E.coli (known as MRB4 strain) as the aim of this study is to isolate, purify, and analyze recombinant RpfB-GST protein in mice splenocytes in-vitro. After induction with IPTG, protein was extracted by sonication and differential centrifugation then solubilized with buffer contain 8M urea. Protein then renaturated followed by purification with GST chromatography. Protein was confirmed by SDS-PAGE and Western blot using anti-GST. Concentration of isolated protein was measured using Bradford method. Each group of mice splenocytes was treated with 25 μg/ml of recombinant protein RpfB, GST, PHA, and one culture group without treatment; and boosted twice at 24h and 72h. Cell supernatant was collected at 96h and level of IFNγ, IL-12, IL-4, and IL-10 was measured by ELISA. The results showed that RpfB recombinant proteins expressed in the form of inclusion bodies with a molecular weight of about 66 kDa and purified at 53μg/ml. Based on independent t-test analysis, RpfB can stimulate IFNγ and IL-12 but not IL-4 and IL-10."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Elton Heryanto
"ABSTRAK
Sel menembus peptida (CPP) adalah sel permeabel protein yang membantu memfasilitasi molekul kedap ke dalam sel. VP22 adalah salah satu CPP dengan mekanisme memfasilitasi protein ke dalam sel dengan non-klasik Golgi-independen. SOX2 adalah salah satu gen untuk mengkodekan anggota dari SRY terkait HMG-box (SOX) keluarga faktor transkripsi yang baik terkait dengan regulasi perkembangan sel embrio. Rekombinan VP22 fusi protein diharapkan dapat mentranslokasi protein ke dalam sel. Antibodi terhadap SOX2 bertindak sebagai penanda fluoresensi untuk menentukan apakah VP22-SOX2 dapat dilokalisasi ke dalam sel. sel HepG2 digunakan dalam tes untuk menentukan kemanjuran dari sel menembus peptida. VP22-SOX2 pertama ditentukan dengan menggunakan Western Blot, di mana ia akan menampilkan pita yang terlihat. Ada 2 kelompok utama: sel HepG2 dengan VP22-SOX2 diinkubasi selama 6 jam dan 1 jam, di mana keduanya disertai dengan kelompok kontrol tanpa adanya VP22-SOX2. Kedua menjalani immunostaining menggunakan metode indirect immunostaining. Pengamatan akan dilakukan dengan menggunakan mikroskop confocal. Untuk analisis protein, analisis bioinformatika dilakukan untuk menentukan sifat fisik dan kimia dari protein. Berdasarkan statistik, tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok Percobaan - 6 jam dan Kontrol - 6 jam. Selain itu, tidak ada perbedaan yang signifikan antara Percobaan - 6 jam dan Percobaan - 1 jam. Oleh karena itu, masa inkubasi tidak berpengaruh pada tingkat translokasi protein dan VP22-SOX2 tidak bisa translokasi ke dalam sel.

ABSTRACT
Cell penetrating peptides (CPPs) are cell permeable proteins that help facilitate impermeable molecules into the cells. VP22 is one of the CPP with mechanism of facilitating proteins into the cells by non-classical Golgi-independent. SOX2 is one of the gene to encode a member of the SRY-related HMG-box (SOX) family of transcription factors that are well associated with the regulation of the development of embryonic cells. Recombinant fusion protein VP22 is hoped to be able to translocate the protein into the cell. Antibody against SOX2 act as fluorescence marker to determine whether the VP22-SOX2 can be localized into the cell. HepG2 cells are used in the test to determine the efficacy of the cell penetrating peptide. VP22-SOX2 is first determined using Western Blot, where it will show visible band. There are 2 main groups: HepG2 cells with VP22-SOX2 incubated for 6 hours and 1 hours, where both are accompanied with the control group in the absence of VP22-SOX2. Both undergo immunostaining using indirect immunostaining method. Observation will be done using confocal microscope. For protein analysis, bioinformatics analysis is conducted to determine the physical and chemical properties of the protein. Based on statistic, there is no significant difference between the groups Experiment ? 6 hour and Control ? 6 hour. In addition, there is no significant difference between Experiment ? 6 hour and Experiment ? 1 hour. Therefore, incubation period has no effect in the rates of protein translocation and VP22-SOX2 do not achieve protein translocation.;"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70413
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonia Limoes
"ABSTRAK
Eschericia coli BPPT-CC EgRK2, bakteri hasil rekombinasi yang dapat memproduksi enzim protein endo-b-1,4-glukanase, diteliti di dalam kultur batch untuk ditentukan parameter-parameter kinetikanya. Eschericia coli BPPT-CC EgRK2 dikultur di dalam media cair mengandung glukosa yang telah ditentukan konsentrasinya. Variabel lain seperti temperatur, agitasi, aliran udara, dan hal-hal lainnya dijaga konstan. Parameter-parameter kinetika pertumbuhan Monod dari bakteri ini, yaitu laju pertumbuhan spesifik maksimum ? max dan konstanta kejenuhan substrat Ks diestimasi menggunakan linearisasi persamaan Monod. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa ? max dari bakteri ini adalah 1,694 h-1 dan Ks dalam substrat glukosa sebesar 6,629 g/L. Hasil ini menunjukkan bahwa kinetika dari bakteri ini jauh lebih tinggi dari galur lain pada penelitian lain yang ditemukan di literatur. Pada penelitian ini juga dilakukan peninjauan produksi selulase dengan menggunakan dua metode fermentasi, yaitu batch dan fed batch. Peninjauan terhadap jumlah produksi biomassa dan rancangan desain fermentor dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SuperPro Designer v9.0 dan juga perhitungan manual. Hasil menunjukkan bahwa fermentasi secara fed batch memberikan jumlah biomass yang lebih banyak daripada fermentasi batch, sehingga fermentasi fed batch merupakan metode fermentasi yang lebih baik untuk produksi enzim selulase.

ABSTRACT
Eschericia coli BPPT CC EgRK2, bacteria carrying recombinant genes to produce endo b 1,4 glucanase was studied in batch culture to determine its kinetic parameters. Eschericia coli EgRK2 were cultured in a defined liquid medium containing predetermined glucose concentration. Agitation, temperature, air flow, and others parameters remained constant. Monod growth kinetic parameters, maximum specific growth rate max dan substrate saturation constant Ks , from this bacteria were estimated by using linearization of Monod rsquo s equation. It was found that max is 1,694 h 1 and Ks in glucose substrate is 6,629 g L. These results showed that Eschericia coli BPPT CC kinetics is higher than other strain found in literature. Cellulase industrial production through two methods of fermentation, batch and fed batch is also examined in this study. Observation of biomass production and fermenters design calculation of each method is done with manual calculations and simulation software, SuperPro Designer v9.0. The results showed that fed batch fermentation gives more biomass than batch fermentation therefore, fed batch fermentation is a better fermentation method for cellulase production."
2017
S67863
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Aderni
"Latar belakang: Beta defensin diekspresikan terutama oleh sel epitel pada permukaan mukosa berbagai organ seperti kulit, usus, mulut dan saluran genital. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa beta defensin 30 (Defb30) terekspresi spesifik di epididimis. Defb30 merupakan peptida kationik berukuran kecil yang diduga berperan penting pada proses pematangan spermatozoa di epididimis dan juga berperan sebagai pertahanan host terhadap infeksi mikroba. Untuk mempelajari aktivitas antimikroba Defb30 ini diperlukan analisis pada tingkat protein dan hal tersebut memerlukan protein dalam jumlah yang cukup. Karena itu perlu dilakukan suatu rekayasa genetika untuk pembuatan protein rekombinan DEFB30.
Metode: Gen sintetik penyandi protein DEFB30 yang telah dioptimasi kodonnya diklona ke dalam vektor pQE-80L, suatu plasmid yang mengandung sistem ekspresi untuk prokariota. Plasmid rekombinan yang mengandung sisipan gen target dikonfirmasi dengan analisis enzim restriksi dan sekuensing. Selanjutnya plasmid rekombinan di ekpresikan ke dalam E. coli BL21 dan diinduksi menggunakan IPTG (Isopropyl-1-Thio-d-Galactopyranoside) dengan berbagai waktu inkubasi. Deteksi protein rekombinan dilakukan dengan SDS-PAGE dan westernblotting. IMAC (Immobilized Metal Affinity Chromatography) digunakan untuk mempurifikasi protein rekombinan. Uji antimikroba protein rekombinan dilakukan dengan cara pengukuran nilai optical density (OD) dan dianalisis hasilnya menggunakan uji one way anova.
Hasil: Gen sintetik penyandi protein rekombinan DEFB30 berhasil dikonstruksi pada plasmid pQE-80L. Ekspresi ke dalam E. coli BL21 menghasilkan suatu protein fusi setelah diinduksi menggunakan IPTG selama 4 jam. Hasil analisis protein rekombinan dengan westernblotting menggunakan antibodi Anti-His G-HRP menunjukkan terbentuk pita tebal yang berukuran diatas 10 kDa (±12 kDa). Uji antimikroba protein rekombinan DEFB30 menunjukkan bahwa DEFB30 dapat menghambat pertumbuhan bakteri Eschericia coli dan Bacillus subtilis.
Kesimpulan: Gen sintetik penyandi beta defensin 30 berhasil diklona ke dalam plasmid pQE-80L. Ekspresikan protein rekombinan DEFB30 menghasilkan suatu protein fusi berukuran ±12kDa. Protein rekombinan DEFB30 terbukti memiliki sifat antimikroba terhadap Eschericia coli dan Bacillus subtilis.

ackground: Beta defensins are primarily expressed by epithelial cells at mucosal surfaces, such as those in skin, gut, mouth and genital tracts. Previous studies have demonstrated that beta defensin 30 (Defb30) is exclusively expressed in the epididymis. Defb30 is known as a small cationic antimicrobial peptide which plays an important role in epididymal sperm maturation and also acts as a host defence against microbial infection. Study of Defb30 role in the antimicrobial activity requires generating DEFB30 protein for characterization. For the purpose of this study, genetic engineering was done for the manufacture of the DEFB30 recombinant protein.
Methods: In this study, according to the preferred codon in E. coli, the Defb30 gene was optimized and synthesized. The gene was cloned into pQE-80L vector and subsequently expressed in E. coli BL21; using IPTG (Isopropyl-1-Thio-d-Galactopyranoside) as an inducer. Detection of recombinant protein was carried out by using SDS-PAGE and westernblotting. IMAC (Immobilized Metal Affinity Chromatography) was used to purify recombinant protein. Optical density measurement was used to analyze antimicrobial property of the DEFB30 recombinant protein.
Results: The synthetic gene was successfully constructed into pQE-80L plasmid and expression of the recombinant protein in E. coli BL21 produced a fusion protein after being induced by IPTG for 4 hours. Westernblotting analysis using Anti-His G-HRP antibody showed band above 10kDa (±12kDa). Antimicrobial assay for DEFB30 recombinant protein showed inhibition towards growth rates of Eschericia coli and Bacillus subtilis.
Conclusion: Defb30 synthetic gene was succesfully cloned into pQE-80L plasmid. Expression of recombinant DEFB30 produced a fusion protein of ±12kDa. This recombinant protein has antimicrobial property towards Eschericia coli and Bacillus subtilis.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Aderni
"Latar belakang: Beta defensin diekspresikan terutama oleh sel epitel pada permukaan mukosa berbagai organ seperti kulit, usus, mulut dan saluran genital. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa Beta defensin 30 (Defb30) terekspresi spesifik di epididimis. Defb30 merupakan peptida kationik berukuran kecil yang diduga berperan penting pada proses pematangan spermatozoa di epididimis dan juga memiliki kemampuan untuk membunuh mikroba. Untuk mempelajari aktivitas antimikroba Defb30 ini diperlukan analisis pada tingkat protein dan hal tersebut memerlukan protein dalam jumlah yang cukup. Karena itu perlu dilakukan suatu rekayasa genetika berupa perancangan gen yang mengkode Defb30, pengklonaan dan ekspresi untuk pembuatan protein rekombinan DEFB30. Metode: Gen sintetik penyandi protein DEFB30 yang telah dioptimasi kodonnya diklona ke dalam vektor pQE-80L. Plasmid rekombinan yang mengandung sisipan gen target dikonfirmasi dengan analisis enzim restriksi dan sekuensing untuk selanjutnya diekpresikan ke dalam E. coli BL21 dan diinduksi menggunakan IPTG (Isopropyl-1-Thio-d-Galactopyranoside) dengan berbagai waktu inkubasi. Deteksi protein rekombinan dilakukan dengan SDS-PAGE dan westernblotting. IMAC (Immobilized Metal Affinity Chromatography) digunakan untuk mempurifikasi protein rekombinan. Uji antimikroba protein rekombinan dilakukan dengan cara pengukuran nilai optical density (OD) dan dianalisis hasilnya menggunakan uji one way anova. Hasil: Gen sintetik penyandi protein rekombinan DEFB30 berhasil dikonstruksi pada plasmid pQE-80L. Ekspresi ke dalam E. coli BL21 menghasilkan suatu protein fusi setelah diinduksi menggunakan IPTG selama 4 jam. Hasil analisis protein rekombinan dengan westernblotting menggunakan antibodi Anti-His G-HRP menunjukkan terbentuk pita tebal yang berukuran diatas 10 kDa (±12 kDa). Uji antimikroba protein rekombinan DEFB30 menunjukkan bahwa protein tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri Eschericia coli dan Bacillus subtilis.
Kesimpulan: Gen sintetik penyandi beta defensin 30 berhasil diklona ke dalam plasmid pQE-80L. Ekspresi protein rekombinan DEFB30 menghasilkan suatu protein fusi berukuran ±12kDa. Protein rekombinan DEFB30 terbukti memiliki sifat antimikroba terhadap Eschericia coli dan Bacillus subtilis.

Background: Beta defensins are primarily expressed by epithelial cells at mucosal surfaces, such as those in skin, gut, mouth and genital tract. Previous studies have demonstrated that beta defensin 30 (Defb30) is exclusively expressed in the epididymis. Defb30 is known as a small cationic antimicrobial peptide which plays an important role in epididymal sperm maturation and also acts as a host defence against microbial infection. Study of Defb30 role in the antimicrobial activity requires generating DEFB30 protein for characterization. For the purpose of this study, Defb30 gene was designed, synthesized, cloned, and expressed for the manufacture of the DEFB30 recombinant protein. Method(s): In this study, according to the preferred codon in E. coli, the Defb30 gene was optimized and synthesized. The gene was cloned into pQE-80L vector and subsequently expressed in E. coli BL21; using IPTG (Isopropyl-1-Thio-d-Galactopyranoside) as an inducer. Detection of recombinant protein was carried out by using SDS-PAGE and westernblotting. IMAC (Immobilized Metal Affinity Chromatography) was used to purify recombinant protein. Optical density measurement was used to analyze antimicrobial property of the DEFB30 recombinant protein. Results: The synthetic gene was successfully constructed into pQE-80L plasmid and expression of the recombinant protein in E. coli BL21 produced a fusion protein after being induced by IPTG for 4 hours. Westernblotting analysis using Anti-His G-HRP antibody showed band above 10kDa (±12kDa). Antimicrobial assay for DEFB30 recombinant protein showed inhibition towards growth rates of Eschericia coli and Bacillus subtilis. Conclusion: Defb30 synthetic gene was succesfully cloned into pQE-80L plasmid. Expression of recombinant DEFB30 produced a fusion protein of ±12kDa. This recombinant protein has antimicrobial property towards Eschericia coli and Bacillus subtilis."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Ferdi Anda
"Gejala infeksi virus chikungunya dapat menjadi hambatan sosioekonomi sehingga diperlukan deteksi dini infeksi tersebut. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memulai pengembangan kit diagnostik infeksi virus chikungunya berbasis imunologi menggunakan Rapid Diagnostic Test dari antibodi monoklonal envelope 1 (E1). Penelitian kloning dan ekspresi gen E1 virus chikungunya dari isolat Jambi bertujuan untuk memperoleh plasmid rekombinan pYES2-E1 dan protein rekombinan E1 dari host Saccharomyces cerevisiae INVSc1. Teknik yang digunakan yaitu kloning DNA plasmid pembawa gen E1 yang akan ditransformasikan ke Escherichia coli dan S. cerevisiae. Analisis hasil ekpresi protein E1 rekombinan menggunakan teknik western blot. Hasil dari penelitian ini menunjukkan plasmid rekombinan pYES2-E1 diperoleh menggunakan verifikasi teknik PCR dan double digestion. Hasil ekspresi protein rekombinan E1 pada S. cerevisiae INVSc1 menunjukkan terdapat band yang berukuran 34—43 kDa menggunakan teknik western blot. Protein E1 rekombinan yang berhasil terekspresi pada S. cerevisiae diperlukan validasi menggunakan antibodi monoklonal E1. Hasil isolasi plasmid pYES2-E1 dilanjutkan dengan verifikasi sekuensing DNA.

Symptoms of chikungunya virus infection can be a socioeconomic challenges, so early detection of the infection is needed. The Agency for the Assessment and Application of Technology (BPPT) began the development of an immunology-based chikungunya virus infection diagnostic kit using the Rapid Diagnostic Test from monoclonal envelope 1 (E1) antibodies. Research on cloning and expression of the chikungunya virus E1 gene from the Jambi isolate aimed to obtain recombinant pYES2-E1 plasmids and E1 recombinant proteins from the host Saccharomyces cerevisiae INVSc1. The technique used is to clone plasmid DNA E1 gene carriers which will be transformed into Escherichia coli and S. cerevisiae. Analysis of recombinant E1 protein expression using the western blot technique. The results of this study indicate that the recombinant pYES2-E1 plasmid was obtained using PCR verification techniques and double digestion. The results of E1 recombinant protein expression in S. cerevisiae INVSc1 showed a band of 34—43 kDa using western blotting technique. The recombinant E1 protein in S. cerevisae that was successfully expressed required validation using monoclonal E1 antibodies. The results of the pYES2-E1 plasmid isolation were followed by verification of DNA sequencing."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriani Setyowati
"Transduksi sinyal merupakan proses penyampaian informasi dari luar
sel sampai ke dalam inti sel melewati protein-protein yang bekerja secara
berantai. ERK2 termasuk dalam golongan enzim MAP Kinase yang berada
dalam rantai bagian atas proses transduksi sinyal. STAT3 adalah protein
yang berada paling bawah dalam proses ini yang punya kemampuan
berikatan dengan DNA untuk dapat mengatur ekspresi gen yang dikode DNA
itu. STAT3 dan ERK2 berasal dari sel eukariot. Untuk mempelajari aspek
biokimia dan biofisika diperlukan protein STAT3 dan ERK2 dalam jumlah
banyak yang dapat diperoleh dengan menggunakan DNA rekombinan.
Organisme yang membawa DNA rekombinan akan mensintesis protein.
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan ekspresi protein rekombinan
transduksi sinyal STAT3 dan ERK2 dengan menggunakan IPTG sebagai
induser dalam E. coli DH5 dalam skala produksi 500 mL. Untuk
mendapatkan proteinnya, maka sel pelet bakteri harus dipecah. Supernatan
yang didapat dipurifikasi (dimurnikan ) dengan menggunakan kolom terbuka
metode kromatografi penukar anion (DEAE- Sepharose) dan kromatografi
kolom hidrofobik (Phenyl -Sepharose ). Hasil elusi selanjutnya dikonfirmasi
dengan menggunakan SDS ? PAGE. Dari hasil percobaan, protein
rekombinan STAT3 dan ERK2 berhasil diekspresikan dalam sel inang E.coli
DH5 dan berada dalam supernatan. Pita rekombinan STAT3 dengan berat molekul sebesar  66 kDa dan ERK2 sebesar  41 kDa yang telah
dimurnikan dengan matriks DEAE-Sepharose dan Phenyl-Sepharose belum
dalam bentuk pita tunggal."
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, ], [2005, 2005]
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Asyura Rizkyani
"Fruktosiltransferase (FTFase) atau fruktansukrase merupakan enzim ekstraseluler yang digunakan oleh bakteri asam laktat (BAL) untuk mensintesis produk eksopolisakarida (EPS) fruktan dari substrat sukrosa. Manfaat dari produk ini tidak hanya diaplikasikan dalam industri makanan, tetapi juga dalam industri farmasi, kesehatan dan kosmetik. Dalam studi sebelumnya, FTF rekombinan dari Escherichia coli telah dikonstruksi. Kemudian Escherichia coli rekombinan yang telah membawa gen ftf dipelajari ekspresinya untuk memperoleh protein fruktansukrase rekombinan dan mengetahui aktivitas fruktansukrase rekombinan dengan menggunakan teknik SDS-PAGE serta esei aktivitas enzim secara in situ pada studi ini. Escherichia coli rekombinan ditumbuhkan dan diinduksi dengan IPTG untuk menghasilkan protein FTF. Setelah sel dipecah, filtrat pelet sel dipekatkan dengan konsentrator untuk selanjutnya dimurnikan dengan kromatografi kolom affinitas Ni2+. Langkah ini dilakukan untuk mengisolasi FTF rekombinan yang bergabung dengan tag Histidin agar berikatan secara efisien terhadap Ni2+. Dengan demikian, hanya FTF rekombinan dalam fraksi terakhir akan dielusikan oleh buffer imidazol, dan fraksi ini digunakan untuk melakukan analisis lebih lanjut, yaitu SDS PAGE. Dengan menggunakan SDS PAGE, berat molekul protein diperkirakan 130 kDa, sedangkan untuk aktivitasnya, dilakukan protokol in situ dengan menggunakan PAS staining. Aktivitas FTF dapat diamati pada gel yang di-staining PAS setelah gel diinkubasi dengan rafinosa sebagai substrat, tetapi tidak dapat diamati pada substrat sukrosa."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S33110
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>