Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
David Ralph Lienhardt Ringoringo
"Pendahuluan dan tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan alasan pasien di balik penolakan radikal sistektomi pada kanker kandung kemih
Metode: Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Adam Malik dalam rentang periode Juli 2014 hingga Agustus 2020. Family meeting ataupun wawancara dilakukan untuk menjelaskan risiko dan manfaat dari operasi dan mendapatkan persetujuan atau penolakan (dan alasan penolakan) dari prosedur tersebut. Analisis bivariat menilai signifikansi semua variabel dependen sebagai prediktor penolakan radikal sistektomi. Variabel yang signifikan akan dimasukkan dalam analisis regresi multivariat.
Hasil: Sebanyak 51 pasien kanker kandung kemih yang baru terdiagnosis dan dindikasikan untuk radikal sistektomi diikutsertakan dalam penelitian ini, dengan rata- rata usia 51,73±8,73 tahun; 34 (66,67%) diantaranya berusia <55 tahun. Ada 42 pasien laki-laki (82,4%) dalam penelitian ini. 15 (29,4%) pasien menolak radikal sistektomi. 81,25% pasien stadium awal setuju untuk menjalani radikal sistektomi. Rasio prevalensi pasien stadium III-IV yang menolak menjalani radikal sistektomi adalah 1,544 (95% CI, 0,977-2,440). Hanya enam pasien (35,3%) berusia ≥55 tahun yang menyetujui prosedur, dengan rasio prevalensi pasien berusia ≥55 tahun yang menolak prosedur sebesar 2.500 (95% CI, 1.298–4.814).
Kesimpulan: Usia ≥55 tahun, tingkat pendidikan rendah, dan stadium III-IV menjadi faktor penentu penolakan radikal sistektomi. Odds rasio penolakan adalah 2.500 (95% CI, 1.298–4.814), 3.588 (95% CI, 1.708–7.537), dan 1.544 (95% CI, 0.977–2.440) masing-masing untuk usia ≥55 tahun, tingkat pendidikan rendah, dan tahap III-IV.

Introduction: This study aimed to describe the reasons behind patient’s radical cystectomy refusal for bladder cancer
Methods: This study was conducted at Adam Malik General Hospital between July 2014 and August 2020 were recruited in this study. A family conference or interview was taken to explain the risk and benefit of the surgery and get the approval or rejection (and refusal reason) of the procedure. The bivariate analysis assessed all dependent variables’significance as a predictor of radical cystectomy refusal. Significant variables will be included in the multivariate regression analysis.
Results: A total of 51 newly diagnosed bladder cancer patients indicated for radical cystectomy were included in this study, with an average of 51.73±8.73 years old; 34 (66.67%) of those were aged <55 years old. There were 42 male patients (82.4%) in this study. 15 (29.4%) patients refused the radical cystectomy. 81.25% of early-stage patients agreed to undergo radical cystectomy. The prevalence ratio of stage III–IV patients refused to undergo radical cystectomy was 1.544 (95% CI, 0.977–2.440). Only six patients (35.3%) aged ≥55 years agreed to the procedure, with a prevalence ratio of patients ≥55 years of age to refuse to the procedure of 2.500 (95% CI, 1.298–4.814). Conclusion: Age ≥55 years, low education level, and stage III-IV were the determining factors in the rejection of radical cystectomy. The odds ratios for refusal were 2.500 (95% CI, 1.298–4.814), 3.588 (95% CI, 1.708–7.537), and 1.544 (95% CI, 0.977–2.440) for ages ≥55 years, low education level, and stages III-IV, respectively.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bima Anggraeni
"Penolakan merupakan sebuah respon atau reaksi negatif yang diberikan untuk menjawab sebuah permintaan, ajakan, maupun tawaran. Dalam melakukan sebuah tuturan penolakan, penutur biasanya menggunakan strategi tertentu untuk menyampaikan maksud penolakan kepada mitra bicara daripada hanya sekedar mengatakan kata "Tidak". Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga hubungan baik dengan mitra bicara. Strategi penolakan dapat direalisasikan secara berbeda pada bahasa dan budaya yang berbeda. Perbedaan tersebut misalnya pada urutan penggunaan strategi penolakan di dalam sebuah tuturan penolakan yang pada budaya tertentu dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan mitra bicara.
Oleh karena itu, penelitian ini mencoba menganalisis bagaimanakah urutan strategi yang dipakai oleh penutur asli bahasa Indonesia, penutur asli bahasa Jepang, dan pemelajar bahasa Jepang pada penolakan terhadap situasi ajakan yang dibedakan atas status usia dan keakraban dengan mitra bicara. Apakah urutan strategi yang dipakai pemelajar bahasa Jepang telah serupa dengan penutur asli bahasa tersebut. Dari perbandingan tersebut dapat diketahui apakah terdapat transfer pragmatik pada tuturan penolakan pemelajar bahasa Jepang akibat pengaruh dari pemakaian strategi yang berlaku pada bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama pemelajar.
Hasil yang didapatkan adalah penutur asli bahasa Indonesia dan penutur asli bahasa Jepang pada penelitian ini mempunyai urutan strategi yang serupa dalam melakukan penolakan hampir di semua situasi yang disajikan. Urutan strategi yang dipakai oleh pemelajar bahasa Jepang ternyata saling menyerupai antara penutur asli bahasa Jepang dan penutur asli bahasa Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa terdapat transfer pragmatik posistif karena terdapatnya kesamaan urutan strategi tersebut.

Refusal is a negative reaction or response given to answer a request, invitation, or an offer. In making a refusal, the speaker usually use a certain strategy to his/her hearer than saying "No" directly. This is usually done to keep a good relationship between the speaker and the hearer. Refusal strategy could be accomplished differently in various language and culture such as the order of the refusal strategy. This is influenced by certain factors in relation with the hearer.
Therefore, this study analyze how the order of refusal strategy used by Indonesian native speaker, Japanese native speaker, and Japanese language students in making a refusal based on the situation of invitation categorized by age and familiarity with the hearer. This study learns whether the Japanese language students used the order of refusal strategy similar with Japanese native speaker. From this comparison, it could be discerned if there are any pragmatic transfer in the refusal by the Japanese language students because of the influence from Indonesian language as the native language of the students.
It can be concluded from this study that the Indonesian native speaker and Japanese native speaker used similar order of refusal strategy in almost all of the situation presented. The refusal strategy used by Japanese language students are also similar with Indonesian and Japanese native speaker. Therefore, the pragmatic transfer is positive because of the similarity of refusal strategies. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13508
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Ardita
"ABSTRAK
school refusal merupakan masalah yang serius, dampak jangka pendek meliputi nilai yang buruk, jangka panjang meliputi kesulitan pekerjaan dan ekonomi, serta kemungkinan risiko mengalami gangguan kejiwaan. Sita anak perempuan usia 10 tahun mengalami school refusal didasari oleh kecemasan sehubungan situasi kelas dan pertemanan.teknik pada cognitive behavior therapy (CBT) fokus pada mengubah disfungsi kognitif menjadi pemikiran yang lebih positif dan rasional.

ABSTRACT
school refusal is a serious problem, short-term impacts include poor value, long-term work and economic difficulties, and the possibility of a risk of psychiatric disorders. Sita's 10-year-old daughter experiences school refusal based on anxiety related to class and friendship situations. Techniques in cognitive behavior therapy (CBT) focus on transforming cognitive dysfunction into more positive and rational thinking."
2010
T38571
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmaddiar Ibrahim
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja yang
melakukan penolakan mutasi. Dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku,
khususnya Undang-Undang Ketenagakerjaan, tidak diatur mengenai penolakan
mutasi sebagai salah satu alasan yang bisa digunakan pengusaha untuk melakukan
pemutusan hubungan kerja dengan pekerja. Bahkan, perihal mutasi itu sendiri tidak
diatur di dalam peraturan perundang-undangan mana pun. Hal tersebut
menimbulkan ketidakpastian hukum dalam pelaksanaannya. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah pemberlakuan
pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja yang melakukan penolakan mutasi dan
alasan harus dijatuhkannya pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja yang
melakukan penolakan mutasi. Bentuk penelitian ini adalah yuridis-normatif yaitu
dengan cara menelaah norma hukum positif tertulis maupun tidak tertulis melalui
penelusuran kepustakaan dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian, diapat
disimpulkan bahwa terhadap pekerja yang melakukan penolakan mutasi, dapat
dilakukan pemutusan hubungan kerja dengan menggunakan pasal 161 ayat (1)
Undang-Undang Ketenagakerjaan atau pasal 168 Undang-Undang
Ketenagakerjaan, tergantung dari pengaturan yang ada di dalam perjanjian kerja,
perjanjian kerja bersama, atau peraturan perusahaan. Dapat disimpulkan juga,
bahwa pemutusan hubungan kerja tersebut perlu dilakukan untuk menjamin
kepastian hukum

ABSTRACT
This thesis discusses about the termination of employment towards workers who
refuse to transfer. In valid legislation, especially the Manpower Act (Act Number
13 Year 2003), refusal to be transferred is not stated as one of the reasons that can
be used by employers to terminate the employment of the workers. In fact,
regarding the transfer itself is not regulated in any legislation. This raises legal
uncertainty in its implementation. In this regard, the issues discussed in this thesis
are the enforcement of the termination of employment towards workers who refuse
to transfer and the reasons to terminate the employment of workers who refuse to
transfer. The forms of this research is normative juridical, which examines the
positive legal norms, written or unwritten, through literature study and interviews.
Based on the research results, it can be concluded that the workers who refuse to be
transferred, his or her employment can be terminated by using article 161 paragraph
(1) of the Manpower Act or article 168 paragrapgh (1) of the Manpower Act,
depends on the existing regulation in the work agreement, the collective work
agreement, or the enterprise rules and regulations. Also, it can be concluded that
the termination of employment needs to be done to ensure legal certainty;;"
Universitas Indonesia, 2016
S65493
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hegar Ayu Utami
"School refusal behavior (SRB) merupakan penolakan anak untuk datang ke sekolah atau mengikuti pelajaran di kelas sampai dengan jam sekolah usai (Kearney, 2007). Pada penelitan ini, peneliti memberikan intervensi modifikasi perilaku dengan metode in vivo desensitization pada anak laki-laki berusia 10 tahun yang menunjukkan perilaku school refusal karena dilatari motif menghindari pelajaran yang sulit. Intervensi terdiri dari dua kali sesi latihan relaksasi dan 15 kali sesi exposure ke sekolah. Hasil penelitian menunjukkan di akhir sesi anak berhasil kembali masuk ke sekolah dan mengikuti seluruh pelajaran termasuk yang ditakuti. Terlihat juga penurunan masalah perilaku di pagi hari sebelum berangkat sekolah.

School refusal behavior (SRB) refers to a child's difficulty attending school or remaining in classes for an entire day (Kearney, 2007). This present research utilized behavior modification for a 10 years old boy who refused school in order to avoid difficult subjects with in vivo desensitization technique. Treatment consisted of 2 relaxation training sessions and 15 school exposure sessions. In the end of the session, the boy achieved the target behavior, by attending school and staying in all classes included the subjects he feared of. This study also showed the decrease of morning behavior problem."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia;, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Z. Mewar
"ABSTRAK
Perilaku sehat seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya ialah gaya hidup yang dijalankan oleh orang tersebut. Kebiasaan merokok, yang biasanya dimulai pada masa remaja, merupakan salah satu bentuk gaya hidup yang diketahui memberikan dampak negatif yang cukup berbahaya, terutama terhadap kesehatan tubuh. Karena alasan itulah, maka diperlukan tindakan pencegahan sedini mungkin terhadap kebiasaan ini. Salah satu tindakan preventifnya ialah dengan tidak memulai kebiasaan ini sama sekali, misalnya dengan menahan diri dari keinginan untuk mencoba merokok. Namun kemampuan setiap orang untuk melakukan hal ini bisa berbeda-beda. Salah satu hal yang dapat menimbulkan perbedaan ini ialah persepsi seseorang akan kemampuannya dalam menahan diri dari keinginan tersebut. Keyakinan seseorang akan kemampuannya melakukan suatu hal disebut sebagai self-efficacy. Mengingat perilaku ini biasanya dimulai pada masa remaja, maka perlu diketahui apakah remaja perokok dan bukan perokok mempersepsikan dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan preventif tersebut. Oleh sebab itulah penelitian ini dilakukan yang bertujuan melihat apakah terdapat perbedaan keyakinan dalam kemampuan menahan diri dari keinginan untuk mencoba merokok antara remaja perokok dan remaja yang bukan perokok. Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan 2 skala summated rating yang mengukur self-efficacy secara umum dan self-efficacy dalam menahan diri dari keinginan untuk mencoba merokok Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah incidenlal sampling. Partisipan yang diikutsertakan sebanyak 62 orang dengan rentang usia 16-19 tahun, yang semuanya adalah siswa SMU di Jakarta, terdiri dari remaja perokok dan bukan perokok. Seluruh data yang diperoleh diuji reliabilitasnya yang kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesa berupa uji t-test dan korelasi antara kedua skala.
Hasil penelitian menunjukkan adanya tingkat self-efficacy dalam menahan diri dari keinginan untuk mencoba merokok yang lebih tinggi pada kelompok bukan perokok dibandingkan kelompok perokok. Namun tidak ditemukan perbedaan dalam selfefficacy umum antara kedua keompok tersebut. Perhitungan korelasi antara skala yang mengukur self-efficacy umum dan skala yang mengukur self-efficacy dalam menahan diri dari keinginan untuk mencoba merokok ternyata tidak menunjukkan adanya hubungan yang positif antara kedua skala tersebut.
Dapat disimpulkan lebih jauh remaja bukan perokok lebih yakin akan kemampuannya untuk menahan diri dari keinginan untuk mencoba merokok daripada remaja perokok. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peran self-effcacy dalam tampil tidaknya suatu perilaku, yang dalam hal ini adalah perilaku merokok atau tidak merokok. Usaha dan perhatian yang lebih serius diperlukan untuk dapat mencegah bertambahnya jumlah perokok. Terutama bagi pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan remaja, disarankan untuk membantu remaja untuk meningkatkan self-efficacy-nya dalam menahan diri dari keinginan untuk mencoba merokok. Hasil penelitian ini hanya berlaku bagi sampel penelitian ini, sehingga untuk menggeneralisasi hasilnya diperlukan sampel yang tepat dengan jumlah yang lebih besar, serta metode sampling yang memungkinkan setiap individu dalam populasi berkesempatan untuk menjadi partisipan penelitian. Selain itu, perlu dilakukan perbaikan instrumen, dengan memperbaiki perumusan item-item pernyataan dalam skala, agar kelak diperoleh hasil yang lebih tajam dan akurat."
2002
S3107
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Meilani
"ABSTRAK
Nama : Dwi MeilaniProgram Studi : Magister Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul Tesis : Analisis Perilaku Penolakan Vaksinasi Pada KomunitasAnti Vaksin di Media Sosial Facebook di Indonesia Tahun2016xvi 132 halaman, 6 tabel, 10 gambar, 4 lampiranMenurunnya cakupan vaksinasi di Indonesia diantaranya disebabkan oleh adanyakelompok yang menolak vaksinasi Kemkes, 2014 . Belum banyak penellitiantentang penolakan vaksin pada komunitas media sosial, karenanya penelitian inidilakukan pada dua komunitas anti vaksin di facebook group. Dengan tujuanmengetahui faktor determinan perilaku penolakan vaksin untuk dapat dijadikandasar merumuskan strategi program yang efektif. Penelitian menggunakanmetode kualitatif dan teori Health Belief Model. Hasil penelitian menemukandeterminan sosio demography yang membentuk persepsi informan terhadapvaksin dan risiko penyakit serta faktor penghambat dan faktor pencetus yangmendorong perilaku penolakan vaksin. Peneliti menyarankan kepada KementerianKesehatan untuk meningkatkan kampanye vaksinasi melalui media termasukmedia sosial, melakukan riset berkelanjutan untuk pengembangan vaksin, bagitenaga kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkaitvaksin dan teknik komunikasi efektif.Kata Kunci : Perilaku, Penolakan Vaksin, Health Belief Model, Anti Vaksin,Media Sosial

ABSTRACT
Name Dwi MeilaniStudy Program Public Health ScienceTitle Vaccination Refusal Behavior Analysis On Anti VaccinesCommunities on Social Media Facebook In Indonesia 2016xvi 132 pages, 6 tables, 10 pictures, 4 attachmentsOne of the causes of declining vaccination coverage in Indonesia is the group thatrefused immunization MoH, 2014 . Not many studies on vaccine refusal onsocial media community that has been done, so this study was conducted on twoanti vaccine communities on facebook group. With the aim of knowing thedeterminant factor rejection behavior of vaccines, that can be used as a basis toformulate an effective program strategies. Research using qualitative methodsand theoretical Health Belief Model. The results of the study found, thedeterminants of socio demography that shape perceptions of informants to thevaccine and the risk of disease and inhibiting factors and precipitating factors thatdrive behavior vaccine refusal. Researchers suggested to the Ministry of Health toincrease the vaccination campaign through the media, including social media,conduct ongoing research on vaccine development, for health personnel toimprove their knowledge and skills related to vaccines and effectivecommunication techniques.Keywords Behavior, Vaccine Refusal, Health Belief Model, Anti vaccine.Social Media"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tinfani Audy Azzahra
"Skripsi ini membahas mengenai tanggung jawab hukum rumah sakit serta keterkaitannya dengan informed consent dan informed refusal pada kegawatdaruratan pasca operasi. Peneliti mempertajam penelitian dengan menganalisis Putusan Nomor 176/Pdt.G/2021/PN Blb. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk penelitian doktriner untuk mengkaji permsalahan hukum yang diangkat dalam skripsi ini. Penelitian ini bersifat preskriptif untuk memberikan analisis terkait permasalahan hukum yang peneliti angkat dan menggunakan bahan penelitian berupa data sekunder meliputi peraturan perundang-undangan dan literatur. Adapun hasil dari penelitian ini adalah informed consent tetap berlaku pada pasien kegawatdaruratan, termasuk pasien kegawatdaruratan pasca operasi, dengan catatan terdapat keluarga/wali yang mendampingi. Selain itu, pelaksanaan informed refusal, termasuk pada kegawatdaruratan pasaca operasi, mengalihkan tanggung jawab yang semula dimiliki penyedia layanan kesehatan, rumah sakit, menjadi tanggung jawab penerima layanan kesehatan atau pasien. Peneliti menyarankan agar dilakukan sosialisasi oleh Dinas Kesahatan Tingkat Kota/Kabupaten kepada seluruh rumah sakit di daerahnya mengenai pelaksanaan pelaksanaan informed consent dan informed refusal pada pasien gawat darurat yang tidak didampingi oleh keluarga/wali. Selain itu, peneliti menyarankan kepada rumah sakit untuk mengembangkan sistem dan pengaturan internal terkait pelaksanaan informed consent dan informed refusal pada pasien gawat darurat yang tidak didampingi oleh keluarga/wali, serta proses rujukan.

This thesis discusses the hospital liability and its relationship with informed consent and informed refusal in postoperative emergencies. The researcher sharpened the research by analysing Case Number 176/Pdt.G/2021/PN Blb. In this study, the researcher uses a doctriner form to examine the legal issues raised in this thesis. This research is prescriptive in nature to provide analyses related to the legal issues raised by the researchers and uses research materials in the form of secondary data including laws and regulations and literature. The result of this research is that informed consent still applies to emergency patients, including postoperative emergency patients, provided that there is a family/guardian accompanying them. In addition, the implementation of informed refusal, including in postoperative emergencies, shifts the responsibility from the health care provider, the hospital, to the responsibility of the health care recipient or patient. The researcher suggested that the City/Regency Health Office should disseminate information to all hospitals in the region regarding the implementation of informed consent and informed refusal in emergency patients who are not accompanied by family/guardian. In addition, researchers suggest that hospitals develop systems and internal policies related to the implementation of informed consent and informed refusal in emergency patients who are not accompanied by family / guardian, as well as the referral process."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cuk Yuana
"Latar Belakang
Suatu karya sastra pada dasarnya tidak terlepas dari unsur mikro dan unsur makro dari pengarangnya. Yang dimaksud unsur mikro di sire adalah pribadi, imajinasi dari pengarang tersebut, sedangkan yang dimaksud unsur makro adalah pengaruh dari latar belakang pengarang, latar budaya, latar sosial atau lingkungan pada saat (zaman) pengarang tersebut hidup. Bahkan pada kasus tertentu salah satu di antaranya dapat mempengaruhi terciptanya karya sastra secara dominan.
Shimazaki Toson dikategorikan kedalam pengarang yang mempunyai aliran 'slrizenshugi' (naturalisme), yaitu suatu aliran yang melukiskan sesuatu (karya sastranya) berdasarkan gejala (fenomena) yang muncul dalam masyarakat Jepang dengan apa adanya, tanpa ada hal yang disembunyikan pada zaman ia hidup. Aliran ini cenderung mengemukakan kejelekan-kejelekan atau persoalanpersoalan yang bersifat negatif dan apa adanya dari masyarakat Jepang saat la memulai karirnya sebagai penyair yang telah banyak menulis puisi lirik yang menggambarkan perasaan jiwa muda yang masih polos dan masih rawan, serta mempopulerkan kesusasteraan beraliran 'romanshugi' (romantisme), yaitu aliran yang lebih menjunjung tinggi perasaan dari pada rasio, dan menuntut kebebasan individu, yang di Jepang lebih terwujud dalam bentuk pelanggaran dan penolakan terhadap nilai-nilai moral dan sistem feodal (Tosio Hiraoka, 1972 : 115), tetapi akhirnya ia berubah menjadi pengarang novel yang beraliran naturalisme. (Asoo, 1983 : 173).
Shimazaki Toson sering disebut sebagai Jidentekisakka' yang artinya pengarang yang mengangkat kehidupan pribadinya sendiri dalam karya sastranya. Toson sendiri (dalam Kitako Roken, 1974 : 3) mengemukakan : Meskipun saya sering dikatakan seperti pengarang yang mengangkat tema mengenai diri sendiri, tetapi hal ini bukan hanya merupakan karya yang hendak saya ciptakan sebagai bagian dari biografi saya. Saya menulis ini pada saat saya hendak membangkitkan semangat untuk meningkatkan dasar nasib saya sendiri.
Hirano (1954 : 348) dalam Shiinazaki Toson to Bungaku' (Shimazaki Toson dan Kesusasteraan) mengemukakan bahwa, novel "IE" karya Shimazaki Toson dapat diklasifikasikan kedalam kindai shosetsu (novel modem), berdasarkan alur utama menurut kehidupan pribadi Toson sendiri?"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Prantini Natalia
"Ketika anak memasuki dunia sekolah, anak mulai dituntut dan kadangkala menuntut dirinya agar selalu berbuat sebaik mungkin dan menyesuaikan dirinya dengan standar tingkah laku tertentu. Standar tingkah laku tersebut dipandang sesuai dengan tuntutan guru/sekolah, orang tua maupun teman. Adakalanya anak tidak dapat memenuhi tuntutan yang dikenakan kepada mereka. Keadaan ini menimbulkan tekanan pada anak dan dapat menjadi pemicu timbulnya masalah dalam kegiatan belajar dan proses belajar anak, antara lain menghindari atau menolak pergi ke sekolah _ Perilaku tersebut digolongkan sebagai School Phobia atau School Refusal (Bakwin & 'Bal-rwin, 1972; Weiner, 1982; Wenar, 1994). Anak yang mengalami School Rehearsal menunjukkan penolakan untuk hadir di sekolah dengan cara mengungkapkan berbagai keluhan fisik dalam upaya menyakinkan orang tua agar dirinya diijinkan tetap tinggal di rumah. Misalnya : sakit kepala, sakit perut, sakit tenggorokan, diare, muntah, dan sebagainya.
Disamping itu mereka sering pula mengungkapkan keluhan sehubungan dengan keadaan-keadaan di sekolah yang dirasa tidak nyaman bagi mereka dan membuat mereka menolak ke sekoLah Misalnya : guru yang galak, tugas-tugas terlalu sukar atau terlalu mudah, teman-teman yang tidak menyenangkan, dan lain-lain. (Bakwin & Bakwin, 1972; Weiner, 1982; Wenar, 1994). Pada umumnya School Rejiasal disebabkan oleh dua hal mendasar, yaitu (1) pola asuh orang tua yang menimbulkan kecemasan berpisah (separation anxiety) pada anak, dan (2) adanya peristiwa-peristiwa pencetus yang dapat menimbulkan kecemasan anak untuk berada di sekolah ataupun berada terpisah dari orang tua (Weiner, 1982). Forer Sentence Conquering Test (F SCT) merupakan salah sama alat diagnostik dengan menggunakan teknik proyeksi. Tes ini dapat memberikan int`ormasi-informasi yang kaya bagi keperluan diagnostik (Rabin &. Haworth, 1960). Alat ini telah diadaptasi oleh Prof Dr. Singgih D. Gunarsa, yaitu berupa 60 (enam puluh) kalimat yang belum selesai yang harus dilengkapi oleh subjek dimana ia memiliki kebebasan penuh untuk memberikan jawaban-jawabannya. Kalimat-kalimat yang harus diselesaikan oleh subjek mencerminkan berbagai wilayah (area) kehidupan anak, meliputi : (1) sikap terhadap dan karakteristik dari figur interpersonal (ayah, ibu, laki-laki, perempuan, dan Egur otoritas), (2) harapan atau keinginan anak, (3) penyebab dari perasaan atau tindakan anak, dan (4) reaksi anak terhadap kondisi-kondisi eksternal
Penulis berasumsi bahwa SSCT merupakan salah satu alat asesmen yang penting untuk digunakan dalam' pemeriksaan psikologis terhadap kasus-kasus menolak ke sekolah (School Rejis Sab). Asumsi tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa SSCT dapat menggali informasi -informasi yang penting dan relevan bagi permasalahan yang dihadapi subjek, mengingat alat ini berfungsi untuk menggali informasi-informasi yang terkait dengan berbagai wilayah kehidupan anak dalam situasi sehari-hari di lingkungan rumah maupun sekolah Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang masih tersedia di Klinik Bimbingan Anak Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, tahun 2000-2002. Sampel penelitian adalah data SSCT dari 20 anak usia sekolah (6 - 12 tahun) yang mengalami menolak ke sekolah (School Rejal) Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Profil jawaban SSCT dianalisa dengan mengacu pada kategori pengelompokkan empat wilayah kehidupan anak, dikaitkan dengan faktor-faktor penyebab perilaku menolak ke sekolah. Profil tersebut digambarkan dengan melihat persentase terbanyak dan jawaban subjek pada nomor-nomor (item) yang dimaksud.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Profil SSCT pada anak-anak yang menolak ke sel-colah (school refusal) mencerminkan adanya masalah-masalah yang terkait dengan hfnnrrarz-Irman yang harus dipenuhi anak sehubungan dengan kegiatan belajar, terutama dalam hal prestasi akademik Jawaban-jawaban subjek penelitian ini mencérminkan adanya kecemasan dan kerak zafran anak pada hal-hal yang sifatnya lebih nyata dalam kaitannya dengan kegiatan-kegiatan di sekolah dan keadaan-keadaan di sekolah yang dirasa tidak nyaman bagi mereka. Kenyataan ini menunjukkan adanya kondisi-kondisi tertentu yang mempengaruhi emosi anak usia sekolah sehubungan dengan masalah penyesuaian diri mereka terhadap tuntutan-tuntutan di sekolah (Hurlock, 1980). Kondisi-kondisi tersebut dapat menjadi peristiwa-peristiwa pencetus (precipitating events) yang membuat mereka menghindar atau menolak pergi ke sekolah. Dari jawaban-jawaban subyek tidak dapat disimpulkan adanya kecenderungan pola asuh tertentu dari orang tua yang dapat menimbulkan kecemasan berpisah (separation anxiety) pada anak. Hal ini tidak dapat terungkap melalui pernyataan-pernyataan di dalam FSCT yang sifatnya umum, sehingga tidak dapat menggali secara mendalam kedekatan hubungan antara anak dengan orang tua."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>